Memasuki abad ke-20
situasi tantangan berubah secara derastis. Peralihan dari masa imprealisme klasik ke imprealisme modern menjadikan
Indonesia sebagai sumber bahan mentah dan pasar dari hasil industri penjajah.
Untuk memenuhi kebutuhan ini Belanda menjalankan Politik Pintu Terbuka yang sudah dimulai 1870. Selain itu guna
memenihi kebutuhan tenaga kerja yang terdidik dan murah dijalankan Politik Etis (1901).
Menghadapi perubahan
ini Kalangan Tarekat tidaklah menentang adanya kebangunan dan kesadaran
berpolitik dan berbangsa yang dimulai dengan membanguin organisasi massa dan po;itik
serta ekonomi. Untuk menghadapi tantangan pendidikan Belanda terhadap anak
pribumi, kalangan Tarekat mengadakan pembaharuan dengan diterimanya pendidikan pesantren yang
selama perang tidak sempat dibangun. Dibidang ekonomi kalangan Terekat
menampakkan dukungannya terhadap upaya penciptaan kesejahteraan rakyat.
Lebih-lebih menghadapi gerakan politik kalangan Ulama Tarekat mendukung
sepenuhnya usaha Pemerintahan Sendiri Self Government.
Menghadapi gerakan
Komunis yang akan menyusup dalam tubuh Serikat Islam, para Ulama Tarekat tidak
ada seorangpun yang menjadi pendukung ideologi komunis. Di luar Tarekat memang
terdapat Haji Misbah yang menjadi pendukung utama gerakan komunis.
Kesertaan Ulama Tarekat
terhadap gerakan Nasional tidak hanya memberikan dukungan moril terhadap
pimpinan oragnisasi Islam. Tetapi sejak lama para Ulama Tarekat ikut serta
menciptakan satu bahasa komunikasi. Semula terpenuhi dengan adanya Aksara Kesatuan dengan menggunakan Huruf Arab Melayu atau Arab Jawi, mulai dikembangkan Bahasa Melayu Pasar. Tetapi dengan adanya
kebijakan politik bahasa dari pemerintahan Belanda maka umat Islam mengmbangkan
Bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
+ komentar + 1 komentar
[soundcloud url="http://api.soundcloud.com/tracks/78496523" params="" width=" 100%" height="166" iframe="true" /]
Posting Komentar