Latest Post

KEUTAMAAN DZIKIR

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Rabu, 04 Oktober 2017 | 03.30

Kajian Dhuha di Masjid Al Barokah
Cluster Permata Karawaci, 24-09-2017.
Oleh, Mahmud J. Al Maghribaen
Muqodimah :
Bismillaahirrohmaanirrohiim,
Alaa inna auliyaa Allohi laa khaufun 'alaihim walaa hum yahzanuun, alladziina aamanuu wakaanu yattaquuna, lahumul busyroo fiddunyaa wafil aakhiroh, laa tabdiila likalimaatillaahi dzalika huwal fauzul azhiimu

Artinya, "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Alloh itu tidak ada rasa kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa, bagi mereka berita gembira dalam kehidupan di dunia dan dalam kehidupan di akhirat. Tidak ada perubahan dalam kalimat (janji-janji Alloh), yang demikian itu adalah kemenangan yang besar". (QS. Yunus : 62-64).
Yaa ayyuhannaasu, innaa kholaqnaakum min dazakin wa untsaa. Waja'alnaakum syubuuan wa qobaa ila lita'aarofuu. Innaa akroomakum indallohi atqookum. Innalloha haliimun khobiirun
(Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui dan Maha Mengenal).
Sebagaimana Firman Alloh di atas, mudah-mudahan silaturahmi kita ini membawa keberkahan, sebab pertemuan kita ini bukan hanya saling mengenal, akan tetapi lebih daripada itu yaitu pertemuan ini dalam suatu majelis, yaitu majelis ilmu. Dimana keutamaannya sudah kita ketahui bersama. Seperti biasa, sebelum memulai tausiah, saya biasa memperkenalkan diri terlebih dahulu, karena ada pepatah, "Tak kenal maka tak sayang". Nama saya Mahmud Jonsen, kemudian Guru saya menambahkan Al Maghribaen. Aktivitas saya sehari-hari sebagai pegawai di Perusahaan swasta, juga menyambi sebagai Dosen di Unpri, salah satu mata kuliah yang saya ajar adalah agama Islam. Bersama dengan rekan saya ini, yang menjadi wasilah saya hadir di majelis dhuha ini. Beliau ini adalah Kajur saya. Adapun aktivitas pengajian saya, adalah di TQN PPS Suryalaya, bukan kebetulan pula saya dipercaya oleh Syekh Mursyid pengersa Abah Aos untuk mewakili beliau dalam memberikan Talqin Dzikir.

Hadirin yang dirahmati Alloh,
Alloh menjadikan kita bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kita saling mengenal, mengenal dalam arti mengenal budaya, adat istiadat, bahkan berbagi ilmu, sebab ilmu Alloh itu sangat luas, kita hanya diberikan sidikit dari ilmu Alloh, dari sedikit ilmu Alloh itu maka dititipkan ke masing-masing diri kita, sehingga hari ini saya sebagai pembicara di hadapan Bapak dan ibu, esok hari bisa jadi Bapak dan ibu di hadapan saya untuk menyapaikan ilmu yang dimilikinya. Belajar-mengajar itu hal yang biasa, bisa jadi hari ini sebagai dosen, besok lusa kita sebagai mahasiswa, itu hal biasa. Tetapi ingatlah, orang yang lebih mulia di Sisi Alloh itu adalah yang paling Bertaqwa, "Inna akromakum indallohi atqookum" (Sesusungguhnya orang yang paling mulia di Sisi Alloh ialah orang yang paling bertqwa di antara kalian). Sedangkan Rosululloh Saw. bersabda, "At Taqwa haahuna, attaqwa haahuna, attaqwa haahuna", seraya beliau memberikan isyarat dengan jari telunjuknya ke bawah susu kiri. Disitulah letak Qolbu, pusat Ruh, atau jiwa manusia.
Rosululloh Saw., bersabda: "Alaa inna fil jasaadi mudhghoh. Idzaa sholuhat, sholuha jasadu kulluhu, wa idza fasadat, fasada jasadu kulluhu. Alaa wahiyal qolbu".
Artinya: Ketahuilah sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, baiklah seluruh jasad dan jika ia rusak, rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah qolbu.

Hati yang baik itu ialah hati yang bersih dari penyakit, sedang alat untuk membersihkan hati adalah Dzikir, "Dzikrulloha syifaa'ulqulub". (Dzikir kepada Alloh adalah Obat Hati).
Firman Alloh Swt.:
Alladziina yadzkuruunalloha qiiyaaman waqu'uudan wa 'alaa junuubihim. Wa yatafakkaruuna fii kholqis samaawaati wal ardhi. Robbanaa maa kholaqta haadzaa bathilaa subhaanaka faqinaa adzaabannar
Artinya, "(yaitu), orang-orang yang mengingat Alloh sambi berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring. Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya mereka berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau dan peliharalah kami dari siksa neraka". (Qs. Ali Imron:191).
Bahkan sesungguhnya semua makhluk itu bertasbih kepada Alloh.
Firman Alloh Swt.: "Tusabbihu lahussamaa waatussab'u wal ardhu waman fiihinna waim min syai-in illaa yusabbihu bihamdihii walaa killaa tafqohuuna tasbiihahum innahuu kaana haliiman ghofuuron".
(Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Alloh. Dan tidak ada suatupun melainkan bertasbih memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun). (Qs. Al Isro':44).

Hadirin jamaah yang berbahagia,
Kemuliaan manusia itu jika dibandingkan dengan makhluk lainnya ialah dengan ingatnya kepada Alloh. Ketika ia ingat kepada Alloh ketika itu ia dekat dengan Alloh, ketika ia lupa kepada Alloh maka ia jauh dari Alloh. Dekat-Jauh hamba kepada Alloh bukan karena jarak, tapi dengan ingatnya kepada Alloh. Dekat bukan milimeter jauh bukan kilometer, kata Guru saya Abah Aos, Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul al Qodiri an Naqsyabandi al Kamil an Muwaffaq al Mutaqi. Al Quthbu al Shomadany, Qs. Mursyid TQN Pondok Pesantren Suryalaya, Silsilah ke-38. Silsilah ke-37 ialah Abah Anom, ke-36 ialah Abah Sepuh, dan yang ke-35 ialah Syekh Tolhah Kalisapu Cirebon, ke-34 ialah Syekh Ahmad Khotib Sambas ibnu Abdul Ghofar ra. beliau ini dimakamkan di Mekah, Dosen di Masjidil Harom pada masanya, beliaulah yang menggabungkan Thoriqoh Qodiriyah dan Tahoriqoh Naqsyabandiyah menjadi Thoriqoh Qodiriyah Naqsyanadiyah, yang awalnya hanya berkembang di Indonesia. Thoriqoh itu banyak, ratusan bahkan ribuan, di Indonesia saja ada 42 lebih. Ada thoriqoh samaniyah, ada kholidiyah, ada sanusiyah, ada naqsyabadiyah, ada qodiriyah, ada syaziliyah, ada khalwatitah, ada tijaniyah, dll.
Maka dari itu saya berharap pertemuan kita ini dapat membawa manfaat, tidak hanya sekedar puas dengan ilmu. Sesuai dengan tema yang diminta, yaitu "Keutamaan dzikir", saya berharap bapak dan ibu tidak hanya puas dengan dalil-dalil tentang dzikir, seperti tadi ayat yang dibaca oleh Qori: "Alladziina aamanu wa tathmainnul qulubuhum bidzikrillaah, alaa bidzikrillaahi tath mainnul qulub" (Yaitu orang-orang beriman yang hatinya selalu berdzikir (kepada Alloh), ketahuilah dzikir (kepada Alloh) itu menetramkan hati), lebih dari sekedar itu, tetapi kita harus mampu mempraktekkan dizikir tersebut dalam setiap detik waktu di kehidupan kita. Karena kita semuanya ini sedang mengontrak di dalam tubuh ini. Ketika masa kontrakan itu telah habis, maka siap tidak siap, suka tidak suka, mau tidak mau, senang tidak senang, kita wajib keluar dari tubuh ini. Kalau kita tidak siap, maka akan dipaksa oleh malaikat maut, tapi kalau kita siap, bukan dipaksa, melainkan dijemput oleh malaikat maut, seperti ketika Rosululloh Saw., akan wafat, malaikat datang dengan baik-baik, memberi salam sebelum masuk ke rumah Rosul, Aisyah berkata: "Ya Rosululloh di luar ada tamu, tapi aku belum pernah melihatnya sebelumnya". Itulah malaikat maut, yang datang hendak menjemput Rosul.
Bapak-bapak, Ibu-ibu yang berbahagia,
Dzikir tidak akan berfaidah kalau tidak di talqinkan. Sabda Nabi: "Wakaana dzikru laa yufiidu faaidatan taammatan illa bittalqin". (Adalah dzikir tidak akan membawa faidah yang sempurna kecuali dengan Talqin). Makanya Rosullulloh Saw. merintahkan kepada Ahlinya: "Laqqinu mautakum bikatsrotin qouli Laa Ilaaha Illaah". (Talqinkan kepada orang yang mau mati itu kalimat Laa Ilaaha Illalloh). Perhatikan, orang yang mau mati, silahkan ngacung, siapa yang merasa dirinya tidak akan mati? Tentu kita semuanya pasti mengalami mati, "Kullu nafsyi dzaaiqotul maut". Jadi talqin itu bukan di atas kuburan ketika orang sudah dikubur, juga bukan talqin ketika orang sedang sekarat, akan tetapi talqin itu ketika kita masih hidup, sehingga kalimat talqin itu masih bisa kita amalkan sebanyak-banyaknya selagi kita hidup. Perintah Allo: "Yaa ayyuhalladziina aamanudz kurulloha dzikron katsiiron" (Wahai orang yang beriman, berdzikirlah kepada Alloh dengan dzikir sebanyak-banyaknya).
Talqin itu menyimpan 12 huruf kalimat Laa Ilaaha Illalloh di dalam Ruh Jismani, 4 huruf dari 12 huruf di Ruh Ruhani, dan 1 huruf dari 4 huruf di dalam Ruh Sulthoni. Ika Ruh sudah ditalqin, maka ia akan keluar dengan sendiri, didorong oleh Laa Ilaaha Illalloh, disambut oleh Laa Ilaaha Illaalloh, diantar oleh Laa Ilaaha Illalloh, menuju Laa Ilaaha Illalloh.
Mengapa Rosululloh Saw. memerintahkan untuk ditalqin? Itu karena saking pentingnya untuk menyelamatkan umat, sebab beliau bersabda: "Man qoola akhiru kalamihi Laa Ilaaha Illalloh dakholal jannah" (Barang siapa diakhir hayatnya mengucapkan Laa Ilaaha Illaloh pasti masuk surga). Talqin itu mengajarkan dzikir, berbeda dengan mengajarkan ilmu, itu namanya taklim. Kalau dizikir sudah ditanamkan ke dalam jiwa, maka tidak ada waktu lagi yang sia-sia dalam hidup kita walau satu detik. Itulah "Laylatul qodar". Talqin pertama oleh malaikat Jibril kepada Muhammad adalah di Gua Hiro', ketika itu malaikat Jibril meminta Nabi Muhammad "Iqro'", Nabi menjawab "Ma ana bi qiroin" (apa yang harus au baca), "Iqro bismi robbikalladzi kholaq" (Baca dengan menyebut Nama Tuhanmu yang menciptakan).
Iqro' = Fa'lam annahuu Laa Ilaaha Illalloh (Qs. Muhammad:19).
Bi Ismi = Wadzkur robbaka fii nafsika (Qs. Al A'raf:205).
Dzikir itu ada 2, yaitu Dzikir Jahar dan dzikir Khofi. Dzikir Jahar adalah kalimat Laa Ilaaha Illalloh merupakan Rajanya Dzikir, berdasarkan Sabda Risululloh Saw., "Afdholu dzikri Laa Ilaaha Illalloh". Semua Nabi, sejak Nabi Adam, as. sampai dengan Nabi Muhammad Saw. semuanya mengusung kalimat Laa Ilaaha Illalloh. Sabda Nabi, "Afdhoolu maa qulta ana wannabiyyuna min qobli Laa Ilaaha Illalloh" (Yang paling utama pernah kuucapkan dan diucapkan NabiNabi sebelumku adalah Laa Ilaaha Illalloh).
Bapak dan Ibu yang dimuliakan Alloh,
Kalau saya mengajar Mahasiswa, tidak banyak yang saya sampaikan, hanya tiga cabang ilmu dalam Islam, yaitu satu hadits tentang Iman, islam, Ihsan. Karena ajaran Islam mencakup ketiga hal tersebut. Tersebutlah sebuah kisah yang sudah berusia ribuan tahun, dimuat didalam Jalaluddin Rumi, dan di kitab Tanwirul Qulub, Syekh Amin al Kudri, ada tiga orang buta ingin mengenal Gajah, pergilah mereka ke kandang gajah, masing-masing meraba-raba untuk mengenal gajah. Ada yang memegang kaki gajah, ada yang memegang telinga gajah, ada juga yang memegang belalai gajah. Lalu mereka pulang dan menjelaskan tentang gajah menurut pemahamannya masing-masing. Akhirnya orang-orang tersesat mengenal gajah. Itulah gambaran orang belajar Agama Islam, sebab islam itu terdiri dari Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqih dan Ilmu Tasawwuf. Tidak bisa hanya dipahami secara terpisah melainkan harus utuh ketiga-tiganya, itulah Islam.
Hadits Iman, Islam, Ihsan :
Hadits Rosululloh Saw. :
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ،
Al Islamu antasy haduan laa ilaaha illalloh wa anna Muhammadar Rosuululloh wa tuqiimashsholaata wa tu' tiyazzakaata wa tashuuma romadhona wa tahujjal baita inis tatho'ta ilaihi sabiilan
فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ،
Antu'mina billaahi wa malaaikatihi wa kutubihi wa rosulihi wal yaumil aakhiri wa tu'mina bilqodri khoirihi wa syarrohi
قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ .
Anta'budalloha ka annaka taroohu fain lam takuntaroohu fainnahuu yarooka
Hadirin jamaah rohimakululloh,
Iman itu Tauhid, rukun iman ulama sudah sepakat ada enam, yaitu iman kepada Alloh, iman kepada malaikat, iman kepada kitabulloh, iman kepada rosululloh, iman kepada hari kiamat, dan iman kepada ketetapan baik dan buruk Alloh. Mengapa harus enam, bukankah sudah cukup percaya kepada Alloh saja? Percaya kepada Alloh saja tidak cukup, bukankah Fir'aun juga percaya kepada Alloh. Iman letaknya dihati, sehingga ulama sepakat iman harus diikrarkan dengan lisan. Iman yang benar itu ialah diyakini dengan hati, diikrarkan dengan lisan dan diamalkan dalam perbuatan.
Kemudian Islam, itulah ilmu syariat yaitu bersyahadat, sholat, zakat, puasa, haji jika mampu. Ilmu syariat ini meliputi kajian ilmu fiqih, baik fiqih Ibadah maupun fiqih Muamalah, seperti dagang, nikah, waris, hudud, jinayat, qishos, dll.
Terakhir adalah Ihsan, ihsan adalah ilmu Tasawwuf. Atau ilmu Rasa, yaitu rasa dilihat oleh Alloh. Perhatikan, tidak akan sampai ke tingkat rasa kalau tidak ingat kepada Alloh. Sedangkan ingat kepada Alloh itu wajib ditalqinkan.
Sabda Rosululloh Saw.,
"انتع بد الله كانك تراه فان لم تكن تراه ف انها يرك
Anta'budalloha ka annaka taroohu faillam takun taroohu fainnahuu yarooka (Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau).
Bapak dan Ibu sekalian,
Mungkin itu yang dapat saya sampaikan, semoga ada manfaatnya. Saya tidak banyak menyampaikan dalil tentang dzikir, hanya diantaranya di dalam Al Quran, sbb :
Perintah banyak berdzikir :
Yaa ayyuhalladziina aamanudz kurulloha dzikron katsiiro
(Wahai orang-orang beriman, berdzikirlah kepada Alloh dengan dzikir yang banyak).
Ingat tanda syukur :
Fadzkurnii adzkurkum wasykuruulii walaa takfuruuni
Maka berdzikirlah kepada Ku maka Aku berdzikir (mengingat) kepadamu. Bersyukulah kamu kepada Ku, dan janganlah kamu kufur kepada Ku. (Qs. Al Baqoroh:105).
Tidak akan ketemu dengan dzikir ini kecuali orang yang mendapat petunjuk Alloh Swt. "Man yahdillaahu fahuwal muhtadi, waman yudhlil falan tajida lahu waliyan mursidan". (Barang siapa yang mendapat petunjuk maka dialah yang mendapat petunjuk, dan barang siapa yang disesatkan-Nya maka kamu tidak akan mendapatkan seorangpun pemimpin yang dapat memberikan petunjuk).
Maka perlunya kita mencari seorang yang Mursyid sebagai penerus Rosululloh Saw. "Alaikum bisunnati wasunnatil khulafaair rosyidin" (Kalian ikutilah sunnahku dan sunnahnya khalifah setelahku). Merekalah sebagai wasilah kita untuk sampai kepada Alloh. Sebagaiman Firman-Nya:
Ya ayyuhalladzina aamanuttaqulloha wabtaghuu ilahil wasiilata wajaahidu fii sabiilihii la'allakum tuflihuuna
(Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Alloh dan carilah jalan mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah di jalan-Nya, suapaya kamu mendapatkan keberuntungan).
Kalau sudah ketemu maka ikutilah jalannya, Firman Alloh :
Wattabi' sabiila man anaaba ilayya
(Ikutilah jalan orang-orang yang telah kembali).
Terima kasih atas perhatiannya, saya akhiri Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Sesi tanya jawab :
1. Ustadz, tolong jelaskan apakah memang dianjurkan dzikir bersuara/bersama-sama setelah sholat fardhu?
Jawab:
Sederhana jawaban saya, kalau seandainya Bapak memiliki murid atau jamaah yang dzikirnya sama, mana yg lebih baik, sendiri atau bersama-sama? Tentu bersama-sama ya kan? Dengan begitu maka dzikir kita bisa dawam, gak setelah salam langsung pergi. Tapi kalau mau dalil, apakah ada dalilnya, tentu ada diantaranya:
Perintah berdzikir setelah sholat :
Faidzaa qodhoi tumushsholaata fadzkurulloh
Maka apabila kamu selesai mengerjakan sholat maka berdzikirlah kepada Alloh (Qs. An Nisa:103).
Dalil berdzikir dengan suara yang keras :
Inna rof'ashauti bi dzikri hiina yanshorifun naasu minal maktubaati kaana 'alaa 'ahdi rosuulillaahi shollallohu 'alihi wa sallam. Kuntu 'alamu idzaa ansharafuu bi dzaalika idzaa sami'tuhu
Artinya, "Sesungguhnya mengangkat suara didalam berdzikir ketika manusia-manusia selesai sholat fardhu yang lima waktu,bemar-benar terjadi zaman Nabi Saw. Saya (kata Ma'bud bin Abbas) mengetahui hal itu karena saya mendengarnya". (HR. Bukhori).
Dalil menyebut Nama Alloh di Masjid :
Fii buyuutin adzinallohu antur fa'a wayudzkaro fiihaasmuhu yusabbihulahu fiihaa bilghuduwwi wal asholi
Bertasbih kepada Alloh di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan petang," (QS. An Nur : 36)
Berikut adalah ayat yang menerangkan dengan gamblang perihal mereka yang berupaya menghancurkan tempat untuk mengingat Allah Ta’ala tersebut:
“Dan siapakah yang lebih aniaya dari orang yang menghalangi menyebut nama-Nya di dalam masjid-masjid Allah dan berupaya merusaknya? Mereka itu tidak layak masuk ke dalamnya kecuali dengan rasa takut. Bagi mereka di dunia ada kehinaan dan bagi mereka di akhirat tersedia azab yang besar” (Al-Baqoroh 115).
2. Apakah talqin itu sama dengan Bai'at?
Jawab:
Identik, tetapi tak sama. Kalau jaman dulu bai'at itu identik dengan perang. Bapak-bapak dan Ibu jangan elergi dengan kata Bai'at, bai'a itu janji setia. Sebagaimana difirmankan oleh Alloh dalam QS. At Taubah:111, : " Fastabsiruu bibai'ikumulladzii baya'tumbih wab dzaalika wa huwal fauzul azhiim" (maka bergembiralah kamu atas janji setiamu kepada-Nya, dan yang demikian itulah kemenangan yang besar). Dan juga Firman-Nya : "Laqod rodhiyallohu 'anil mu'miniina idz yubaayi'unaka tahtasy syajaroti fa aliima maa fii quluubihim fa anzalassakiinatahu 'alaihim wa atsaabahum fathan qoriiba" (Sungguh Alloh telah ridho kepada orang yang beriman yang telah berjanji setia kepadmu (Muhammad) di bawah pohon itu, maka Alloh mengetahui apa yang ada di hati mereka, lalu Alloh menurunkan ketenangan kepada mereka. Dan kepada mereka dijanjikan kemenangan dalam waktu yang dekat). Dan juga Firman-Nya, "Innallladziina yubaayi'unaka innama yubaayi'unalloh. Yadullohi fauqo aidhiihim faman nakatsa fainnama yankusu 'ala nafsihii waman aufaa bima 'ahada alaihulloha fasayu'tihii ajron azhiima" (Sesungguhnya orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad), sesungguhnya ia berjanji setia kepada Alloh, barang siapa yang mengingkari janjinya maka akibat dari pengibgkarannya itu akan menimpa dirinya sendiri. Dan barang siapa yang menepati janjinya, maka Allaoh akan memberinya keberuntungan yang sangat besar).
Itulah diantara ayat yang menerangkan salah satu bai'at dizaman Nabi, yaitu yang dikenal dengan Bai'at Hudaibiya atau Bai'atur Ridwan.
Jadi talqin dzikir itu ketika ditanya "Mau ditalqin Dzikir, dan Mau Mengamalkannya", itulah bai'at.
Demikian yang dapat saya sampaikan terima kasih.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. UNTAIAN MUTIARA TQN SURYALAYA - SIRNARASA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger