Latest Post

HAKIKAT MUDIK PULANG KE NEGERI ASAL

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Selasa, 28 Mei 2019 | 15.47

Hakikat Mudik Pulang ke Negeri Asal
Oleh Mahmud J. Al Maghribi
Sumber : Sirrul Asror

Hari ini, Selasa 28-05-2019/ 23 Ramadhan 1440 H. Hari-hari menjelang Mudik atau Pulang Kampung. Istilah mudik ini sudah sangat populer di Indonesia. Masyarakat Desa berbondong-bondong ke Kota, sebab Kota adalah tempat tersedianya banyak pekerjaan yang dapat menghasilkan materi untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Biasanya, momen Hari Raya Idul Fitri atau yang sering disebut Lebaran, dijadikan kesempatan oleh masyarakat yang hidup di luar daeranya untuk pulang kampung atau mudik. Momen  mudik ini menumbuhkan rasa bahagia di hati para pemudik. Senang bisa kembali ke kampung halaman, melihat tanah kelahiran, terkenang masa lalu ketika kita masih kecil, bermain, bercengkrama bersama teman-teman kita semasa kecil. Juga terkenang bagaimana kita hidup bersama dengan saudara-saudara kita dibawah bimbingan kedua orang tua kita yang saat ini sudah sepuh atau mungkin sudah tidak ada lagi jasadnya di dunia ini.

Semuanya itu tinggal kenangan, meski terkadang kenangan itu terasa pahit, namun ketika ia dikenang dapat menumbuhkan rasa rindu ingin kembali seperti dulu. Perasan seperti inilah yang tanpa sadar telah membuat kita bahagia. Makanya setiap orang yang mau berangkat mudik pasti menimbulkan rasa gembira di hati.

Itulah makna mudik dalam arti keduniaan, yaitu pulang ke kampung halaman dari negeri tempat tinggal sekarang kembali ke negeri dari mana kita berasal.

Dari manakah sesungguhnya kita berasal?
Sebenarnya setiap sesuatu di dunia terdapat pelajaran bagi orang yang mau menggunakan akalnya secara benar (ulil albaab). Tidak ada yang kebetulan, semua kejadian ada hikmahnya.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal -

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya :
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imron : 190-191).

Ketahuilah sesungguhnya kita semuanya berasal dari Ruh Muhammad, sebab yang pertama kali diciptakan oleh Alloh ialah Ruh Muhammad. Sebagaimana Firman-Nya dalam hadits Qudsi :
جَلَقْتُ مُحمَّدًا اوَّلًا مِنُّوْرِهِ وَخْهِيْ
Kholaqtu muhammadan awwalan min nuuri wajhii
Artinya :
Aku ciptakan (Ruh) Muhammad pertama kali dari cahaya wajah-Ku.

Sebagaimana Nabi Saw. juga bersabda :
اَوَّلُ مَا خَلَقَلَقَ اللّٰهُ رُوْحِي وَاَوَّلُ مَا خَلَقَ اللّٰهُ نُوْرِيْ وَاَوَّلُ مَا خَلَقَ اللّٰهُ الْقَلَمُ وَاَوَّلُ مَا خَلَقَ اللّهُ الْعَقْلُش
Awwalu maa kholaqallohu rurhii, wa awwalu kholaqallohu nuurii wa awwalu maa kholaqallohul qolam wa awwalu maa kholaqallohul 'aqlu
Artinya :
Yang pertama diciptakan Alloh adalah Ruhku. Yang pertama diciptakan Alloh adalah cahayaku. Yang pertama diciptakan Alloh adalah pena. Yang pertama diciptakan Alloh adalah akal. (HR. Abu Dawud).

Hadits di atas semuanya satu maknanya, yaitu Hakikat Muhammad atau yang disebut juga dengan Nur Muhammad. Sebagaimana Firman Alloh :
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ
Artinya :
Sesungguhnya telah datang cahaya dari Alloh dan kitab yang menjelaskan. (QS. Al Maaidah :15).

Ruh Muhammad adalah inti dari Alam Semesta, sebagai makhluk yang pertama kali ada sekaligus pokoknya. Sedangkan makhluk lainnya itu diciptakan dari Ruh Muhammad. Sebagai mana Sabda beliau :
اَنَا مِنَ اللّٰهِ وَلْمُؤْمِنُوْنَ مِنِّيْ
Anaa minallohi wal mu'minuun minnii
Artinya :
Aku dari Alloh sedangkan orang-orang mukmin dariku.

Dari Ruh Muhammad Alloh Swt. menciptakan semua makhluk di alam Lahut dalam bentuk terbaik dan hakiki. Ketika masih di alam Lahut, keseluruhan Ruh Manusia disebut Ruh Muhammad atau dinamakan Ruh Qudsi. Sehingga dengan demikian Alam Lahut inilah merupakan Negeri Asal manusia (al wathon al ashli).

Selanjutnya ruh-ruh tersebut diturunkan oleh Alloh ke alam yang paling rendah. Mulai dari alam Lahut, Ruh diturunkan ke alam Jabarut, lalu Alloh membungkus ruh-ruh tersebut dengan cahaya Jabarut sebagai pakaian, di alam ini Ruh dinamakan Ruh Sulthoni. Kemudian Alloh menurunkan ruh-ruh tersebut bersama pakaian mereka ke Alam Malakut, lalu Alloh membungkus meraka dengan cahaya malakut, di alam ini ruh dinamakan Ruh Ruhani. Kemudian Alloh Subhanahu wa Ta'ala menurunkan ruh-ruh tersebut ke Alam Mulki, lalu Alloh membungkus meraka dengan cahaya Mulki, maka ruh di alam ini disebut Ruh Jismani.

Selanjutnya Alloh menciptakan Jasad. Sebagaimana dijelaskan dalam Firman Alloh QS. Thaha ayat 55 sbb :
مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَىٰ
Artinya :
Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.

Kemudian Alloh memerintahkan Ruh agar masuk ke dalam Jasad sehingga Ruh pun masuk ke dalam jasad dengan perintah Alloh. Sebagaimana Firman Alloh dalam QS. Al Hijir ayat 29 sbb :
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
Artinya :
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.

Ketika Ruh telah menyatu dan betah di dalam Jasad, ia tak lagi peduli akan perjanjiannya dengan Alloh Subhanahu wa Ta'ala, ketika pada hari Alloh bertanya kepada mereka dalam QS. Al A'raf ayat 172 sbb :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
Artinya :
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".

Akibatnya, Ruh tidak mau kembali ke Negeri Asal yaitu Alam Lahut. Maka Alloh Subhanahu wa Ta'ala yang Maha Penolong mengasihi mereka (ruh-ruh) dengan menurunkan kitab-kitab samawi untuk mengingatkan mereka pada Negeri Asal. Sebagaimana Firman Alloh :
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ بِآيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
Artinya :
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah". Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.

Maksud "Hari-hari Alloh" adalah hari-hari keterhubungan Alloh dengan ruh-ruh pada masa terdahulu, yaitu di Alam Lahut. Alloh Subhanahu wa Ta'ala kemudian mengutus para Nabi silih berganti datang ke Alam Mulki adalah untuk mengingatkan Ruh Jismani manusia agar mau kembali ke negeri Asal, yaitu kembali ke Alam Lahut. Namun sedikit sekali dari manusia yang kemudian ingat, kembali dan rindu pada Negeri Asal mereka. Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Quran Surat Yusuf ayat 108 sbb :
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Artinya :
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata (basiroh), Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Selain para Nabi Alloh Subhanahu wa Ta'ala juga menurunkan para Wali yang meneruskan seruan Nabi, sebagaimana Sabda beliau :
اَصْحَابِيْ كَاانُّجُوْمِ بِاَيِّهِمُْ اقْتَدَيْتُمُْ اهْتَدَيْتُمْ
Ashaabii kannujuumi bi ayyihimuq tadaitumuh tadaitum
Artinya :
Sahabat-sahabatku itu laksana bintang-bintang gemintang, kepada siapa saja kalian mengikuti mereka, pasti akan mendapat petunjuk.

Dan juga Sabda beliau :
اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَتُلْ اَنْ بِيَّاءِ
Artinya :
Ulama adalah penerus para Nabi

Kalimah Basiroh yang dimaksud pada QS. Yusuf ayat 108 di atas adalah Inti Ruh. Bagi para Wali, basiroh ini adalah Fu'ad mereka. Basiroh ini tidak akan terbuka hanya dengan ilmu lahiriah, tapi harus dengan ilmu batin yang langsung dari Alloh atau yang juga disebut Ladunni. Sebagaimana disebutkan dalam Firman-Nya dalam QS. Al Kahfi ayat 65 sbb :
فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا
Artinya :
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.

Maka yang harus dilakukan oleh orang-orang yang ingin menggapai Inti Ruh adalah dengan berguru kepada Ahli Basiroh dengan mengambil Talqin dari Wali Mursyid yang memberi arahan langsung dari Alam Lahut.

Sebab, ilmu yang diturunkan kepada kita ada dua; ilmu Lahir dan ilmu Batin yakni Syari'at dan Ma'rifat. Untuk Jasad kita, Alloh Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan dengan Syari'at dan untuk Batin kita dengan Ilmu Ma'rifat. Agar menghasilkan ilmu hakikat maka keduanya harus dipadukan. Seperti di sayri'atkan oleh Alloh dalam Firman-Nya dalam QS. Ar Rahman ayat 10-20, sbb :
مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَان
Artinya :
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.

Jika tidak dipadukan, hanya dengan ilmu lahir saja, tidak akan menghasilkan ilmu hakikat dan tidak akan mencapai tujuan ibadah. Ibadah yang sempurna itu harus dengan keduanya (syari'at dan ma'rifat), tidak bisa dengan salah satunya saja. Sebagaimana Firman-Nya dalam QS. Adz Dariyat ayat 56, sbb :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya :
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Adapun yang dimaksud kata liya'buduun (agar mereka beribadah kepada-Ku) adalah, "Agar mereka mengenal-Ku". Sebab, bagaimana orang beribadah kepada-Nya jika tidak mengenali-Nya?. Sebagaimana Firman Alloh dalam Hadits Qudsi :
كُنْتُ كَنْزًامَخْفِيًّا فَاَحْبَبتُ اَن اُعْرَفَ فَخَلَقْتُ الْخلْقَ لِكَيْ اُعْرَفَ

Kuntu Kanzan Makhfiyya fa ahbabtu an u'rofa. Fa kholaqtul kholqo likai a'rofa.
Artinya :
Sebelumnya Aku adalah Kanzan Mahfiyya (khazanah tersebunyi). Lalu, Aku ingin dikenal maka Kuciptakan makhluk agar Aku dikenal.

Dari hadits ini, jelaslah bahwa Alloh Subhanahu wa Ta'ala menciptakan manusia agar mengenal-Nya (ma'rifat). Ketika Alloh telah menjelaskan bahwa penciptaan manusia agar mengenal-Nya maka Ma'rifat hukumnya Wajib.

Nah, Alam Ma'rifat ini adalah Alam Lahut. Alam Lahut inilah yang disebut dengan Negeri Asal. Di Alam Lahut ini lah Ruh Qudsi diciptakan dalqm bentuk terbaiknya. Yang dimaksud Ruh Qudsi ialah Manusia Sejati yang ditempatkan di lubuk Qolbu. Manusia Sejati ini akan muncul dengan Tobat, Talqin dan disiplin melafalkan kalimat Laa Ilaaha Illalloh.

Wallohu a'lam Bishshowab

Hidmat Ilmiah Manaqib (HIM) Masjid Raya AL BANTANI

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Minggu, 26 Mei 2019 | 20.13

Hidmat Ilmiah Manaqib (HIM)
Masjid Raya AL BANTANI
(Komplek Pemkot Provinsi Banten).
Sabtu, 18-05-2019/13 Ramadhan 1440 H
Oleh : Mahmud Jonsen al Maghribi
Assalamu'alaikum Wr Wb
Alhamdulillaah, washsholatu wassalamu 'ala rosulillaah Muhammadin ibni abdillaah wa 'ala alihi wa shahbihi wa man tabi'ahum ila yaumil qiyamah.
Amma ba'du...
Fa qola ta'ala fil quranil karim :
وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا
Wa qolannabiyyu Saw. :
كل عمل ابن آدم له إلا الصوم فإنه لي وأنا أجزي به
صدق الله العظيم، وصدق رسوله النبي الكريم، ونحن على ذلك من الشاهدين.
Ila hadhroti Ahli Silsilah TQN PPS, bil khusus pangersa Abah Aos q.s. Fa Insya Alloh haadza kalaamulloh, wa kalaamurrosululloh, wa kalaamu khalifatul Mursyid, al faatihah...
*******
Para Wakil Talqin, pemangku manaqib, da'i-da'iyah, ikhwan wal akhwat rohimatulloh...
Puji serta syukur kita kepada Alloh, dengan bukti langkah-langkah kita ke tempat yang mulia ini, dalam acara yang juga dimuliakan Alloh Swt. yaitu acara yang sudah menjadi milik kita, amaliyah kita yang kita terima dari Guru Mursyid kita. Semoga kita selalu istiqomah di jalan-Nya.
وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا
Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak). (QS. Al Jin : 16).
Shalawat juga salam semoga selalu tercurahkan kepada Junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw. dan kepada keluarganya, sahabatnya, istri dan anaknya, cucu dan ahli baitnya dan bagi siapa saja yang masuk di dalam rumahnya. Al-Faatihah.... aamiin YRA.
******
Untuk pangersa Abah Aos q.s. yang pada hari ini berulang tahun ke-77, semoga dipanjangkan usia dunianya, ditambah-tambah berkah karomahnya, selalu sejahtera, sehat sentosa dan bahagia, dan bahagia, dan bahagia...untuk kita semua, segalanya, selamanya al faatihah....aamiin.
Kata pengersa Abah, kita semua sudah bahagia, dan selalu akan bahagia, alhamdulillaah. Kenapa? Karena Alloh telah menyempurnakan nikmat-Nya untuk kita lahir dan batin.
أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً
Artinya :
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.
Nikmat apa? Yaitu Nikmat Dzikir. Shirotolladzina an'am ta (yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri Nikmat).
Yang mana nikmat lahir? Yaitu Dzikir yang terlihat oleh mata dan terdengar oleh telinga. Sedang nikmat batin, yaitu Dzikir yang tersembunyi. Rahasia, tapi tidak dirahasiakan bagi yang mau dan minta kepada Ahli-Nya.
Oleh karena itu Alloh mengabarkan dalam hadits Qudsiyyi :
كل عمل ابن آدم له إلا الصوم فإنه لي وأنا أجزي به
Artinya :
Setiap amal anak Adam itu untuknya, kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, maka Akulah yang akan membalasnya.
Hadits ini mungkin bukan kali pertama kita dengar, akan tetapi mungkin kita masih belum jelas apa sebenarnya yang dimaksud dengan kalimah "Lahu/Baginya" dan kalimah "Lii/Bagi-Ku" juga kalimah "ajri bihi" dalam hadits tersebut.
Sebenarnya bisa dikatakan bahwa, secara tersirat hadits qudsi tersebut adalah penggambaran dari adanya ibadah yang terlihat (lahir) dan ibadah yang tidak terlihat (batin).
Maksudnya, semua ibadah yang lahir itu terbuka peluang bagi orang lain untuk melihat aktivitas ibadah yang kita lakukan. Pasti terlihat oleh mata dan terdengar telinga.
Apa saja ibadah lahir itu?
Nah, mari kita lihat, kita mulai dari syahadat saja, yaitu dzikir jahar. Ketika kita berdzikir, bisa dilihat bibir kita bergerak suara kita pun terdengar. Kemudian sholat, sholat juga bisa terlihat juga terdengar. Zakat juga demikian, bisa dilihat. Bahkan haji pun demikian bisa kita lihat dan kita dengar.
Tapi kalau puasa, siapa yang tahu kalau orang tersebut sedang puasa atau tidak berpuasa?
Ikhwan wal akhwat yang berbahagia,
Untuk ibadah lahir, pahalanya ditampakkan oleh Alloh. Misalnya sholat, baik sholat sendiri (munfarid) atau sholat berjamaah. Sholat sendiri pahalanya 1 derajat, sedang sholat berjamaah pahanya 27 derajat. Apalagi di Masjidil Harom, sholat di masjidil harom pahalanya 100.000 kali lipat sholat di Masjid Al Bantani.
Pahala haji pun demikian :
وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
Artinya :
Dan haji yang mabrur, tidak ada balasan yang pantas baginya, kecuali surga.
Zakat atau shodaqoh juga dilipatgandakan pahalanya sampai 700 kali lipat.
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya:
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui". (QS. al Baqorih : 261).
Tapi ingat, shadaqoh yang dirahasiakan balasannya akan lebih baik dari pahala yang 700 ratus kali lipat. Sebagaimana Firman Alloh :
إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ ۖ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۚ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya :
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS. Al Baqoroh : 271).
Pendek kata, terhadap amalan lahir, Alloh Swt. menerangkan ganjaran pahala yang akan kita terima, oleh karena itu maka kita bisa menghitung-hitung pahala dari amaliyah kita.
حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا
Artinya :
Hitung-hitunglah diri kalian sebelum kalian dihitung.
*****************
Ikhwan wal akhwat,
Berbeda dengan puasa, siapa yang tahu kalau si fulan itu sedang berpuasa?
Ibadah puasa adalah ibadah yang rahasia (sirri), maka pahala puasa juga dirahasiakan oleh Alloh.
( كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ )
Artinya :
Semua amal Bani Adam akan dilipat gandakan kebaikan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Azza Wa Jallah berfirman, ‘Kecuali puasa, maka ia untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya.
Illasshaum, kecuali puasa kata Alloh. Ana ajribih, Aku yang akan membalasnya. Tidak disebutkan berapa kali hitungan pahalanya.
Ilhwan wal akhwat..
Apakah puasa satu-satunya ibadah sirri (rahasia)?
Ternyata tidak, sebab puasa dalam artian syari'at ia dibatasi oleh waktu, yaitu mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, itupun hanya setahun sekali. Lalu bagaimana dengan hari-hari kita yang lain selain bulan Romadhan?
Maka dari itu kata pengersa Abah ,di Jagat Arsy kemaren, "Ini pertama kali Abah katakan, bulan ini adalah Romadhan 1, Syawal Romadhan 2, dan seterusnya, sampai bulan Sya'ban Romadhan ke-12. Kita jadikan momentum romadhan tahun ini untuk meromadhankan 11 bulan ke depan".
Dengan apa? Bukan dengan ibadah puasa, tapi dengan ibadah yang RAHASIA.
Nah sampai di sini paham? Paham?
Alhamdulillaah...
******************
Baik, berikutnya,
Bagaimanakah rupa dari balasan Alloh bagi orang yang beribadah dengan RAHASIA tersebut?
Para ulama yang roosikh (rosikh itu orang yang mendalam ilmu agamanya), yaitu Firman Alloh :
وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
Artinya :
Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya lagi mantap imannya. Mereka mengetahui takwilnya sambil berkata : Kami beriman dengannya semua, yakni yang yang mutasyabih dan muhkam dari sisi Tuhan kami. Dan tidak mengambil pelajaran (daripadanya) kecuali orang-orang yang berakal.
Siapa ulul albaab?
Ulul albaab adalah orang yang berakal, yang senatiasa berdzikir dan berfikir, sebagaimana Firman Alloh Swt. dalam QS. Ali Imron ayat 190-191 :
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal -
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya :
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imron : 190-191).
Mereka (ulama rosikh/ulul albab) mengatakan dalam kitab-kitabnya. Salah satunya dalam Kitab Sirrul Asror (rahasia terdalam dari segala rahasia), karya al Ghaust A'zhom As Sayyid Syekh Abdul Qidir al Jailani, Qs. Beliau mengatakan, orang yang berpuasa itu ada 3 golongan, puasa syari'at, puasa thoriqot dan puasa hakikat. Atau al Imam Ghazali r.a. menyebutnya dengan puasa orang awam, puasa orang khusus, dan puasanya orang yg lebih khusus.
Beliau Tuan Syekh mengatakan :
صوم الشريعة ان يمسك عن الماكولات والمشروبات وعن الوقاع فی النهار. واما صوم الطريقه فهو ان يمسك جميع اعضاءه. عن المحرمات والمناهي وذماءم مثل العجب والكبر والبخل وغيره ظاهرا وباطنا ليلا ونهارا.
Artinya :
Puasa syari'at adalah menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan badan pada siang hari, sedangkan puasa thoriqot adalah menahan seluruh anggota tubuh dari segala perbuatan yang diharamkan, yang dilarang dan sifat-sifat yang tercela, seperti ujub, sombong, bakhil dan lainnya, lahir batin, siang dan malam. Semua itu jika dilanggar dapat membatalkan puasa thoriqot.
فصوم الشريعه مؤقت وصوم الطريقه مؤبد في جميع عمره
Artinya :
Puasa syari'at berbatas waktu, sedang puasa thoriqot selamnya, sepanjang usia.
Oleh karena itu Rosululloh Saw bersabda :
رب صاءم ليس له من صومه الا الجوع والعطش
Artinya :
Banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa selain hanya lapar dan dahaga.
Dengan kata lain, ada ungkapan, "Banyak orang berpuasa tetapi batal puasanya. Banyak orang yang tidak berpuasa tetapi hakikatnya berpuasa (karena ia menjaga anggota tubuhnya dari perbuatan terlarang dan menyakiti orang lain dengan anggota tubuhnya (tangan, kaki dan lisan).
Tuan Syekh mengutip Firman Alloh dalam hadits Qudsiyyi :
يَصِيْرُ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ٬ فَرْحَةٌ عِنْدَ الْاِفْطَارِ وَفَرْحَهٌ عِنْدَ رُؤْيَةِ جَمَالِيْ
Artinya :
Bagi orang yang melaksanakan puasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika melihat keindahan-Ku.” (Muttafaq ‘alaihi).
Apa pengertian hadits ini kalau dilihat dari segi pengertian Lahir dan pengertian Batin?
Tapi bukan berarti keduanya dipertentangkan satu sama lain seolah-olah salah dan benar, melainkan harus diartikan dalam makna keduanya (maqom lahir dan maqom batin) sehingga kita dapat memgukur diri, sudah seberapa jauh kualitas puasa kita.
Menurut Ahli syari'at, yang dimaksud dengan berbuka (ifthori) adalah makan pada saat matahari terbenam. Dan maksud dari melihat (ru'yati) adalah melihat hilal yang menentukan jatuhnya hari raya idul fitri.
Sedang Ahli thoroqot berpendapat, buka puasa (waktunya) adalah ketika masuk surga dengan memakan kenikmatan apa saja yang ada di dalamnya. Dan yang maksud dengan melihat (ru'yah) adalah melihat Alloh Swt. pada hari Kiamat dengan pandangan Sirr secara nyata.
Sebagaimana Firman Alloh Swt. :
وُجُوهُُ يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ . إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
Artinya :
Wajah-wajah (orang-orang mukmin) waktu itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat. [Al-Qiyamah : 22-23].
Sabda Nabi Saw. :
أَمَا إِنَّكُمْ سَتُعْرَضُوْنَ عَلَى رَبِّكُمْ فَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ
Artinya :
Ketahuilah, sesungguhnya kalian akan di hadapkan kepada Rabb kalian, maka kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini. [HR Muslim].
Yang terakhir ialah Pausa Hakikat.
Puasa hakikat ialah menjaga hati dari mencintai selain Alloh Swt. Dan menjaga rasa (sirri) agar tidak mencintai penyaksian kepada selain Alloh Swt.
Sebagai mana Firman-Nya dalam hadits Qudsiyyi : Manusia adalah rahasia-Ku dan Aku rahasianya.
Bagi orang yang telah berpuasa hakikat maka, baik ketika ia di dunia maupun di akhirat, tidak ada yang dicintainya, diingininya dan dicarinya selain Alloh Swt.
Nah, pahala dari puasa orang yang seperti ini adalah bertemu dengan Alloh Swt. sesuai dengan Firman-Nya dalam hadits Qudsi :
Puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya.
Itulah makna dari "ajri bihi", yaitu berupa balasan atau karunia bisa melihat Alloh azza wa jalla kelak di akhirat.
Semoga dengan kemuliaan dan keutamaan-Nya, Alloh Swt. menganugerahkan kepada kita semua nikmat-nimat surga dan kesempatan untuk melihat-Nya. Aamiin YRA.
Ikhwan wal akhwat rahimahulloh,
Rosulullloh Saw. pernah bersabda :
«الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ»
Artinya :
Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat, dan Ramadhan ke Ramadhan merupakan penghapus dosa-dosa jika ia menjauhi dosa-dosa besar. (HR al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad.
Coba simak hadits tersebut,
Ternyata sholat 5 waktu, sholat jum'at dan puasa ramadhan itu hanya dapat menghapus dosa-dosa kecil kita, itu pun kalau kita dapat menjauhi fosa-dosa besar.
Sehingga diperlukan amalan khusus untuk menghapuskan dosa besar kita, agar jiwa kita menjadi bersih, suci seperti bayi yang baru dilahirkan.
Oleh karena itu pengersa Abah sering mengatakan, bahwa yang mensucikan kita itu bukanlah puasanya, tapi Al Quran yang diturunkan di bulan Romadhon. Sebagamana Firman-Nya :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ
Artinya :
Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil.
Yaitu Al Quran yang diturunkan ke dalam hati Nabi Muhammad Saw.
{وَإِنَّهُ لَتَنزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ 192 نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الأَمِينُ 193 عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنذِرِينَ 194 بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُّبِينٍ 195}
Artinya :
Dan sesungguhnya ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan Semsta Alam, Yang dibawa turun oleh Ruhul Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar engkau termasuk orang yang yang memberi peringatan dengan bahasa Arab yang jelas.
Kapan diturunkan-Nya? Yaitu di malam Qodar (Inna anzalnaahu Lailatul Qodar).
Apa materi Al Quran yang pertama diturunkan? Yaitu IQRO' Bismi Robbikalladzii kholaq.
Oleh karena itu, berkaitan dengan amalan di bulan Romadhan, Rosululloh Saw. pernah bersabda dalam Khutbah beliau menjelang Romadhan, Sabda beliau :
وَاسْتَكْثِرُوا فِيهِ مِنْ أَرْبَعِ خِصَالٍ : خَصْلَتَيْنِ تُرْضُونَ بِهِمَا رَبَّكُمْ ، وَخَصْلَتَيْنِ لا غِنًى بِكُمْ عَنْهُمَا ، فَأَمَّا الْخَصْلَتَانِ اللَّتَانِ تُرْضُونَ بِهِمَا رَبَّكُمْ : فَشَهَادَةُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ ، وَتَسْتَغْفِرُونَهُ ، وَأَمَّا اللَّتَانِ لا غِنًى بِكُمْ عَنْهَا : فَتُسْأَلُونَ اللَّهَ الْجَنَّةَ ، وَتَعُوذُونَ بِهِ مِنَ النَّارِ
Artinya :
Perbanyaklah melakukan empat hal di bulan ini, yang dua hal dapat mendatangkan keridhoan Tuhanmu, dan yang dua hal kamu pasti memerlukannya. Dua hal yang mendatangkan keridhaan Allah yaitu syahadah (Laa Ilaaha Illallaah) dan beristighfar kepada Allah, dan dua hal yang pasti kalian memerlukannya yaitu mohonlah kepada-Nya untuk masuk surga dan berlindung kepada-Nya dari api neraka.
Maka pantaslah kiranya dibulan ini kita selalu berdoa:
أشْهَدُ أنْ لاَإلَهَ إلاَّ اللهُ أسْتَغْفِرُ اللهُ أسْألُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ
Artinya :
Saya bersaksi tidak ada Tuhan Selain Allah, Saya mohon ampun kepada Allah, Saya mohon Ridha-Mu, Surga­Mu dan selamatkanlah saya dari neraka-Mu.
Ikhwan wal akhwat yang dirahmati Alloh,
Sekali lagi mari kita jadikan momentum bulan ramadhan, bulan yang penuh berkah ini, untuk me romadhon kan 11 bulan di luar bulan romadhon sengan memperbayak Dzikir dan Istighfar, sehingga kita menjadi hamba yang bersih selalu, selalu bersih, karena kita senantiasa dibersihkan dengan dzikir dan tobat selama hayat dikandung badan dan kita mati dalam keadaan husnul khotimah. Aamiin.
Wallahul muwaffiq ila aqwamit-tharieq,
Wassalamu'alaikum wrwb.

KISAH SEPEKAN DI HAROMAIN

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Selasa, 21 Mei 2019 | 20.53

Kisah Sepekan di Haromain
Oleh : Mahmud J. Al Maghribi

Qobla Dhuhur
Alhamdulillaah, seraya bersyukur kepada Alloh, dan oleh karena banyak yang bertanya tentang perjalanan saya ke Tanah Suci, akhirnya saya memutuskan untuk menuliskan kisah perjalanan ini dengan niat semata hanya karena Alloh. Selain juga untuk kenangan pribadi, juga dimaksudkan untuk umat Islam yang ingin melaksanakan Umroh agar dapat memetik manfaatnya, terutama dari kalangan keluargaku, sahabat, dan umat Islam umumnya yang membutuhkan.

Persiapan Umroh
Sebenarnya pada awal tahun 2019 saya dan ibunda tercinta sudah berniat untuk melaksanakan umroh bersama-sama dengan Paman (satu-satunya adik dari Ibu yang juga masih ada), serta denga istri beliau. Namun karena ketika itu belum ada kesepakatan, maka kepastian kapan berangkatnya masih belum jelas. Hingga tanggal 30 Maret 2019 kemudian baru ada kepastian bahwa kami sepakat rencana keberangkatan umroh agar diusahakan sebelum bulan Romadhan, sebab biasanya pada bulan Romadhan ongkos untuk umroh melonjak drastis alias mahal.

Setelah ada kesepakatan tersbut, pada hari itu juga saya kontak sahabat saya pemilik cabang Prima Travel & Umroh H. Arifin Daulay, saya bertanya kepada beliau kapan kira-kira ada jadwal keberangkatan umroh yang terdekat? Beliau menjawab, “Terdekat adalah tanggal 23 April 2019, tapi sayang kemaren sudah closing pak ustadz, kalau satu kursi mungkin masih bisa, info kemaren masih tersisa satu kursi”. Demikian jawab beliau di ujung telepon. Mendengar itu saya menyampaikan bahwa kami berjumlah empat orang, agar mohon dapat diusahakan. Apa respon beliau? “Emang persyaratan sudah siap?” Saya jawab, “Belum”. “Wah saya gak yakin bisa berangkat pada tanggal tersebut”, jawab beliau. “Tapi saya yakin bisa berangkat pak”, jawab saya. “Baik, akan saya coba usahakan dulu ya”, kata beliau.

Menurut logika, waktu tiga pekan rasanya memang tidaklah cukup untuk mengurus berbagai persyaratan umroh, apalagi saya dan ibu saya belum pernah memiliki paspor, akte kelahiran juga tidak ada, ditambah lagi paspor paman saya juga hilang (untuk mengurus paspor yang hilang agak rumit dan butuh waktu), ditambah lagi beliau tinggalnya di kota Palembang, sedang saya mendaftarkan umroh di Jakarta. Namun walau demikian, alhamdulillaah dalam waktu kurang dari tiga pekan, semua persyaratan bisa dilengkapi, walau sebelumnya pihak travel dan Paman saya sudah pesimis bisa berangkat, terutama paman yang sudah berkali-kali menyerah, sehingga sempat quota dua kursi untuk mereka sudah digantikan oleh orang lain, dan akibatnya ketika sampai di Mekah nama keduanya tidak ada di dalam daftar untuk pembagian hotel.

Kalau saya sejak awal selalu optimis, saya yakin bahwa kami bisa berangkat semuanya, sebab saya teringat hadits qudsi, bahwa Alloh itu sesuai persangkaan hamba-Nya. Saya yakin bahwa keberangkatan kami adalh kehendak Alloh, maka Alloh pasti akan mempermudah semuanya.
Alloh SWT. berfirman dalam hadits Qudsi :

أبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih).

Walimatus Safar
Setelah kami benar-benar mendapatkan kepastian bahwa kami akhirnya bisa berangkat sesuai dengan jadwal. Maka, sebagaimana sunnah-sunnah dalam safar, saya dan ibu melaksanakan sunnah-sunnah tersebut, diantaranya disunnahkan untuk memohon maaf kepada sanak saudara dan handai tolan dengan mengadakan walimatus safar dan bersedekah, tak lupa juga berwasiat taqwa dan wasiat lainnya kepada keluarga, meninggalkan biaya kepada keluarga secukupnya, dan melaksanakan sholat sunnah safar dua rakaat sebelum keluar dari rumah.
Akhirnya tibalah hari keberangkatan kami ke tanah suci, tepatnya hari Selasa, 23 April 2019, jam 11.00 Wib. take up dari Bandara Sukarno – Hatta menuju Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, Saudi Arabia. Kami pun berdo’a yang dipimpin oleh ketua rombongan :
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اللَّهُ أكْبَرُ، اللَّهُ أكْبَرُ، اللَّهُ أكْبَرُ. سُبْحَانَ الَّذي سَخَّرَ لَنا هَذَا وَما كُنَّا لَهُ مُقْرِنينَ، وَإِنَّا إلَى رَبِّنَا لَمُنْقََلِبُونَ . اللَّهُمَّ إنَّا نَسألُكَ فِي سفَرِنَا هَذَا البِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنْ العَمَلِ ما تَرْضَى، اللَّهُمَّ هَوِّن عَلَيْنا سَفَرَنَا هَذَا، وَاطْوِ عَنّا بُعْدَهُ . اللَّهُمَّ أنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالخَلِيفَةُ في الأهْلِ . اللَّهُمَّ إني أعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ، وكآبَةِ المَنْظَرِ، وَسُوءِ المُنْقَلَبِ في المَالِ والأهْلِ وَالوَلَدِ.
Bismillahirrohmanirrohim
Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar. Subhaanalladzii sakhkhoro lanaa haadzaa wamaa kunnaa lahu muqriniina wa innaa ilaa robbinaa lamun-qolibuun, Allahummma inaa nas-aluka fii safarinaa haadzaa albirro wattaqwaa waminal amali maa tardhoo. Allahumma hawwin alainaa safaronaa haadzaaa wa-athwi anna budahu. Allahumma antash shaahibu fissafari, walkalifatu fil-ahli. Allahumma innii audzu bika min watsaa-issafari, waka-abatilmanzhori, wasuu-ilmunqolabi fil maali wal-ahli wal waladi.

Artinya:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Allah Maha Besar Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Maha Suci Allah yang telah menggerakkan untuk kami kendaraan ini padahal kami tiada kuasa menggerakkannya. Dan sesungguhnya kami pasti kepada Tuhan, kami pasti akan kembali. Ya Allah kami memohon kepada-Mu dalam perjalanan kami ini kebaikan dan taqwa serta amal perbuatan yang Kau ridhai. Ya Allah, mudahkanlah perjalanan kami ini dan dekatkan jauhnya. Ya Allah, Engkau yang menyertai dalam berpergian dan berlindung terhadap keluarga yang ditinggalkan. Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari kesukaran dalam berpergian, penglihatan yang buruk, kepulangan yang menyusahkan dalam hubungan dengan harta benda, keluarga dan anak.

Terbang di Ufuk Cakrawala
Dulu, ketika saya masih kecil, ketika masih dibangku sekolah dasar, saya sering bermimpi (mengigau), ketika tidur sering bermimpi seolah-olah berada di atas awan, tidak ada sandaran untuk berpegangan, tinggal menunggu jatuh. sendirian tak ada yang menemani, tak ada alat penunjang untuk menyelamatkan diri. Ketika dalam keadaan demikian biasanya aku berteriak-teriak memanggil ibu, karena takut terjatuh ke bawah. Kemudian ibu datang memelukku dan menenangkan, kupeluk ibu erat-erat berusah menghilangkan sisa-sisa mimpi yang masih melekat walau aku telah bangun dari tidurku.  Kupejamkan mata,  lambat laun perasaan takut itupun berangsur pulih dan sadar kembali dalam dekapan ibuku. Itulah kisah kecilku yang sering muncul dalam tidurku, akibat sering bermimpi itulah akhirnya membuat aku sedikit pobia dengan ketinggian. Tapi kini, saat ini aku harus terbang melayang di atas awan, di atas ketinggian tiga puluh ribu kaki, ketika terlihat awan ada di bawahku, perasaan takut seperti dalam mimpi itu kembali hadir, beruntung sang ibu saat ini ada di sampingku duduk dengan tenang, yang ketenangannya membuatku bisa mengusir rasa takut itu..

Di Pesawat 
Pesawat terus melaju, tak terasa sudah satu jam kami terbang, kulirik jam di tangan, waktu sudah menunjukkan saatnya sholat dhuhur, aku pun bertanya kepada pramugara pesawat Saudi Airline, "Aina Musholla?" Kru tersebut menunjuk ke arah belakang, di bagian ekor pesawat, lalu aku menuju ke sana. Dengan sigap kru pesawat membentangkan sajadah besar untukku. Rupanya musholla di pesawat awalnya tidak kelihatan kalau ada musholla, baru terlihat ada musholla setelah hordeng kiri-kanan ekor pesawat itu ditarik oleh pramugara, maka jadilah musholla . Selanjutnya saya menunaikan sholat dhuhur dan sholat ashar di jama’ qoshor, awalnya hanya sendirian di musholla yang kecil itu, namun ada juga satu-dua orang yang datang kemudian untuk sholat. Selesai sholat, aku melanjutkan dengan berdzikir dan berdo'a khotaman bahkan sempat juga manaqiban ala TQN Suryalaya, terasa nikmat juga bisa manaqiban di dalam pesawat yang sedang terbang.
Dengan khotaman dan manaqiban ini, saya mengharapkan berkah dan karomah dari shohibul manaqib agar penerbangan ini menjadi tak terasa lama dan berharap pesawat segera mendarat dengan cepat dan selamat. Namun setelah terasa sudah cukup lama berdzikir di musholla kecil itu, pesawat ini tak kunjung-kunjung juga tiba, akhirnya aku kembali ke tempat duduk. Tiba di kursi, aku menyalakan layar di depanku, aku melihat dari live show route, rupanya pesawat masih berada di atas samudera Hindia belum lagi sampai di daratan Srilanka, hmm...baru separuh perjalanan rupanya untuk sampai ke Jeddah, pikirku.  Aku mencoba untuk menghibur diri, kubuka jendela, lalu kupandang keluar, terlihat indahnya hamparan  awan putih tersusun rapi bak permadani membentang di bawahku, tak lupa juga beberapa moment kuabadikan dengan kamera handphone yang kubawa. Sesekali pesawat bergetar dan terasa naik-turun. Jika terjadi seperti ini, kembali rasa cemas menyelimuti diriku, teringat akan dosa-dosaku di masa lalu, hatiku berbisik, "Ya Alloh ya Tuhanku, masih banyak maksiat hamba-Mu ini ya Alloh, maka berilah aku kesempatan untuk hidup sehingga aku dapat memperbaiki diriku dan bertobat kepada-Mu".

Di Ufuk Cakrawala
Selang beberapa jam kemudian, terlihat pesawat melintas di daratan Srilanka yang juga membutuhkan waktu berjam-jam, kemudian pesawat kembali terbang di atas samudera Arabia. Sebetulnya, aku lebih merasa nyaman kalau pesawat sedang melintas di atas daratan ketimbang di laut, sebab jika terjadi apa-apa setidaknya pesawat bisa mencari tempat mendarat di bandar udara terdekat, demikian pikirku. Kembali aku mengintip pemadangan di luar, aku melihat ada kapal laut yang sedang berlayar, juga aku melihat ada pesawat kecil yang melintas dengan cepat di bawah pesawat yang kutumpangi. Allohu Akbar, begitu luasnya alam ciptaan-Mu, Laa Hawla wa Laa Quwwata Illa Billaah. Tidaklah ada daya upaya bagi makhluk ciptaan-Mu melainkan atas pertolongan-Mu ya Alloh.

Pesawat terus melaju melintasi samudera Arabia, pesawat terbang dengan tenang tidak ada guncangan sama sekali, hanya terdenar deru suara mesin. Di pertengahan laut kembali ku intip lewat jendela, terlihat sinar matahari senja warnanya putih bercampur warna jingga tipis dengan hamparan awan, rupanya hari sudah memasuki senja. Suasana seperti ini membuat diriku takjub dengan ciptaan-Nya, renunganku melambung jauh, seakan berada di sebuah dunia yang lain, entah dimana? Sebuah perjalanan yang menuju surga-Nya. Maha benar Alloh dengan segala Firman-Nya :

اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ۖ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۖ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۖ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى ۚ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
Artinya :
Alloh-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Alloh mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Tuhanmu. (Qs. Ar-Ra'd : 2).

أَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ مُسَخَّرَاتٍ فِي جَوِّ السَّمَاءِ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Artinya :
Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman. (Qs. An Nahl : 79).

أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صَافَّاتٍ وَيَقْبِضْنَ ۚ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا الرَّحْمَٰنُ ۚ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ بَصِيرٌ
Artinya :
Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu. (Qs. Al Mulk : 19).

Miqot di Jeddah
Miqot di Jeddah
Setelah menempuh sepuluh jam penerbangan, tepat pukul 17.15 WAS atau pukul 21.15 WIB., pesawat kami mendarat dengan selamat di Bandara King Abdul Aziz di Jeddah. Kami pun langsung menuju lokasi Miqot di Jeddah. Miqot adalah batas memulai ibadah haji dan umroh. Setelah mandi lalu mengenakan pakaian ihrom, berniat ihrom, “Nawaitul umrota wa ahromtu biha lillahi ta'ala”, lalu sholat sunnah ihrom dua rakaat, selanjutnya kami menaiki bus menuju ke kota Mekkah. Selama perjalanan kami senantiasa bertalbiyah :

لَبَّيْكَ اللّٰهُمَّ لَبَّيْكَ. لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ. اِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَاْلمُلْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ
Artinya :
Aku memenuhi panggilan-Mu, ya Alloh aku memenuhi panggilan-Mu. Aku memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya pujian dan nikmat adalah milik-Mu, begitu juga kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu."

Perlu juga diketahui, bahwa selama berihrom maka berlakulah larangan dalam ihrom, yaitu; dilarang memakai wangi-wangian (baik badan maupun pakaian), memakai sepatu yang menutup mata kaki, menghilangkan rambut (baik rambut kepala maupun rambut lainnya), memotong kuku (baik kuku tangan maupun kuku kaki), menikah atau menikahkan orang lain, melakukan hubungan suami istri (bersetubuh) atau hal-hal lain yang mendekatinya, seperti bercumbu atau berpelukan yang diiringi dengan syahwat, berburu binatang darat dan memakannya, melakukan perbuatan maksiat, bertengkar dengan teman atau kawan, khusus laki-laki dilarang memakai kain yang berjahit dan menutup kepala, khusus bagi perempuan dilarang menutup muka dan dua telapak tangan. Bila dilanggar maka yang bersangkutan dikenakan dam (denda) dengan menyembelih seekor kambing/ domba. dan jika seorang melakukan persetubuhan (suami-istri) maka hajinya atau umrohnya menjadi batal, kecuali setelah tahalul pertama.

Kota Mekkah yang Diberkahi
Dalam perjalanan dari Jeddah ke Mekkah kami sudah berniat untuk menjama’ ta’khir sholat maghrib  dan sholat isya'  di Masjidil Harom. Setelah menempuh pejalanan lebih kurang satu jam setengah, pukul 19.30 waktu setempat kami telah memasuki perbatasan Kota Mekah, dan kami pun serentak berdo’a :

اَللهُمَّ هذَاحَرَمُكَ وَأَمْنُكَ فَحَرِّمْ لَحْمِىْ وَدَمِىْ وَشَعْرِىْ وَبَشَرِىْ عَلَى النَّارِ وَاَمِنِّىْ مِنْ عَذَابِكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ وَاجْعَلْنِيْ مِنْ أَوْلِيَائِكَ وَأَهْلِ طَاعَتِكَ
allaahumma haadzaa haroomuka wa amnuka faharrim lahmii wa damii wasyarii wabasyarii alannaari wa aaminnii min adzaabika yauma tabatsu ibaadaka wajalnii min auliyaa-ika wa ahli thoo atika
Artinya :
"Ya Allah, kota ini adalah Tanah Haram-Mu dan tempat yang aman-Mu, maka hindarkanlah daging, darah, rambut dan kulitku dari neraka. Dan selamatkanlah diriku dari siksa-Mu pada hari Engkau membangkitkan kembali hamba-Mu, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang selalu dekat dan taat kepada-Mu". Aamiin yaa Robbal 'aalamiin.

Tiba di Masjidil Harom
Kota Mekkah, adalah kota yang dimuliakan oleh Alloh, meski geografisnya hanyalah lembah tandus di antara gunung-gunung berbatu, juga tak ada pepohonan yang tumbuh, tapi Mekkah adalah kota yang dipilih oleh Alloh sebagai tempat didirikannya Ka’bah yang menjadi kiblat umat muslim sedunia sepanjang zaman.  Mekkah adalah salah satu Kota yang tidak akan sanggup Dajjal untuk memasukinya bersama dengan Kota Madinah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ مِنْ بَلَدٍ إِلَّا سَيَطَؤُهُ الدَّجَّالُ، إِلَّا مَكَّةَ، وَالمَدِينَةَ، لَيْسَ لَهُ مِنْ نِقَابِهَا نَقْبٌ، إِلَّا عَلَيْهِ المَلاَئِكَةُ صَافِّينَ يَحْرُسُونَهَا
Artinya :
Tidak ada satupun negeri kecuali akan diinjak Dajjal. Kecuali Mekah dan Madinah. Tidak satupun lorong menuju kota tersebut, kecuali di sana terdapat para Malaikat yang berbaris, menjaga kota tersebut. (HR. Bukhari).

Mekkah adalah Kota Harom, maksudnya diharamkan bagi orang yang bukan Islam untuk memasuki Kota Mekkah. Sehingga ada rasa syukur yang mendalam bagi orang yang dapat memasuki Kota Mekkah, rasa syukur yang tak terhingga karena ia termasuk orang yang diundang dan diizinkan oleh Alloh untuk mengunjungi rumah-Nya. Secara majazi-nya, Mekkah hanyalah lembah tandus dikelilingi gunung-gunung batu, namun hakikinya Mekkah adalah Kota bagian dari Kota di Surga. Wallohu'alam.

Masjidil Harom
Masjidil Harom
Sekitar pukul 20.30 waktu setempat (23 April 2019) akhirnya kami memasuki Kota Mekkah, disambut dengan keramaian orang-orang yang hilir mudik dari berbagai negara dan gemerlapnya lampu-lampu toko yang menjajakan barang dagangannya. Kemudian Bus yang kami tumpangi berhenti di depan sebuah hotel, lalu kami pun bergegas turun dan memasuki hotel tempat kami menginap. Setelah kami menaruh barang-barang bawaan di dalam kamar, selanjutnya kami makan malam di tempat yang sudah disediakan. Meski ke hotel, namun sesungguhnya tujuan kami ke Mekkah ini bukan untuk memperbanyak tidur, melainkan tentu akan manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk memperbanyak ibadah selama berada di tanah suci. Maka dari itu, setelah santap malam,  kami pun bergegas menuju ke Masjidil Harom. Setibanya di Masjdil Harom kami semua berdo’a di depan pintu masuk Masjidil Harom :

اللهم أنت السلام ومنك السلام فحينا ربنا بالسلام وأدخلنا الجنة دار السلام تباركت ربنا وتعاليت يا ذا الجلال والإكرام. اللهم افتح لي أبواب رحمتك ومغفرتك وأدخلني فيها. بسم الله والحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
Allahumma antassalaam, waminkassalaam fahayyinaa rabbanaa bissalaam wa adkhilnal jannata daarassalaam tabaarakta wataaalaita yaa dzaljalaali wal ikraam. Allahummaftah lii abwaaba rahmatika wamaghfiratika wa adkhilnii fiihaa. Bismillahi walhamdulillahi wasshalaatu wassalaamu alaa rasuulillaah.
Artinya:
"Ya Alloh Engkau sumber keselamatan, dan daripada-Mu lah datangnya keselamatan itu semua. Maka sambutlah kami wahai tuhan dengan selamat sejahtera dan masukanlah kami ke dalam surga negeri-Mu yang bahagia, Maha Pemberi berkat dan Maha Tinggilah Engkau wahai Tuhan yang punya keagungan dan kehormatan. Ya Alloh bukakanlah untukku pintu rahmat dan ampunan, masukanlah aku ke dalam ampunan-Mu. Dengan nama Alloh dan segala puji bagi Alloh shalawat dan salam untuk Rosululloh".

Selanjutnya kami memasuki Masjidil Harom melalui pintu Raja Fahd, setelah masuk, kami terlebih dahulu menunaikan sholat tahiyyatul masjid, dan dilanjutkan dengan sholat isya’ dan sholat maghrib secara berjamaah yang dijama’ ta’khir. Selesai sholat, saya mengitarkan pandangan, dan dimataku tertuju kepada benda hitam di sela-sela dinding masjid. Aku berbisik kepada ibu, “Mak mau lihat ka’bah?, itu ka’bah yang hitam itu”, demikian bisikku, sebab di sela-sela bangunan Masjidil Harom terlihat bagian dari Ka’bah yang Agung dengan menampakkan kewibawaannya kepadaku. Selanjutnya kami masuk lagi lebih ke dalam Masjidil Harom, menuju ke tengah-tengah dimana di situ terdapat bangunan Ka’bah. Pertama kami melihat ka’bah yang berdiri kokoh, terasa kagum, gembira dan ta’jub, inilah Ka'bah yang sudah sekian tahun aku menghadapkan wajah kepadanya sebagai kiblat kaum muslimin, lalu kami pun berdo’a :

اللَّهُمَّ زِدْ هَذَا الْبَيْتَ تَشْرِيفًا وَتَعْظِيمًا وَتَكْرِيمًا وَمَهَابَةً وَزِدْ مَنْ شَرّفَهُ وَكَرّمَهُ مِمَّنْ حَجَّهُ وَاعْتَمَرَهُ تَشْرِيفًا وَتَكْرِيمًا وَتَعْظِيمًا وَبِرًّا
Allahumma zid hâdzal baita tasyrîfan wa ta‘dzîman wa takrîman wa mahâbatan wa zid man syarafahu wa karamahu mim man hajjahu awi’tamarahu tasyrîfan wata’dzhîman watakîman wabirran.
Artinya :
"Ya Alloh, tambahkanlah kemuliaan, kehormatan, keagungan dan kehebatan pada Baitulloh ini dan tambahkanlah pula pada orang-orang yang memuliakan, menghormati dan mengagungkannya di antara mereka yang berhaji atau yang berumroh padanya dengan kemuliaan, kehormatan, kebesaran dan kebaikan".

Selesai kami berdo’a, kami melakukan sujud syukur karena telah ditakdirkan Alloh untuk dapat melihat Baitulloh. Dalam sujudku, aku sangat bersyukur, berterima kasih kepada Alloh atas anugerah-Nya yang sangat besar khususnya kepadaku dan ibuku, karena atas perkenan-Nya lah kami bisa mengunjungi rumah-Nya, yaitu Ka’bah. Juga tak lupa terselip do’a untuk anak-anak dan istriku, serta saudara-saudaraku, "Semoga  diberikan juga kesempatan untuk datang ke tempat yang mulia ini untuk menunaikan ibadah haji dan umroh. Semoga Alloh memudahkan segala urusan kami, baik urusan dunia maupun urusan akhirat, serta mengabulkan segala hajat kami, dan berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat dan jauhkan kami dari siksa neraka".

Ka'bah Majazi & Ka'bah Sirr
Ka’bah adalah Baitulloh
Ka'bah adalah bangunan tertua di muka bumi sebagai tempat ibadah bagi manusia. Sebagaimana Firman Alloh Swt. dalam Quran Surat Ali Imron ayat 96 :

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلْعَالَمِينَ
Artinya :

"Sesungguhnya Rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitulloh yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia".

Ka’bah mula-mula dibangun oleh malaikat. Diriwayatkan ketika Alloh ingin menciptakan Khalifah di muka bumi, para malaikat protes karena yang akan dijadikan khalifah itu ialah manusia yang akan membuat kerusakan di bumi dan menumpahkan darah, padahal malaikat senantiasa bertasbih kepada Alloh. Kemudian malaikat menyadari kekeliruan mereka, karena takut dengan murka Alloh, lalu mereka pergi ke Arsy dan bertobat kepada Alloh dengan mengitari Arsy. Mereka bersungguh-sungguh bertobat, sehingga tobatnya diterima oleh Alloh.
Kemudian Alloh berfirman kepada mereka, ”Bangunlah oleh kalian di bumi sebuah rumah yang menjadi tempat kembali setiap orang yang Aku murka terhadapnya dari makhluk-Ku dan dia mengelilinginya (thawaf) sebagaimana kalian lakukan terhadap Arsy-Ku maka Aku akan mengampuninya sebagaimana Aku telah mengampuni kalian".

Karena usang oleh waktu, lama kelamaan Ka'bah yang dibangun oleh malaikat akhirnya hilang tak berbekas. Kemudian Alloh Swt. memerintahkan Nabi Ibrohim a.s. dan anaknya Ismail a.s. untuk membangun kembali Ka'bah di lokasinya semula atas pentunjuk Alloh Swt.

وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ
Artinya :
Dan (ingatlah), ketika kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah. (QS. Al Hajj : 26).

Ketika banjir besar di Mekkah yang merendam Ka'bah, bangunan Ka'bah yang rusak dirobohkan dan dibangun kembali oleh suku Quraisy dengan bentuk seperti sekarang ini. Hijir Ismail, yang mulanya merupakan bagian dari dalam ka'bah, oleh karena keterbatasan biaya (sebab biaya harus benar-benar bersih) maka hijir ismail dikeluarkan dari bagian dalam dari ka'bah. Namun demikian Hijir Ismail tetaplah merupakan bagian dalam dari Ka'bah, jika sholat di hijir ismail nilainya sama dengan ia telah sholat di dalam Ka'bah, demikian sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits. Diriwayatkan Abu Daud ra., bahwa suatu ketika sayyidah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha sangat ingin memasuki ka’bah untuk shalat di dalamnya. Suami beliau, yakni Muhammad Sholalalloh shallallahu ‘alaihi wasallam, mengarahkannya agar shalat di Hijir Ismail. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika engkau ingin memasuki Ka’bah, masuklah ke Hijir Ismail karena ia merupakan Baitullah.”

Itulah sekelumit sejarah tentang Ka'bah yang merupakan kiblat umat muslim se dunia dalam melaksanakan sholat. Namun demikian bukanlah kita diperintahkan untuk menyembah ka'bah, melainkan kita diperintahkan untuk menyembah Sang Pemilik Ka'bah, Ialah Alloh Subhanahu wa Ta'ala.

فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هذَا الْبَيْتِ
Artinya :
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). (Surat Quraish, ayat 3).

Makna Ka’bah secara haqiqi adalah hati manusia yang senantiasa berdzikir kepada Sang Pemilik Ka’bah. Sebagaiamana Firman Alloh dalam hadits Qudsi, "Qolbu orang yang beriman itu adalah rumah Alloh. Tidak dapat memuat Dzat-Ku bumi dan langit-Ku, kecuali Hati hamba-Ku yang
mukmin, lunak dan tenang“
. (HR Abu Dawud ).

Dan juga sabda Rosululloh Saw. “Dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka baik pulalah seluruh tubuhnya (akhlaknya) dan jika ia tidak baik maka tidak baik pula seluruh tubuhnya (akhlaknya). Ia adalah qolbu”, atau biasa kita kenal dengan namanya hati. Hati yang selalu berdzikir itulah maka ia menjadi Baitulloh.

Thawab Umroh Wajib
Thawab dan Sholat di Maqom Ibrahim
Setelah sujud syukur kami pun menuju ke area thawab dengan terlebih dahulu membuat formasi agar kami tidak terpencar saat thawab. Kami pun melangkah ke sisi ka’bah di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad, sebab hitungan thawab dimulai dari sudut Ka’bah yang yang sejajar dengan Hajar Aswad atau Rukun Hajar Aswad. Setelah posisi pas sejajar dengan Hajar Aswad kami menghadap wajah ke arah Hajar Aswad seraya mengarahkan telapak tangan dengan mengucapkan, “Bismillaahi Allohu Akbar”, lalu mengecup telapak tangan. Kemudian kami melanjutkan putaran thawab dengan mengikuti bacaan do’a yang dipandu oleh pimpinan rombongan kami. Setiap sampai di Rukun Yamani kami pun mengarahkan telapak dengan mengucapkan, “Bismillaahi Allohu Akbar”, namun tanpa mengecup telelapak tangan yang dilanjutkan dengan do’a, “Rabbanaa aatinaa fiddunyaa hasanatan wa fil akhirati hasanatan waqinaa adzabannaar” do'a ini dibaca ketika melintas antara Rukun Yamani dan Rukun Hajar Aswad. Demikianlah, hal tersebut kami ulangi di setiap putaran sampai selesai tujuh putaran thawab. Selesai thawab kami pun menuju ke Maqom Ibrohim untuk melaksanakan sholat sunnah Thawab dua rakaat.

Adapun tuntunan Guru kami, Sayyid Abah Aos, Ra.Qs. yaitu saat melakuan thawab justru diam khusu' dengan menghadirkan hati (ka'bah sir) agar senantiasa berdzikir mengingat Alloh Azza wa jalla Sang Pemilik ka'bah dengan dzikir khofi.

Sa’i Bukit Shofa dan Marwa
Selesai mengerjakan thawab, kemudian rombongan kami menuju ke tempat sa’i (mas’a) di antara bukit Shofa dan Marwa, ketika menaiki bukit shofa kami berdo’a :

بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمَنِ الرَّ حِيْمِ. أبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللهُ بِهِ وَرَسُوْلُهُ. إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِرْشَعَآئِرِ اللهِ، فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ.
Bismillahir-rahmaanir-rahiim. Abda-u bimaa bada-allahu bihi wa rasuuluh, innash-shofaa wal-marwata min sya'aairillahi, faman hajjal-baita awi'tamara falaa junaaha 'alaihi an-yaththawwafa bihimaa, waman tathawwa'a khairan fainnallaha syaakirun 'aliim.
Artinya :
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Aku mulai dengan apa yang telah dimulai oleh Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Shafa dan Marwah sebagian dari syiar-syiar (tanda kebesaran) Allah. Maka barangsiapa yang berhaji ataupun berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Penerima Kebaikan lagi Maha Mengetahui.

Sesampainya di atas bukit Shofa kami menghadap dulu ke arah ka’bah, sambil mengangkat tangan kami pun berdo’a :

اَللهُ أَكْبَرُ - اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ
لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ
Allohu Akbar (3x), Laa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamd, wa huwa alaa kulli syai-in qodiir, laa ilaaha illallaahu wahdah, anjaza wadah, wa nashoro abdah, wa hazamal ahzaaba wahdah.
Artinya :
Allah maha Besar (3x). Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, Tiada sekutu bagi-Nya,milik-Nya segala kekuasaan, Segala puji bagi-Nya, Dialah Yang Maha Kuasa atas segalanya, Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, Dia memenuhi janjiNya, Dia yang menolong hamba-Nya, Dia sendiri yang mengalahkan musuh-Nya.

Sa'i di Mas'a
Lalu kami mulai menuruni bukit Shafa menuju ke bukit Marwa, saat melewati tanda hijau di atas kepala kami, kami mempecepat langkah dengan berlari-lari kecil sambil membaca do’a-do’a yang kami kehendaki, diantaranya :

رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاعْفُ وَتَكَرَّمْ وَتَجَاوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ إِنَّكَ تَعْلَمُ مَالاَ نَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ اللهُ الاَعَزُّ الاَكْرَمُ.
Rabbighfir warham wa'fu wa takarram, wa tajaawaz ammaa ta'lam innaka ta'lamu maa laa na'lamu, innaka antallahul-a'azzul-akram.
Artinya :
Tuhanku, ampunilah, sayangilah, maafkanlah, bermurah hatilah dan hapuskanlah apa-apa yang Engkau ketahui. Sesungguh Engkau Maha Mengetahui apa-apa yang tidak kami ketahui. Sesungguhnya Engkaulah Allah Yang Maha Mulia dan Maha Pemurah.

Ketika menaiki bukit Marwa kami berdo’a :

إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَأئِرِ اللهِ، فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِاعْتَمَرَ فَلاَ جَنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ.
Innash-shofaa wa l-marwata min sya'aairillahi, faman hajja l-baita awi'tamara falaa junaaha 'alaihi an-yaththawwafa bihimaa, waman tathawwa'a khairan fainnallaha syaakirun 'aliim.
Artinya :
Sesungguhnya Shafa dan Marwah sebagian dari syiar-syiar (tanda kebesaran) Allah. Maka barangsiapa yang berhaji ataupun berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Penerima Kebaikan lagi Maha Mengetahui.

Begitulah kami melakukan sa’i sampai perjalanan ke tujuh. Namun memasuki perjalanan ke tiga antara shofa dan marwa, ibu saya yang sudah sepuh mulai keletihan, jalannya sudah mulai lamban dan banyak berhenti. Kutatih ibuku dengan penuh kesabaran, kutawarkan kepada ibu untuk menaiki kursi roda, namun beliau menolak karena bertekad akan menyelesaikan sa’i dengan berjalan kaki. Pada perjalanan ke empat ketika hendak menuruni bukit Marwa, Muthowif berkata kepada saya, “Bapak sudah biasa ya di sini”. Saya jawab, “Saya baru kali ini, tapi insya Alloh saya sudah tahu, silahkan kalau mau ditinggal”. Maka tinggallah kami berdua dengan ibu menyelesaikan sa’i dengan perlahan-lahan, terkadang kami mampir ke tempat air zam-zam karena kehausan. Akhirnya tuntaslah perjalanan sa'i kami yang ketujuh di bukit Marwa, lalu kami berdua Tahalul dengan memohon jamaah dari negara lain untuk memotong rambut kami minimal tiga helai rambut. Selesailah umroh wajib (umroh pertama) bagi kami berdua.

Namun ada yang insiden kecil ketika umroh yang kedua (badal) untuk ayahan Agusman Bin Mahmud, ketika itu saya mendorong kursi roda untuk ibu saat thawaf dan sa’i. Pada saat sa’i, pada saat perjalanan ke-tiga, ketika hendak menaiki bukit Marwa, ada seorang jemaah umroh dari negara lain dengan niat mau membantu, ia menarik kursi roda kami dari samping kiri depan dan berlari menaiki bukit Marwa, sampai ke atas tanpa sengaja ujung kursi roda kami menyenggol kaki orang yang juga sedang mendorong kursi roda ibunya, akibatnya di atas tumit kirinya terkelupas sedikit dan berdarah. Orang tersebut meringis kesakitan, saya memberi isyarat bahwa itu bukan perbuatan saya walau orang tersebut tidak marah. Sementara orang yang menarik kursi roda tadi, tersenyum ke saya sambil melepaskan pegangannya, dan berlalu, nampaknya ia juga ada merasa bersalah. Terselip rasa penyesalanku yang mendalam, meski itu tidak disengaja, namun ada rasa bersalah karena telah menyakiti orang tersebut. 

Kupacu kursi roda yang ditumpangi ibu, lalu setelah sampai ke perjalanan ke-tujuh, di atas bukit Marwa, saya izin ke ibu agar beliau bersedia saya tinggal sendiri di atas bukit, lalu saya kembali lagi ke bawah dengan berlari untuk mencari orang tersebut, saya bermaksud menggantikan dirinya untuk mendorong kursi roda ibunya. Setelah ketemu, saya menyibakkan kain penutup tumitnya seraya berkata kepadanya, “Laa ana”, saya menjelaskan bahwa itu bukan atas kesalahan saya, sebab ada orang lain yang menarik kursi roda dengan niat ingin membantu sehingga mengenai kaki kirinya. Dia menjawab, “kholas-kholas”. Pertanda bahwa ia tidak bersedia digantikan dan tidak mempermasalahkannya. Lalu saya menjulurkan tangan, kemudian ia beri tangannya kami pun bertabat tangan pertanda bahwa sudah saling memaafkan.

Alhamdulillah selama di Mekkah saya dapat melaksanakan rangkaian umroh sebanyak tiga kali, yang pertama adalah umroh wajib (miqot di Jeddah), yang kedua umroh badal untuk ayahku Agusman Bin Mahmud yang sudah meninggal dunia (miqot di Ji’ronah), dan yang ketiga umroh sunnah (miqot di Hudaibiyah). Sedang ibu saya (Kholijah) dapat melaksanakan dua kali umroh yaitu umroh wajib dan umroh sunnah.

Gambar Rukun Yamani & Rukun Hajar Aswad
Rukun Yamani, Hajar Aswad, Multazam dan Hijir Ismail
Rabu, 24 April 2019, menjelang waktu Dhuhur aku bersama dengan ibu berangkat menuju Masjidil Harom lebih awal agar bisa masuk ke depan Ka'bah untuk mengambil shaf terdepan. Sebelumnya aku pastikan terlebih dahulu tempat ibu untuk sholat, aku posisikan beliau di shaf terdepan di pingir jalan menuju area thawab, sengaja ibu saya tinggalkan di situ sebab matahari ketika itu sangat terik agar beliau tidak kepanasan, sedang aku terus maju ke area thawab di bagian yang tidak beratap depan Ka'bah sambil merasakan teriknya panas matahari. Setelah menempati posisi, aku kemudian melakukan sholat-sholat sunnah, kemudian duduk sambil berdzikir kepada Alloh. Tiba-tiba duduk di sebelahku seseorang sambil mengucap salam, "Assalamu'alaikum, Bapak dari Indonesia?" tanyanya. Saya jawab, "Wa'alaikum salam, iya, Bapak juga dari Indonesia? dimana?, timpal saya. "Saya dari Kudus", jawabnya. "Alhamdulillaah, saya barusan bisa mencium hajar aswad", sambungnya. "Oh kapan? timpal saya, "barusan" jawabnya. "Saya nanti habis sholat dhuhur ini, mohon do'anya", pinta saya.

Memang ketika mendengar cerita orang tersebut, seketika saya termotivasi untuk mencium Hajar Aswad siang ini juga, sebab dari semalam saya sudah amat-amati kemungkinan untuk mencium Hajar Aswad, namun nampaknya Ka'bah tidak pernah sepi dan tidak pernah berhenti dari orang thawab mengelililnginya. Semula sebenarnya saya tidak memaksakan diri untuk menciumnya, mengingat Nabi Saw. saja tidak menciumnya ketika Haji dan Umroh, Beliau Saw. cukup "Istilam" dengan melambaikan tangan ke arah Hajar Aswad dari jauh kemudian mengecupnya. Namun meski demikian, beliau bersabda :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى الْحَجَرِ « وَاللَّهِ لَيَبْعَثَنَّهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَهُ عَيْنَانِ يُبْصِرُ بِهِمَا وَلِسَانٌ يَنْطِقُ بِهِ يَشْهَدُ عَلَى مَنِ اسْتَلَمَهُ بِحَقٍّ »
Artinya :
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengenai hajar Aswad, “Demi Allah, Allah akan mengutus batu tersebut pada hari kiamat dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki lisan yang bisa berbicara dan akan menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya” (HR. Tirmidzi no. 961, Ibnu Majah no. 2944 dan Ahmad 1: 247).

Kenapa Kita Mencium Hajar Aswad?
Perhatikan hadits berikut,

عَنْ عَابِسِ بْنِ رَبِيعَةَ قَالَ رَأَيْتُ عُمَرَ يُقَبِّلُ الْحَجَرَ وَيَقُولُ إِنِّى لأُقَبِّلُكَ وَأَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ وَلَوْلاَ أَنِّى رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُقَبِّلُكَ لَمْ أُقَبِّلْكَ
Artinya :
Dari ‘Abis bin Robi’ah, ia berkata, “Aku pernah melihat ‘Umar (bin Al Khottob) mencium hajar Aswad. Lantas ‘Umar berkata, “Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka tentu aku tidak akan menciummu” (HR. Bukhari no. 1597, 1605 dan Muslim no. 1270).

Setelah selesai sholat Dhuhur, aku bergegas menuju tempat ibuku semula kutinggalkan, namun aku sempat terkejut, rupanya ibuku sudah tidak ada ditempatnya, shaf tersebut sudah ditempati oleh kaum laki-laki. Kucari beliau kesana kemari namun tidak terlihat, tapi tiba-tiba ada yang menegurku, ternyata suara tersebut dari ibuku yang sudah berada di sampingku, alhamdulillaah. Lalu kulepas peci, jas dan tas kecilku. Ku utarakan maksud kepada ibu bahwa aku titip pakaian ini dan mohon do'a restu ingin mencium Hajar Aswad.

Ibu Mencium Ka'bah
Kucium tangan beliau, lalu aku langsung menuju Rukun Yamani terlebih dahulu, karena memang disunnahkan juga untuk menyentuhnya. Selain itu aku juga bermaksud memulai perjalanan mendekati Hajar Aswad dari Rukun Yamani. Alhamdulillaah, tanpa kesulitan aku langsung bisa menyentuh Rukun Yamani seraya menciumnya. Kemudian dari Rukun Yamani aku terus memegang Ka'bah sembari berjalan pelan mendekati Rukun Hajar Aswad yang memang sejajar dengan Rukun Yamani. Dengan kesabaran sambil berdesak-desakan, tanpa ada kesulitan akhirnya aku bisa mencium Hajar Aswad yang wangi Kesturi. Kupanjatkan do'a, terutama agar selamat dunia akhirat dan dikabulkan segala hajat kami sekeluarga, serta memohon agar aku bisa kembali lagi ke Baitulloh ini beserta dengan istri dan anak-anakku untuk melaksanakan Haji dan Umroh.

Alhamdilillaah, tidak ada yang menggangguku ketika mencium Hajar Aswad, seakan semuanya ridho giliranku untuk menciumnya. Namun karena aku memikirkan masih banyak hamba Alloh yang ngantri ingin mencium Hajar Aswad, tak berlama-lama aku langsung keluar dari kerumunan untuk kemudian menuju Multazam untuk berdo'a. Dari Multazam selanjutnya aku berputar menuju arah masuk ke Hijir Ismail, dengan berdesakan akhirnya aku bisa masuk ke Hijir Ismail dan melaksanakan sholat sunnah lalu berdoa di bawah Pancuran Emas.

Front Camera- minum dg tangan kanan- red.
Selesai berdo'a di Hijir Ismail, aku keluar menuju tempat ibuku menunggu. Dengan rasa syukur kusampaikan kepada beliau bahwa aku berhasil dan diperkenankan oleh Alloh untuk mencium Hajar Aswad. Lalu aku mengajak beliau untuk menuju Hijr Ismail agar beliau bisa melaksanakan sholat sunnah di dalan Hijir Ismail dan juga berdoa di bawah Pancuran Emas. Kemudian beliau juga ingin memegang Rukun Yamani dan mencium Ka'bah, alhamdulillaah dengan izin Alloh beliau bisa memegang dan mencium dinding Ka'bah, namun untuk ke Hajar Aswad tidak kusarankan mengingat kondisi ibu yang sudah tua dan lemah.

Kami pun akhirnya menepi, menuju tempat disediakannya Air Zam-zam dan kami pun meminumnya. Memang Air Zam-zam ini banyak disediakan di tempat-tempat strategis di dalam Masjidil Harom. Salah satu tanda kebesaran Alloh Swt. adalah Air Zam-zam ini, walau berjuta-juta orang meminumnya setiap hari, bahkan diambil juga untuk dibawa ke hotel atau kediaman penduduk setempat bahkan pula ada yang dikirim ke berbagai negara, ternyata Air Zam-zam ini tidak pernah habis atau kekeringan.

NAFAK TILAS MEKKAH

Lokasi Gua Tsur
Nafak Tilas ke Jabal Tsur
Kamis, 25 April rombongan mengunjungi Jabal Tsur, dimana di Gunung di atas ini terdapat sebuah Gua yang dijadikan tempat persembunyian Rosululloh Saw. yang ditemani sahabat terdekatnya sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a. ketika beliau dikejar dan ingin dibunuh oleh kaum  musyrik Quraisy saat perjalanan hijrah beliau ke Madinah.
Ketika itu para kafir Quraisy di Mekkah telah sepakat akan membunuh Nabi Muhammad Saw.  pada malam hari. Dipilihlah para pemuda-pemuda yang kuat dari Quraisy, mereka berjaga di sekeliling kediaman Nabi menunggu Nabi keluar menuju Masjidil Harom. Namun yang ditunggu-tunggu ternyata tak kunjung keluar hingga menjelang fajar menyingsing. Kemudian para pemuda yang berniat jahat tersebut mengintip ke dalam bilik kamar Nabi, mereka masih melihat ada orang yang berselimut berbaring di tempat tidur. Padahal orang tersebut adalah Sayyidina 'Ali k.w. yang disuruh Nabi untuk menggantikan posisi dirinya untuk tidur di situ. Sedang pada malam itu atas perintah Alloh Swt. Nabi beserta sahabatnya Abu Bakar berangkat hijrah ke Madinah. Rosululloh Saw. keluar dari rumahnya dengan mudah padahal rumah beliau sudah dikepung. Ketika itu Rosululloh Saw. mengambil segenggam tanah kemudian membacakan salah satu ayat dari Surah Yaasin, "Wa ja'alnaa min baini aidihim saddan wa min holfihim saddan fa-aghsyainaahum fahum laa yubshiruun" (do'a ini juga yang dianjurkan bagi ikhwan TQN untuk diwiridkan setiap selesai khotaman, sholat shubuh dan sholat maghrib), lalu menaburkan tanah tersebut ke atas kepala mereka, mereka pun akhirnya tertidur sehingga mereka tidak melihat Rosululloh berjalan keluar di hadapan mereka.
Kemudian Rosululloh Saw. pergi meninggalkan Mekkah dengan ditemani oleh sahabatnya Abu Bakar menuju ke selatan arah ke Yaman, maksudnya agar tidak bisa ditebak oleh musuh, sebab waktu itu orang-orang kafir Quraisy pasti akan mengira bahwa Rosululloh Saw. akan pergi ke arah Utara menuju Madinah. Kemudian keduanya sampailah di Jabal Tsur, lebih kurang 20 Km dari Mekkah, disitu ada sebuah Gua yang dianggap cocok untuk berlindung dari kejaran kafir Quraisy. Nabi mendiami Gua tersebut sampai tiga hari lamanya. Pada saat itu hampir saja pasukan kafir Quaisy menemukan mereka, andai saja orang-orang Quraisy menengok ke bagian bawah Gua niscaya mereka akan mendapati Nabi beserta sahabatnya berada di situ. Namun Alloh Swt. melindungi beliau berdua, sehingga kafir Quraiys berlalu tanpa mengetahui mereka berada di situ.

Rahasia Jabal Tsur
Ada rahasia di Jabal Tsur, ketika itu Sayyidina Abu Bakar sedikit gentar, ia takut kafir Quraisy akan menemukan Nabi dan  mereka akan membunuh Nabi, lalu Nabi menenangkannya dengan berkata, "Laa tahzan Innalloha ma'ana" (Jangan bersedih sesungguhnya Alloh beserta kita). Nah inilah rahasianya, ketika itulah Nabi Muhammad Saw. mentalqinkan Dzikir Khofi kepada Sayyidina Abu Bakar ra.

Sebagaimana Firman Alloh Swt. :

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya :
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS. At-Taubah : 40).

Itulah sejarah Gua di Jabal Tsur. bersyukur saya dapat mengunjungi tempat yang sangat bersejarah ini, baik sejarah fisik perjuangan Islam maupun sejarah amalan yang saat ini menjadi amalan bagi saya. Namun sayang saya tidak memiliki kesempatan yang cukup untuk mendaki gunung tersebut, saya hanya bisa melihatnya dari bawahnya saja.

Arofah, Mudzdalifah dan Mina (Armudzna)
Padang Arofah
Setelah dari Jabal Tsur, rombongan kembali melanjutkan perjalanan menuju ke Padang Arofah, Mudzdalifah dan Mina. Padang Arofah adalah tempat dimana jemaah haji akan melakukan Wukuf sejak mulai terbit matahari hingga matahari terbenam pada tanggal 9 Dzulhijah, setelah sehari sebelumnya bermalam di Mina pada tanggal 8 Dzulhijah. Padang Arofah adalah sebuah padang yang luas dan sepi, dikelilingi oleh bukit-bukit berbatu, tanahnya tandus berdebu, jika musim panas, cuaca extrim, sinar matahari sangat terik, panasnya menyengat kulit. Namun saat ini, kondisi padang arofah sudah banyak ditumbuhi pepohonan di beberapa bagian tempat, konon pohon-pohon tersebut dinamai masyarakat sekitar dengan pohon Soekarno, karena pohon tersebut berasal dari Indonesia yang kemudian ditanam, dan ternyata tumbuh di sana. Di padang Arofah saat ini sudah berdiri tenda-tenda permanen dan fasilitas-fasilitas seperti; Toilet dan Rumah Sakit. Namun disaat tidak musim haji, bangunan-bangunan tersebut ditinggal, tidak terawat, nanti saat musim haji tiba baru kawasan itu dibersihkan dan dilengkapi fasilitasnya oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

Nafak Tilas ke Jabal Rahmah
Di padang Arofah terdapat sebuah bukit yang diberi nama Jabal Rahmah.
Tugu Jabal Rahmah
Jabal, artinya Gunung/Bukit. Rahmah, artinya kasih sayang.
Jabal Rahmah terletak di tengah Padang Arofah. Padang Arofah adalah tempat Jamaah Haji melaksanakan Wukuf pada tanggal 9 Dzulhijah. Jika jamaah haji tidak melaksanakan wukuf di Arofah maka hajinya menjadi tidak sah/batal.

Sebagaimana Sabda Rosululloh Saw. :
Abdurrahman bin Ya’mur al-Daily telah mendengar Rosululloh Saw. bersabda, “Al-hajju Arafah, (puncak ibadah haji adalah Arafah). Barangsiapa yang mendapati Arafah sebelum (terbit) fajar, maka dia telah mendapati haji.” (Musnad Al-Humaidy, 11/399).

Di sinilah Nabi Adam dan Hawa dipertemukan kembali oleh Alloh setelah mereka terusir dari surga karena memakan buah khuldi atas godaan Iblis. Ketika Alloh memerintahkan Malaikat sujud kepada Adam, semua malaikat sujud keculai Iblis. Sebagaimana Firman Allo dalam Al Quran :

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Artinya, "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir". (QS. Al Baqarah : 34).

Karena penolakannya itu, kemudian Alloh SWT menegur Iblis. Iblis berkilah bahwa dirinya jauh lebih hebat dibandingkan dengan manusia. Dengan sombongnya Iblis berkata kepada Alloh SWT jika ia diciptakan dari Api, sedang manusia dicipatkan dari segumpal tanah. Pernyataan itu membuat Alloh murka. Kemudian Iblis diusir dari surga. Oleh karena itu Iblis bertekad ingin menggoda Nabi Adam berikut dengan keturunannya.

ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Artinya, "kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)". (QS. Al A'raf : 17).

Demikianlah, akhirnya Iblis mengoda Nabi Adam dan Hawa untuk memakan buah khuldi yang dilarang oleh Alloh untuk mendekatinya.

Kemudian mereka diturunkan ke bumi secara terpisah, menurut riwayat Nabi Adam diturunkan di India, sedang Hawa diturunkan di Iraq. Mereka bertobat kepada Alloh selama ratusan tahun, akhirnya Alloh Maha Pengampun menerima tobat mereka dan mempertemukan mereka di bukit ini

Di padang Arofah pula, malaikat Jibril a.s. terakhir turun untuk menyampaikan wahyu Ilahi kepada Nabi Muhammad SAW. sebagaimana difirmankan oleh Alloh Swt. :

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلامَ دِينًا
Artinya :
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian diin kalian, telah Kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku ridhai Islam sebagai Agama kalian. (QS. Al-Maaidah: 3).

Demikianlah Arofah, banyak pelajaran yang dapat kita petik hikmahnya dari peristiwa yang terkait dengan padang Arofah. Dalam peristiwa penciptaan Nabi Adam as. dan pembangkangan serta tekad Iblis untuk menggoda manusia tersebut, maka Alloh SWT menjadikan sebuah kalimat sebagai benteng dari godaan Iblis. Sebagaimana difirmankan-Nya dalam hadits Qudsi :

"Kalimat Laa Ilaaha Illaloh adalah Benteng-Ku, barang siapa mengucapkannya maka ia telah masuk ke dalam Benteng-Ku, barang siapa yang masuk ke dalam Benteng-Ku maka ia aman dari azab-Ku"

Nafak Tilas ke Mudzdalifah
Selanjutnya kami pun melanjutkan perjalanan menuju Mudzdalifah. Mudzdalifah ini adalah salah satu wajib haji yaitu bermalam di Mudzdalifah sebelum ke Mina untuk melempar Jumroh. Setelah wukuf di Arofah, jemaah haji kemudian bertolak ke Mudzdalifah. Di sini jamaah singgah mengambil krikil untuk lempar Jumroh di Mina. Setelah lewat tengah malam kemudian jemaah haji menuju ke Mina dan bermalam di Mina untuk melakukan lempar Jumroh. Namun sayang saya serta rombongan tidak turun di Mudzdalifah dan Mina, kami hanya melewati kawasan tersebut dan melihatnya dari atas Bis yang kami tumpangi.

Lembah Mina
Mina
Mina adalah sebuah lembah di padang pasir berjarak 5 km dari Kota Mekkah. Terletak antara Mekkah dan Mudzdalifah. Mina didatangi oleh jamaah haji pada tanggal 8 Dzulhijah atau sehari sebelum wukuf di Arafah. Jamaah haji tinggal di sini sehari-semalam hingga dapat melakukan shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh. Kemudian setelah sholat Subuh tanggal 9 Dzulhijah, jamaah haji bertolak ke Arafah untuk wukuf.

Jamaah haji datang lagi ke Mina setelah selesai melaksanakan wukuf di Arafah. Jamaah haji ke Mina karena para jamaah haji akan melempar jumrah. Tempat atau lokasi melempar jumrah ada 3 yaitu Jumrah Aqabah, Jumrah Wustha dan Jumrah Ula. Di Mina jamaah haji wajib melaksanakan mabit (bermalam) yaitu malam tanggal 11,12 Dzulhijah bagi jamaah haji yang melaksanakan Nafar Awal atau malam tanggal 11,12,13 dzulhijah bagi jamaah yang melaksanakan Nafar Tsani.

Mina juga merupakan tempat atau lokasi penyembelihan binatang Qurban. Di Mina ada masjid Khaif, merupakan masjid di mana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat dan khutbah ketika berada di Mina saat melaksanakan ibadah haji. Di Mina juga terdapat Tugu peristiwa, tempat dimana ketika Nabi Ibrohim as. ketika itu akan menyembelih anaknya Nabi Ismail as.

Nafak Tilas ke Ja'ronah
Masjid Ja'ronah
Ja'ronah atau Ji'ronah adalah nama seorang perempuan yang menjaga dan membersihkan masjid di sana. Setelah kami mengunungi Arofah, Mudzdalifah dan Mina, lalu kami menuju Ja'ronah. Di Ja'ronah inilah tempat kami mengambl Miqot untuk umroh yang kedua kalinya, hari Kamis, 25 April 2019. Jaraknya kurang lebih 22 km dari Kota Mekkah. Dulu tempat ini beberapa kali dijadikan tempat miqotnya Rosululloh Saw. Tempat ini dulu adalah sebuah kampung kecil dan sepi.
Menurut sejarah, Ja'ronah memang beberapa kali dikunjungi Rasulullah bersama umat Muslim setelah perjalanan panjang. Suatu ketika Ja'ronah dikunjungi Rasul bersama pejuang Islam lain setelah Perang Hunain. Karena persediaan air habis dan di sana tidak terdapat sumur, Rasul memukul tongkatnya lalu keluarlah air.

Di ceritakan suatu hari Rasul akan kembali berkunjung ke tempat ini. Kedatangan Rasul tersebut kemudian diketahui oleh kaum musyrikin, lalu mereka menebarkan racun ke dalam sumur air minum (Bir Thaflah) yang ada di Ji'ronah.

Atas petunjuk Allah, Rasul pun tahu niat jahat kaum musyrikin tersebut. Kemudian, dengan mukjizat, Rasul pun meludahi sumur tersebut. Seketika air sumur yang tadinya beracun menjadi tawar. Bahkan, sumur ini bisa untuk menyembuhkan penyakit kulit. Oleh karrna itu diyakini oleh sebagian umat muslim bahwa air dari sumur ini bisa menjadi obat dan penawar racun, sehingga jamaah haji dan umroh sering mengambil air ini untuk dijadikan obat.

Sayangnya, sumur ini telah ditutup oleh pemerintah Arab Saudi untuk mencegah syirik, atau perbuatan menyekutukan Allah. Namun meski sumur tersebut telah ditutup, diyakini air yang sekarang untuk berwudhu di masjid Ja'ronah berasal dari air sumur tersebut, maka masih banyak umat muslim mengambilnya dari kran air yang ada di sana.

Dan disini pulalah Alloh menurunkan wahyu Firman-Nya, yaitu QS. Al Baqorih : 196 :

وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ ۚ فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ ۖ وَلَا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّىٰ يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهُ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ بِهِ أَذًى مِنْ رَأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ ۚ فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ ۚ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ ۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ۗ ذَٰلِكَ لِمَنْ لَمْ يَكُنْ أَهْلُهُ حَاضِرِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya :
Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.

Setelah mengambil miqot di Ji'ronah lalu kami bersama rombongan kerangkat menuju Mekkah untuk menunaikan Umroh yang kedua (umroh sunnah). Setelah selesai umroh kami kembali ke hotel dan menunaikan ibadah sholat di masjidil Harom. Besok hari Jumat kami bersiap ke Hudaibiyah untuk mengambil miqot untuk umroh yang ketiga kalinya.

Jum'at Mubarok di Masjidil Harom
Pengaturan Shaf
Tibalah hari Jum'at di Mekkah, tepatnya pada tanggal 26 April 2019. Siang itu tidak seperti biasanya aku menuju Masjidil Harom bersama dengan tiga orang teman sekamar saya, Bapak H. Jauhari, H. Yayan, dan H. Masda. Padahal sebelumnya, yaitu pada tanggal 24-25 April 2019 saya selalu sendirian beribadah di Masjidil Harom, karena merupakan kesempatan bagi saya selama di Mekkah untuk memprektekkan Amaliyah Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya. Dengan mengamalkan amalyah TQN Suryalaya (dzikir dan sholat yang banyak) maka secara otomatis saya tidak bisa selalu bersama dengan keempat teman saya tersebut di Masjidil Harom.
Seperti telah diketahui bahwa di Arab Saudi paham yang berkembang dan diakui secara resmi oleh kerajaan Arab Saudi adalah paham "Wahabi", paham yang dinisbatkan kepada Syekh Muhammad Abdul Wahab, seorang ulama yang ingin memurnikan Tauhid, yang sangat anti terhadap Bid'ah, hal ini berdasarkan hadits, "Kullu bid'atin dholalah, wa kullu dholalah finnaar" (Setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap sesat tempatnya di neraka). Sehingga ajaran "Wahabi" ini sangat anti terhadap dzikir jahar, tawasul, maulidan, yasinan, dll. Bahkan sholat pun harus seperti Rosululloh Saw. menurut pemahaman mereka. Paham ini sangat bertentangan sekali dengan paham Ahlussunnah Wal Jamaah dalam hal furuiyyah yang berkembang di Indonesia yang sangat kental tradisinya dengan Dzikir Berjamaah setelah sholat, peringatan Maulid Nabi, Yasinan, Tawasul, dll.

Khotaman Menunggu Waktu Isro'
Menurut pemahaman Ahlussunnah wal Jamaah, hadits tentang bid'ah itu terbagi menjadi dua, yaitu; bid'ah hasanah dan bid'ah dholalah. Sebab sesuatu yang baru itu tidaklah selamanya sesat, melainkan ada juga yang baik dan ada juga yang sesat. Di Masjidil Harom, kalau selesai sholat fardhu tidak ada dzikir berjamaah, bahkan waktunya sangat singkat, selang kurang dari lima menit sudah melaksanakan sholat jenazah, selesai sholat jenazah jamaah langsung bubar. Berbeda dengan Ahlussunnah Wal Jamaah, selesai sholat memperbanyak dzikir dan do'a-do'a, bahkan tak jarang sampai sholat fardhu berikutnya, seperti sholat Maghrib sampai dengan sholat Isya' tidak kembali lagi ke rumah, atau sholat Shubuh sampai waktu Isro' dan Dhuha. Bagi TQN Suryalaya hal ini sudah menjadi amaliyah rutin harian yang sudah dituntunkan oleh Guru Mursyid, sehingga harus diamalkan oleh murid dimana pun ia berada. Apa lagi di Masjidil Harom, dimana pahala sholat di sini akan diganjar dengan 100.000 kali lipat ganjaran pahala oleh Alloh Swt.

Jum'atan di Depan Ka'bah
Siang itu, sebelum waktu Jum'at tiba, kami berempat menuju ke depan Ka'bah, karena kami memang berniat agar bisa sholat Jum'at di depan Ka'bah. Untuk bisa sholat di depan Ka'bah maka kami harus ikut thawab terlebih dahulu mengelilingi ka'bah, sambil mengatur diri untuk membuat shaf-shaf, saya pun langsung memasang niat untuk thawab tujuh putaran, nanti setelah iqomat otomatis semua berhenti dari aktivitas thawab untuk menunaikan sholat berjamaah. Alhamdulillah kami medapatkan shaf di depan Ka'bah, yaitu shaf ke-tiga dari samping Hijir Ismail (dekat dengan Mimbar Khotib). Bersyukur saya diberikan kesempatan oleh Alloh melaksanakan sholat Jum'ah di Masjidil Harom. Setelah pulang ke Tanah Air ternyata ada rekamannya di Youtube. Link 26th Apr 2019 Makkah Jum'ah : https://www.youtube.com/watch?v=IUXG26EC0UU

Selesai sholat jum'at saya kembali melanjutkan thawab sampai tujuh putaran, di putaran ke-tujuh saya mengakhirinya dengan menyentuh Rukun Yamani, mencium Rukun Hajar Aswad, berdo'a di Multazam, berdiri di depan Pintu Ka'bah, dan berakhir sholat di Maqom Ibrahim. Tak lupa juga saya menyempatkan diri untuk kembali sholat di Hijir Ismail dan berdo'a di bawah Pancuran Emas. Ketika di Pintu Ka'bah lama aku berdiam diri, kutempelkan dada dan pipiku seakan aku ingin memeluk Ka'bah, kupanjatkan do'a, aku ingin Baitulloh ini (Ka'bah) yang menjadi kiblat umat muslim sedunia ini kelak di akhirat menjadi saksi bahwa aku yang berlumuran dosa ini pernah memeluknya ketika di dunia. Semoga Alloh mengampunkan segala dosa-dosaku baik disengaja maupun tidak disengaja, baik dosa masa lalu maupun yang akan datang, baik dosa besar maupun dosa yang kecil, baik dosa kepada Alloh maupun dosa kepada sesama manusia, semoga Alloh yang Maha membolak-balikkan Hati menjadikan orang yang pernah terzholimi serta haknya terampas olehku ia kemudian dapat mengikhlaskan semuanya dengan kekuasaan Alloh yang Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang, dan karomah Guru Mursyidku, al faatihah...aamiin yaa Robbal 'alamiin.

Nafak Tilas ke Hudaibiyah
Masjid Hudaibiyah
Selepas sholat Jum'at, 26 April 2019, kemudian kami menuju ke Hudaibiyah untuk mengambil Miqot umroh yang ketiga. Kalau kita mendengar Hudaibiyah, maka kita akan teringat dengan satu peristiwa bersejarah dalam perjuangan Rosululloh Saw., yaitu Perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian Hudaibiyah adalah perjanjian antara kaum Muslimin Madinah dengan kaum musyrikin Mekah. Perjanjian yang ditandatangani di lembah Hudaibiyah, tepatnya di lokasi Masjid Kuno pinggiran Mekkahini terjadi pada tahun ke-6 setelah Rasululloh hijrah dari Mekah ke Madinah. Pada saat itu rombongan kaum Muslimin yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad Saw. yang berjumlah 1400 orang hendak melakukan ibadah haji dan umroh. Namun mereka dihalang- halangi masuk ke Mekah oleh kaum musyrik Quraisy, warga Mekah. Rasululloh pun mengajak mereka bernegosiasi sampai akhirnya kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan perjanjian damai. Di antara isi perjanjian tersebut adalah; gencatan senjata antara muslimin Madinah dengan musyrik Mekkah selama 10 tahun, dan kaum muslimin harus kembali ke Madinah, tahun berikutnya baru boleh ke Mekkah untuk ibadah umrah. Namun perjanjian ini hanya efektif selama dua tahun, sebab kaum kafir Quraisy kemudian melanggar perjanjnian tersebut.

Rahasia di Hudaibiyah
Umumnya umat Islam hanya mengenal perjanjian kaum Muslimin dengan kafir Quraisy ini saja, padahal ada lagi satu peristiwa yang dikenal dengan Bai'aturridhwan, yaitu bai'at yang dilakukan oleh para Sahabat untuk setia kepada Rosululloh Saw. Ketika itu, rombongan kaum muslimin tertahan di Hudaibiyah, lalu Rosululloh Saw. mengutus seorang Sahabat untuk melakukan Karenanya Rasulullah saw mengirim utusan kepada Quraisy untuk berunding.

Rasululloh Saw. menunjuk Utsman bin Affan r.a. untuk menemui kaum kafir Quraisy. Namun setelah keberangkatan Utsman, ternyata lama ia tak kembali, terdengar isu di kalangan muslimin bahwa dia terbunuh. Rosululloh Saw. kemudian menyeru segenap kaum muslimin yang bersamanya untuk berikrar setia kepadanya, istilah itu dikenal dengan sebutan Bai'at Ridhwan. Hal ini sebagaimana di Firmankan oleh Alloh dalam Quran Surat Al Fath ayat 10 :

إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ ۚ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَىٰ نَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
Artinya :
Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.

Imam Sholat Ashar Masjid Hudaibiyah
Peristiwa inilah yang menjadi dalil adanya Bai'at atau Talqin Dzikir, dimana orang yang telah berbai'at untuk mentaati Alloh dan Rosul-Nya maka itulah kemenangan dan ia telah beruntung. Kalau dulu para sahabat berbai'at kepada Rosululloh Saw., kalau sekarang kita berbai'at kepada Khalifah-Nya yang Mursyid. Maka bergembiralah orang-orang yang telah berjanji setia itu, sebagaimana difirmankan oleh Alloh Swt. dalam Quran Surat At Taubah ayat 111 :

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ۚ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ ۚ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ ۚ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Artinya :
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.

Selesai menunaikan sholat Ashar, kemudian saya menunaikan sholat sunnah Ihrom. Meskipun ada larangan sholat sunnah setelah Ashar, tapi melaksanakan sholat sunnah Ihrom lebih utama dalam kondisi ini, demikian saya berijtihad. Kemudian rombongan kami beranjak menuju Mekkah untuk melaksanakan Thowaf.

Peternakan Onta di Hudaibiyah
Ke Peternakan Unta
Di Hudaibiyah, kami tak lupa mengunjungi peternakan Unta . Lokasi peternakannya di daerah pegunungan dan padang pasir yang sangat gersang. Saat kami mengunjungi lokasi peternakan terjadi badai pasir. Sangat jelas terlihat pasir-pasir berputar-putar berterbangan menutupi pandangan. Sebelum kami tiba, pemandu telah mewanti-wanti untuk menggunakan masker, bukan hanya menghindari debu, juga untuk mengurang bau kotoran onta yang sangat menyengat.

Di sini kami membeli susu unta yang dijual oleh pemiliknya seharga 5 riyal atau setara 20 ribu rupiah per botol minuman 500 ml. Konon susu unta memiliki khasiat untuk mengobati berbagai penyakit dan kebugaran tubuh.Selain susu unta juga ditawarkan air kencing unta yang dijual lebih mahal dari susu unta . Namun kami tidak ada yang membeli air kencing Onta, kami hanya membeli susu unta untuk kami konsumsi setelah tiba di Mekkah.

Unta memang tidak bisa dipisahkan dengan sejarah perjuangan Rosululloh Saw. Ketika Rosululloh Saw. hijrah dari Mekah ke Madinah, beliau mengendarai unta yang bernama Qashwa. Qashwa adalah nama unta yang ditunggangi Rasululloh ketika hijrah dari Makkah ke Madinah, yaitu seekor unta yang dimiliki Abu Bakar as-Siddiq. Awalnya, unta tersebut diberikan cuma-cuma kepada Rasululloh, namun Rosululloh Saw. menolaknya, sebab Rasululloh ingin membeli unta itu dari tangan Abu Bakar. Seekor unta yang nantinya menjadi kesayangan Rasululloh Saw.

Ketika sampai di kota Madinah, Rosululloh Saw. disambut oleh penduduk Madinah dengan suka cita. Mereka berdiri di pinggir-pinggir jalan yang dilalui oleh Rosululloh seraya berharap rumah mereka akan dijadikan tempat tinggal Nabi. Mereka telah menyediakan rumah-rumah mewah mereka dan fasilitas yang memadai untuk Rosululloh Saw. Rosululloh kemudian turun dari untanya dan menyalami penduduk Madinah yang sangat gembira dengan kedatangan Rosul.

Namun apa yang terjadi, justru unta itu terus berjalan melewati rumah-rumah mewah, melewati bangunan-bangunan kokoh dan akhirnya malah memasuki dan berhenti di pelataran rumah Abu Ayyub al-Anshari. Sehingga tempat itulah yang dipilih Rasululloh Saw sebagai tempat singgahnya. Rumah sederhana dengan tuan rumah yang sangat merendahkan diri. Betapa bersukurnya Abu Ayyub al-Anshari atas anugrah yang diberikan oleh Allah kepadanya, sebagai tuan rumah dari Utusan yang Paling Mulia Rasululloh Saw.

Nafak Tilas Jabal Nur
Lokasi Gua Hiro'
Setalah dari Hadaibiyah, kemudian kami menuju Mekkah. Ketika perjalanan kembali lagi ke Mekkah inilah kami melewati Jabal Nur tempat dimana terdapat Gua Hiro'. Di dalam Gua inilah Nabi menerima Wahyu Pertama dari Alloh Swt. melalui malaikat Jibril a.s. Namun sayang, seperti juga Jabal Tsur, di Jabal Nur ini kami tidak sempat untuk naik ke atas yang membuthkan waktu berjam-jam untuk melihat kedua Gua tersebut.

Rahasia di Jabal Nur
Ya, Jabal Nur, di atas Gunung inilah ketika itu Jibril menyampaikan Wahyu dari Alloh yang pertama. Jibril memerintahkan Nabi untuk membaca "Iqro'", Nabi menjawab "maa ana bi qiro". Kemudian Jibril memeluk Nabi lalu melanjutkan "bismi robbika alladzii kholaq".

[Iqro'] inilah yang dimaksud dengan membaca Nama Tuhan dengan lisan, disebut Dzikir Jahar dengan kalimat [laa ilaaha illalloh].

[Bismi] inilah yang dimaksud dengan menyebut Nama Tuhan dengan hati, disebut Dzikir Khofi dengan kalimat Allohu Alloh.

Sebagaimana Firman Alloh Swt.:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
Arti: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.

Proses inilah rahasia di Jabal Nur, yaitu ketika itu malaikat Jibril as. mentalqinkan kalimat Laa Ilaaha Illaloh kepada kanjeng Nabi Muhammad Saw.

Nafak Tilas ke Rumah Tempat di Lahirkan Nabi Muhammad SAW.
Tempat Kelahiran Nabi Muhammad Saw.
Pada hari Sabtu, 27 April 2019, tibalah saatnya kami berpisah dengan Ka'bah, sesuai dengan jadwal rombongan akan menuju ke Madinah al Munawaroh. Sebelum waktu Dhuhur tiba, kami kemudian berkumpul di Pintu Raja Fahd untuk melaksanakan Thawaf Wada' atau Thawaf perpisahan dengan Ka'bah. Disinilah para jamaah merasakan perasaan sedih dan haru karena akan berpisah dengan Baitulloh. Setelah sholat di Maqom Ibrahim, banyak jamaah yang menangis sambil berjalan mundur seraya melambaikan tangan ke arah Ka'bah seakan-akan berat untuk berpisah, mungkin inilah terakhir bagi kami untuk melihat Ka'bah secara langsung. Kami pun berdo'a semoga diberikan kesempatan lagi oleh Alloh untuk datang kembali ke sini. Saya pun akhirnya ikut larut juga terbawa oleh suasana, walau saya sudah diajarkan oleh Guru Agungku bahwa jika seseorang telah menjadikan Qolbunya sebagai Ka'bah Sirr, maka Hati si Hamba tidak akan pernah merasakan berpisah, ia senantiasa akan selalu bersama dengan Ka'bah untuk selamanya.
Selesai thawaf wada', masih tersisa sedikit waktu sebelum sholat Dhuhur, saya pun menyempatkan diri untuk mengunjung rumah tempat kelahiran manusia Agung yaitu kanjeng Nabi Muhammad Saw. yang kini tempat tersebut telah dirubah menjadi Perpustakaan, tidak hanya itu tapi sebuah Bukit di sebelah Masjidil Harom yang dulu dinamakan Jabal Qubesy, kini sudah menjadi komplek Istana Raja. Di samping perpustakaan tersebut kini menjadi lokasi aliran Air Zam-Zam yang dialirkan dengan Pipa dari sumbernya yang berada di dekat Hijir Ismail.

Setelah makan siang kemudian rombongan check out dari hotel, menaiki Bis menuju ke Madinah yang berjarak sekitar 490 km dari Mekkah melewati Jeddah. Sesampainya di Jeddah kami ditunjukkan lokasi makam Siti Hawa, karena konon bunda Siti Hawa dimakamkan di Jeddah, sesuai dengan arti dari nama Jeddah itu sendiri adalah berarti Nanek Perempuan.  Kemudian jamaah diajak mampir dulu di pasar Qorniche di Jeddah. Di sini adalah pasar yang ada di Arab namun rasa Indonesia. Di sini juga dijual Bakso Mang Udin. Hampir semua jamaah mampir dan mencicipi Bakso dan aneka Juice Buah yang tersedia. Menjelang maghrib, kami kemudian melanjutkan perjalanan ke Madinah. Kami juga telah sepakat untuk menjama' sholat Maghrib di waktu Isya' nanti di Masjid Nabawi.

Lewat tengah malam, akhirnya kami sampai di Kota Madinah. Kami langsung menuju Hotel masing-masing, rombongan saya di Hotel Salihiya dekat Pintu 25 Masjid Nabawi. Setelah meletakkan barang-barang di kamar, kami berempat menujut ke Masjid Nabawi untuk melaksanakan sholat Isya' dan Jama' Maghrib. Selesai sholat teman-teman ingin kembali lagi ke Hotel, nanti menjelang shubuh baru kembali lagi ke Masjid Nabawi. Saya mempersilahkan mereka untuk kembali ke hotel, tapi saya mau di sini saja, saya mau langsung ke Raudhoh.

MADINAH AL MUNAWAROH

Sholat di Masjid Nabawi
Masjid Nabawi merupakan masjid utama kedua umat Islam setelah Masjidil Harom. Sesuai dengan namanya masjid ini dibangun oleh Nabi setelah hijrah ke Madinah. Tanahnya adalah milik dua anak yatim Sahl dan Suhail bin Amr yang kemudian dibeli oleh Rosululloh Saw untuk dibangun masjid dan rumah beliau.
Sholat di Masjid Nabawi pahalanya sama dengan seribu rakaat di masjid lain. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ

“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih baik dari pada 1000 shalat di masjid lainnya kecuali Masjidil Harom.” (HR. Bukhari 1190 dan Muslim 1394).

Aura Masjid Nabawi
Awalnya masjid ini berukuran 50x50 dengan tinggi atap sekitar 3,5 meter, layaknya rumah di Timur Tengah yang berbentuk kotak dengan pelataran luas di dalamnya. Di sisi selatan pelataran dibuat serambi beratap (Ash Shufah) di sinilah tempat berkumpulnya para Ahli Shuffah.
Perbaikan masjid pertama kali dilakukan pada masa khalifah Umar bin Khattab tahun 17 H dengan menambah sebidang tanah di utara, kemudian dilanjutkan pada masa khalifah Usman bin Affan. Perbaikan masjid Nabawi juga dilakukan pada zaman kekhalifahan Walid bin Malik dari Dinasti Umayyah, Umar bin Abdul Aziz yang ketika itu menjadi Gubernur Madinah al Munawwaroh memerintahkan pembangunan kembali masjid Nabawi. Dalam kesempatan itu Umar bin Abdul Aziz menambahkan Mihrob di dalam masjid.
Di zaman modern, Raja Abdul Aziz dari Kerajaan Arab Saudi meluaskan masjid Nabawi menjadi 6.042 meter persegi pada 1372 H. Kemudian dilanjutkan oleh penerusnya Raja Fahd sehingga luas masjid menjadi 98 ribu meter persegi yang dapat menampung 167 ribu jamaah.

Sebenarnya ketika memasuki Kota Madinah ini ada perasaan 'minder', saya minder karena saya tidak merasakan seperti yang dirasakan oleh paman saya, salah satu anggota jamaah. Beliau sejak di Mekkah saja sudah mengungkapkan kerinduannya kepada Rosululloh Saw. beliau ingin sekali menemui Rosululloh dengan menziarahi makamnya, maka tak heran ketika memasuki Masjid Nabawi, selesai mengimami kami sholat isya' dengan jama' maghrib, terdengar isakan tangis beliau, khusu' berdoa. Sementara aku ketika memasuki masjid Nabawi pertama kalinya ini, perasaanku biasa-biasa saja, tentu aku meyakini bahwa ini adalah masjid agung kedua setelah masjidil Harom, yang sholat di dalamnya lebih baik dari sholat seribu rakaat di masjid lain selain masjidil Harom. Namun demikian aku tidak sampai menangis karenanya.

Diam-diam aku membatin, "Mengapa aku tidak merasakan gejolak itu? apakah karena banyaknya dosa-dosaku sehingga aku tak pantas bertemu dengan Rosululloh Saw.?" Menyadari kekotoran diri, lalu aku bermunajat dengan berobithoh kepada Guru Mursyidku, "Wahai Rosululloh, sesungguhnya aku tak pantas berjumpa dengan Engkau yang Agung, sedang aku hamba yang berlumuran dosa yang menggunung, tapi aku mohon terimalah aku wahai kekasih Alloh, dengan karomah Guru Agungku yakni Abah Anom dan Abah Aos, Mursyid TQN Suryalaya".

Selesai sholat jama' maghrib dan isya', waktu sudah menunjukka jam 01.30 dini hari waktu Arab Saudi. Pamanku dan tiga orang jamaah lainnya kembali ke hotel untuk istirahat, sebab menurutnya masih ada waktu sejam-dua jam sebelum shubuh. Sedang aku ingin memanfaatkan waktu yang berharga ini untuk berlama-lama di dalam masjid Nabawi. Sebelum mereka kembali, tak lupa saya minta ditunjukkan arah di mana letak Raudhoh dan makam Rosululloh Saw.? Setelah ditunjukkan posisinya di depan, saya langsung melangkah ke depan sambil terus bermunajat melewati bagian dalam masjid Nabawi menuju Raudhoh dan Makam Nabi Saw. Setelah sampai di depan, aku melihat sudah banyak orang yang menghadap ke hijab (pembatas). Mungkin itu pembatas raudhoh pikirku. Aku terus berjalan ke depan, dan ternyata harus keluar di pintu sebelah kanan untuk menuju ke depan, aku pun keluar dan masuk kembali lewat pintu samping sebelah kanan (belakangan saya tahu bahwa pintu ini dinamakan pintu Babussalam).
Tiang 37
Setalah masuk kudapati sudah banyak orang-orang berdiri mengantri, yang aku yakini pasti ini adalah menuju Raudhoh, akupun ikut juga berdiri mengantri. Tak terasa sudah setengah jam aku berdiri, saat kuputarkan pandangan, tiba-tiba pandanganku tertuju dua buah angka yang tertulis di tiang depan sebelah kiri angka "37", seketika aku terkesima, bukankah itu angka milik Abah Anom? yang menunjukkan silsilah TQN Suryalaya ke-37. Kemudian aku melihat tiang di sebelah kirinya, tertera angka "36", milik Abah Sepuh, sislsilah ke-36. Itu berarti nomor tiang yang disebelah kananku adalah angka "38", milik Abah Aos, silsilah TQN Suryalaya ke-38. Dan ternyata tanpa kusadari, ternyata aku di apit oleh dua tiang, yaitu Tiang 37 dan Tiang 38. Artinya aku diantarkan oleh kedua Ahli Silsilah, diantarkan oleh Abah Anom dan Abah Aos untuk menemui Rosululloh Saw. Alhamdulillah, terima kasih Abah, terima kasih ya Rosulullooh, al faatihah....

Sholat di Raudhoh
Raudhoh adalah tempat istimewa di Masjid Nabawi. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa, "Di antara rumahku dan mimbarku adalah Raudhoh di antara taman surga". Ini dulunya area antara rumah Nabi Muhammad dan mimbar tempat beliau berkhutbah di Masjid Nabawi yang asli. Letak Raudhoh itu sekitar 22 m x 15 m, yakni jarak antara rumah Nabi dan Mimbarnya kurang lebih 22 meter dan panjang ke belakang kurang lebih 15 meter.

Di bawah Mimbar Rosululloh Saw.
Setelah kurang lebih satu jam saya berdiri mengantri, kemudian pembatas di buka oleh Askar maka berhamburan orang-rang memasuki area raudhoh. Aku pun kemudian berlari memasuki area raudhoh, di situ sudah ada Askar yang mengatur barisan shaf. Aku pun kemudian mengambil posisi di dekat panggung tempat mu'adzin mengumandangkan adzan. Aku lalu bergegas melaksanakan sholat dengan cepat, sholat sunnah tahiyatul masjid (raudhoh), sunnah taubat dan sunnah hajat, kemudian aku sujud bermunajat cukup lama.

Setelah sekian lama aku di situ, kenapa tidak diusir olah Askar? pikirku. Oh, rupanya sat ini sudah persiapan untuk melaksanakan sholat Shubuh, berarti ini bukan raudhoh?, demikian batinku. Menyadari hal tersebut akhirnya aku bisa lebih santai melaksanakan sholat tahajud, sholat sunnah tasbih, dan witir, kemudian dzikir sambil menunggu adzan shubuh yang pertama jam 3.00 dini hari. Namun sayang, setelah sholat shubuh berjamaah, karena ketidaktahuanku aku buru-buru keluar dari raudhoh menuju makam Rosululloh Saw. yang saya kira raudhoh itu di depan, ternyata itu adalah tempat dimana umat muslim ingin berziarah ke makam Rosululloh Saw. Akhirnya kusadari ternyata aku sudah duduk berjam-jam di Raudhoh rupanya, alhamdulillaah sudah melaksanakan sholat-sholat sunnah, bahkan juga sudah melaksanakan sholat shubuh secara berjamaah di sana.

Masih menyisakan pertanyaan dibenakku, akupun kembali ke hotel, aku ceritakan perihalku kepada teman sekamar, sebagian dari mereka mengatakan itu sudah di raudhoh, sebagian lain mengatakan itu belum raudhoh. Tapi memang, bahwa itu sudah termasuk raudhoh, namun bukan yang berukuran 22x15 meter. Akhirnya aku kembali lagi ke raudhoh bersama dengan teman-teman sekamar. Alhamdulillaah umtuk yang kedua kalinya ini aku bisa masuk ke raudhoh antara mimbar dan rumah Nabi yang berukuran 22x15 m, cukup lama aku disana kurang lebih 30 menit sebab sampai dua kali gelombang jamaah yang masuk ke raudhoh saya masih ada di dalam, duduk bersimpuh di bawah mimbar Nabi, beristighfar memohon ampunan Alloh atas segala dosaku.

Berada di Ash-Shufah
Disinilah, di pojok Masjid Nabawi, ada tempat yang ditinggikan dan dipagar dengan pagar Emas. Itulah tempat Ahli Suffah. Tempat ini berada di belakang makam Rosululloh Saw. Tempat ini juga berdekatan dengan pintu Jibril.

Untuk masuk ke sini tentu tidaklah mudah, sebab tempat ini selalu tertutup, hanya sesekali saja dibuka yaitu ketika akan melaksanakan sholat fardhu. Jutaan umat muslim se-dunia menunaikan sholat fardhu di Masjid Nabawi, dan lokasi ash shufah ini adalah shaf yang terdepan, sebab di depannya adalah Makam Rosululloh Saw. Tempat ini juga termasuk bagian dari Raudhoh (taman surga), posisinya di belakang makam Rosululloh Saw. Hanya bagian terdepan dari Raudhoh yaitu yang berukuran 22x15 m saja yang rutin dibuka secara periodik, sekedar memberikan kesempatan kepada umat muslim untuk sholat dan berdoa di sana secara bergantian.

Siapakah Ahli Suffah itu?
Seberapa istimewakah mereka hingga tempat mereka ditinggikan di Masjid Nabawi?
Ahli Suffah adalah mereka yang berhijrah bersama dengan Rosululloh Saw., sebagian dari mereka tidak memiliki pekerjaan, mereka pergi meningalkan Mekkah dengan meninggalkan semua harta mereka, datang ke Madinah hanya membawa badan dan beberapa helai pakaian. Juga mereka yang datang datang dari luar Madinah kemudian. Kedatangan mereka ke Madinah semata-mata untuk mempelajari ilmu dari Rosululloh Saw. dan mereka sering menjadi tamu para Sahabat r.a. Waktu mereka umumnya dihabiskan untuk belajar, beribadah, dan berjihad di jalan Allah Swt.

Terkait dengan mereka ini Rosululloh Saw. pernah bertanya kepada para sahabat, "Tahukan kalian siapa yang pertama masuk ke surga?" Para sahabat menjawab, "Hanya Alloh dan Rosul-Nya yang tahu". Lalu beliau Saw. bersabda :

 إن فقراء المهاجرين يسبقون الأغنياء يوم القيامة إلى الجنة بأربعين خريفاً
Artinya :
Sesungguhnya orang-orang miskin dari kalangan Muhajirin 40 tahun lebih dahulu masuk surga daripada orang-orang kaya kelak di hari kiamat. [Hadits Shahih riwayat Muslim].

Menurut keterangan berbagai sumber, mereka mempunyai dua sifat yang unggul, yaitu tidak mengharapkan apa-apa dari makhluk (manusia) dan tidak pengatakan kepada makhluk terkait kebutuhannya.

Salah satu Sahabat Nabi yang unggul yang termasuk ke dalam golongan ahli Suffah ialah Abu Hurairah r.a. Beliaulah sahabat Rosululloh yang terbanyak meriwayatkan hadits.

Alhamdulillaah, di tempat yang luasnya hanya beberapa meter, dengan karomah Ahli Silsilah TQN Suryalaya, bilkhusus pengersa Abah Aos, ra., di antara jutaan umat muslim se-dunia saya bisa duduk melewatkan sepertiga malam di tempat ini bersama dengan para Ahli Silsilah TQN PPS, alhamdulillaah, terima kasih sepenuh langit dan bumi, bikaromati Ahli Silsilah TQN PPS, al faatihah... aamiin.

Ziarah ke Makam Nabi Muhammad SAW.
Sahabat Abu Bakar Shiddiq, r.a. dan Umar Ibn Khottob, r.a.

Foto Front Camera
Diambil dari dalam Raudhoh 22x15 m
Disinilah lokasi makam Nabi Muhammad Saw. (dibagian tengah). Beliau dimakamkan di kamar 'Aisyah r.a. Ketika itu, sebelum prosesi pemakaman, terjadi sedikit perdebatan di kalangan pemuka sahabat. Ada yang menyarankan agar Rasul Saw. dimakamkan di mimbar, tempat dimana Rasululloh biasa memberikan khutbah dan menyampaikan pesan-pesan penting, ada pula yang menyarankannya di Baqi', sebuah pemakaman umum dimana para sahabat dan kaum muslimin dimakamkan di situ, ada pula yang menyarankannya di mihrab, tempat Rasululloh biasa mengimami shalat.

Perdebatan tersebut hampir meruncing sebelum datangnya Abu Bakar As-Shiddiq r.a, menjadi reda setelah sahabat terdekat Nabi itu datang. Beliau bersabda, "Aku pernah mendengar Rasululloh Saw. bersabda: "Tak seorang nabi pun yang meninggal dunia kecuali dimakamkan di tempat dia meninggal", demikian Abu Bakar  menyampaikan di hadapan seluruh para sahabat yang hadir waktu itu.

Setelah Abu Bakar r.a. mengingatkan dengan sabda Rasul tersebut, maka meredalah perdebatan para sahabat itu, seolah-olah mereka tak menyadarinya. Dan akhirnya semua sepakat Rasululloh Saw. dimakamkan di tempat meninggalnya, yaitu di kamar 'Aisyah r.a. Beliau Saw. dibaringkan dengan posisi wajah menghadap ke Kiblat (Utara), kepala ke arah Barat dan kaki ke arah Timur.

Di lokasi tersebut kemudian dimakamkan sahabat-sahabat terdekat beliau, di belakang Beliau Saw. (arah Selatan), dimakamkan sayyidina Abu Bakar Siddiq r.a. dengan posisi yang sama dengan Rosululloh Saw. namun posisi kepala beliau r.a. disejajarkan dengan bahu Nabi Saw.

Di belakang sayyidina Abu Bakar Siddiq r.a. (arah selatan), dimakamkan sayyidina Umar Ibnu Khattab r.a. dengan posisi yang sama, yaitu wajah menghadap ke Kiblat, kepala ke Barat dan kaki beliau ke arah Timur. Posisi kepala Beliau r.a. disejajarkan dengan kepala sayyidina Abu Bakar Siddiq r.a.

Alhamdulillaah aku melihat Makam itu, tertutup dengan kain tebal berwarna hijau bermotif, yang ujungnya terhampar ke lantai makam. Terdapat dalam sebuah riwayat hadits :

Imam An-Nawawi dalam Al-Idhah fil Manasik mengatakan.

إذا انصرف الحجاج والمعتمرون من مكة، فليتوجهوا إلى مدينة رسول الله صلى الله عليه وسلم، لزيارة تربته صلى الله عليه وسلم، فإنها من أهم القربات وأنجح المساعي. وقد روي البزار والدارقطني باسنادهما عن ابن عمر رضي الله عنهما قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من زار قبري وجبت له شفاعتي
Artinya :
Apabila jamaah haji dan umrah pergi dari Mekkah, hendaklah mereka menuju kota Rosululloh Saw. (Madinah), untuk mengunjungi makam Rosululloh Saw. Karena ziarah makam Rosululloh termasuk ibadah penting dan perbuatan terpuji. Al-Bazar dan Ad-Daraquthni meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rosululloh Saw. bersabda, "Orang yang berziarah ke kuburanku, maka dia mendapatkan syafaatku".

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مَا بَيْنَ بَيْتِى وَمِنْبَرِى رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ (رواه البخاري
Artinya :
Antara rumahku dan mimbarku terdapat taman di antara taman surga. (HR. Bukhari dan Muslim).

NAFAK TILAS DI MADINAH
Tembok Pemakaman Baqi"
Nafak Tilas dan Ziarah di Pemakaman Baqi'
Senin, 29 April 2019 kami semua rombongan berdziarah ke Pemakaman Baqi yang terletak di bagian timur Masjid Nabawi dengan luas 174.962 meter persegi.

Baqi adalah pemakaman yang sudah dijadikan tempat pemakaman sejak zaman jahiliyah. Di tempat inilah dimakamkannya para sahabat Nabi juga keluarga Nabi, istri-istri Nabi juga dimakamkan di sini kecuali Khadijah yang di makamkan di Ma'la, Mekkah
Makam di Baqi' tidak memiliki batu nisan, jadi tidak bisa dipastikan makam-makam tersebut milik siapa, sehingga kita tidak tahu dimana makam para sahabat tersebut. Pemerintah Arab Saudi yang berpaham Wahabi memang melarang membangun makam, juga tidak menganjurkan bahkan melarang ziarah kubur. Konon dulu pemakaman Baqi' posisi tanahnya lebih rendah dari Masjid Nabawi, tapi kini gundukan tanahnya lebih tinggi dari lantai Masjid Nabawi. Mungkin ini karena makam yang ditumpuk berulang kali sehingga tanahnya semakin meninggi. Wallohu'alam.

Secara harfiah “al-Baqi” berarti Taman Pepohonan. Dikenal juga sebagai “Jannat al-Baqi” karena “keramatnya” sejak keluarga dan sahabat Rosululloh dimakamkan di tempat ini. Sahabat pertama yang dimakamkan di al-Baqi adalah Usman bin Madhoon yang wafat 3 Sya'ban tahun 3 Hijriah. Rosululloh memerintahkan menanam pepohonan di sekitar pusaranya. Rosul juga meletakkan dua buah batu di antara makam sahabatnya itu.

Tahun berikutnya putra Rosululloh Ibrahim wafat saat masih bayi. Dengan derai air mata Rosululloh memakamkan putranya tercinta itu di al-Baqi. Sejak itulah penduduk Madinah ikut juga memakamkan sanak saudaranya di al-Baqi. Apalagi setelah mendengar sabda Rosululloh , ”Salam sejahtera untukmu wahai orang yang beriman, Jika Allah berkenan, kami akan menyusulmu. Ya Allah, ampunilah ahli kubur al-Baqi’". 

Tanah pemakaman al-Baqi perlahan pun diperluas. Tak kurang dari 7000 sahabat Rosululloh dikuburkan di sini. Termasuk juga ahlul baytnya yaitu Imam Hasan bin Ali, Imam Ali bin Husain, Imam Muhammad al-Baqir, dan Imam Ja’far al-Sadiq. Selain itu, saudara Rosululloh yang dimakamkan di al-Baqi adalah Bibi Safiyah dan Aatikah. Di al-Baqi dimakamkan pula Fatimah binti al-Asad (Ibunda Imam Ali bin Abi Thalib). Khalifah Usman dimakamkan di luar al-Baqi namun belakangan karena perluasan makam maka ia termasuk di al-Baqi. Imam Mazhab Sunni yang terkenal, Malik bin Anas, juga dimakamkan di al-Baqi. Tak pelak al-Baqi adalah tempat amat bersejarah bagi Kaum Muslimin di seluruh jagat raya.

Umar bin Jubair melukiskan al-Baqi saat ia berkunjung ke Madinah berkata, “al-Baqi terletak di timur Madinah. Gerbang al-Baqi akan menyambut anda saat tiba di al-Baqi. Saat anda masuk kuburan pertama yang anda lihat di sebelah kiri adalah kuburan Safiyah, bibi Rasulullah. Agak jauh dari situ terletak pusara Malik bin Anas, Salah seorang Imam Ahlus Sunnah dari Madinah. Di atas makamnya didirikan sebuah kubah kecil. Di depannya ada kubah putih tempat makam putra Rasulullah Ibrahim. Di sebelah kanannya adalah makam Abdurahman bin Umar putra Umar bin Khatab, dikenal sebagai Abu Shahma. Abu Shahma dihukum cambuk oleh ayahnya karena minum khamar. Hukuman cambuk untuk peminum khamar seharusnya tidak hingga mati. Namun Umar mencambuknya hingga ajal merenggutnya. Di hadapan kuburan Abu Shahma adalah makam Aqil bin Abi Thalib dan Abdulah bin Ja’far al-Tayyar. Di muka kuburan mereka terbaring pusara isteri Rosul dan Abbas bin Abdul Mutalib. Adapun makam Imam Hasan bin Ali, terletak di sisi kanan dari gerbang al-Baqi. Makam ini dilindungi kubah tinggi. Di sebelah atas nisan Imam Hasan adalah makam Abbas bin Abdul Muthalib. Kedua makam diselimuti kubah tinggi. Dindingnya dilapisi bingkai kuning bertahtakan bintang indah. Bentuk serupa juga menghias makam Ibrahim putra Rasulullah. Di belakang makam Abbas berdiri rumah yang biasa digunakan Fatimah binti Rosululloh Saw. Biasa disebut “Bayt al-Ahzaan” (Rumah Duka Cita). Di tempat ini putri Rosululloh biasa berkabung mengenang kepergian ayahnya tercinta Rosululloh Saw. Di ujung penghabisan al-Baqi berdiri kubah kecil tempat Usman di makamkan. Di dekatnya terbaring ibunda Ali bin Abi Thalib Fatimah binti Asad.” Satu setengah abad kemudian pengelana terkenal Ibnu Batutah mengunjungi al-Baqi dan menemukan al Baqi tidaklah berbeda dengan yang dilukiskan Ibnu Jubair. Ia menambahkan, “Al-Baqi adalah kuburan sejumlah kaum Muhajirin dan Anshar dan sahabat Nabi lainnya. Kebanyakan mereka tidaklah dikenal.”

Berabad-abad lamanya al-Baqi tetap keramat dengan berbagai perbaikan bangunan yang diperlukan. Semuanya berakhir di abad 19 kala Kaum Wahabi muncul. Mereka mengharamkan membangun makam sehingga kubah dan pusara-pusara yang ada di pemakaman Baqi' dan Ma'la dihancurkan oleh mereka. Di makam Baqi ini sekarang kita tidak bisa lagi mengenal makam-makam tersebut milik siapa?. Padahal di pemakaman Baqi' ini tersimpan jasad-jasad sahabat dan sejumlah keluarga Rasulullah. Mereka di antaranya As'ad bin Zararah, Utsman bin Mazoun, Abdurrahman bin Auf, dan Sa'ad bin Abi Waqqas. Sedangkan dari keluarga Rasulullah di antaranya Aisyah, Fatimah az-Zahra, Ruqayyah, Zainab, dan Ummi Kultsum.

Makam Baqi ini menjadi tempat fenomenal. Selain mengandung nilai historis, juga menjadi tempat spesial di hati Rasulullah. Diriwayatkan oleh Haekal  pada malam pertama sakit sebelum akhirnya wafat,  Rasululloh tidak dapat tidur. Beliau ingin ke pekuburan Baqi, beliau keluar hanya ditemani oleh pembantunya Abu Muwaihibah. "Sesampainya di tempat kuburan itu ia berbicara kepada penghuni kubur dan mendoakan keselamatan kepada mereka," tulis Haekal dalam bukunya Sejarah Hidup Muhammad. Bahkan dalam sebuah riwayat, kepergian Rasululloh pemakaman Baqi pada malam hari dilakukan setelah mendapat wahyu. Atas perintah Allah, Jibril meminta Nabi Muhammad untuk mendoakan penghuni Baqi. "Dia berkata kepadaku: 'Tuhanmu memerintahkanmu pergi ke Baqi' dan memintakan ampunan buat penghuninya," sabda Rasul seperti dalam hadits yang diriwayatkan Aisyah.

Itulah sekilas tentang pemakaman Baqi' di Madinah. Alhamdulillaah saya berserta dengan rombongan bisa beerziarah ke pemakaman ini. Namun sayang, saat itu kami hanya berdiri di luar pagarnya saja, sebenarnya saya sangat ingin masuk ke dalam dan berdoa dengan mengirimkan al fatihah untuk kaum muslimin yang dimakamkan di situ khususnya para sahabat. Namun karena saya harus mendorong kursi roda ibuku, dan konon perempuan dilarang masuk untuk ziarah, juga selain itu, saya harus turut dengan rombongan yang segera beranjak untuk mengunjungi lokasi bersejarah di seputar masjid Nabawi, maka saya hanya sempat berdo'a saja dari luar pagar pemakaman Baqi'. Insya Alloh suatu saat nanti saya bisa berziarah kembali ke sini dengan leluasa, berziarah kubur sebagaimana yang dituntunkan dalam amaliyah Mursyid, aamiin.

Makam Para Syuhada Perang Uhud
Nafak Tilas di Jabal Uhud dan Ziarah ke Syuhada Perang Uhud
Jabal Uhud adalah sebuah gunung di sebelah utara kota madinah dengan ketinggian 1.077 m. Dalam bahasa, Uhud berasal dari kata Ahad yang berarti Tunggal. Disebut satu karena gunung ini berdiri sendiri tidak tersambung dengan bukit atau gunung yang lain, sementara gunung atau bukit yang lainya di Madinah saling bersambungan. Sahabat Anas bin Malik meriwayatkan sabda Rosululloh Saw. "Uhud adalah sebuah gunung yang mencintai kami dan kami pun mencintainya". Sahil bin Saad meriwayatkan sabda Rosululloh Saw. "Uhud adalah salah satu tiang dari tinag-tiang surga".
Gunung Uhud menjadi bagian dari perjuangan Nabi Muhammad Saw Di bawah gunung ini ada Bukit yang diberi nama bukit Ar Rumah yang artinya pemanah. Di bukit inilah Nabi pernah menempatkan 50 orang pemanah yang dipimpin oleh Abdullah bin Jubair al Anshir pada saat perang uhud.

Perang Uhud adalah perang setelah perang Badar. Kaum kafir Quraisy ingin menuntut balas atas kekalahan mereka di perang Badar. Lalu mereka berangkat menuju Madinah dengan pasukan besar berjumlah 3000 orang, serta membawa perlengkapan dan bekal yang banyak. Ratusan Kuda dan Keledai, serta membawa wanita-wanita yang banyak.

Berita bahwa mereka keluar Mekkah menuju Madinah kemudian diketahui oleh Rosululloh Saw. Mulanya beliau memerintahkan kaum muslimin untuk bertahan di dalam Kota Madinah, namun para Pemuda muslim ingin mencegah mereka di luar Madinah. Karena melihat semangat para pemuda maka Rosululloh merestui untuk mencegat pasukan Quraiys di Gunung Uhud. Sabda beliau, "Sesungguhnya aku khawatir kalian akan kalah. Tapi jika kalian bersabar maka kalian akan menang".

Kemudian berangkatlah Rosululloh Saw. dengan pasukan yang lebih sedikit dari pasukan Quraisy, awalnya sektar 1000 orang lebih. Namun di perjalanan, umat Yahudi kemudian memisahkan diri, lalu Rosululloh melarang mereka ikut berperang. Kemudian juga terdapat orang-orang munafik, dengan berbagai alasan mereka kembali lagi ke Madinah sekitar 300 orang. Maka pasukan Rosululloh Saw. hanya tersisa 700 orang melawan 3000 orang pasukan musuh. Rosululloh Saw. kemudian menempatkan 50 orang pemanah di atas Bukit Ar Rumah dengan tugas menghujani pasukan berkuda musuh dengan anak-anak panah untuk menahan mereka, sementara pasukan muslimin lainnya menggempur pasukan musuh dari bawah bukit.

Bukit Ar Rumah (tempat Pauskan Pemanah)
Singkat cerita kaum muslimin mengalami kekakalahan, akibat dari pasukan muslim yang tidak displin, mereka meninggalkan pos di atas bukit karena tergiur dengan Ghonimah (harta rampasan) yang ditinggalkan pasukan kafir Quraisy yang terdesak oleh pasukan muslimin,. Melihat kejadian itu, Khalid bin Walid sebagai panglima pasukan Quraiys pada ketika itu (sebelum masuk Islam dan kemudian menjadi panglima perang yang tak terkalahakan), memerintahkan pasukan kafir yang tersisa untuk berbalik kembali memutari gunung  Uhud dan menyerang dari arah belakang Bukit.  Akibatnya pihak kaum muslimin menderita kekalahan, tercatat 70 orang sahabat syahid termasuk paman Nabi Saw. Hamzah bin Abdul Mutholib yang digelari Asa-Dulla wa Asadur Rosul (Singa Alloh dan Rasul-Nya). Sementara dari pihak kafir Quraisy hanya 22 orang yang tewas.
Pada tahun 1383 H. kemudian dibangun tembok tinggi yang mengelilingi makam Hamzah dan syuhada perang Uhud dengan celah-celah jeruji agar peziarah dapat melihat makam dari luar. Saat ini, sudah tidak juga bisa diketahui  lagi siapa-siapa saja yang dimakamkan di situ karena tidak terdapat lagi batu nisan di makam-makam tersebut.

Selain perang Uhud, ada juga peristiwa yang dicatat dalam sejarah terkait dengan Gunung Uhud, yaitu ketika Rosululloh Saw. menaiki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar, dan Ustman bin Affan. Gunung tersebut bergetar keras, dan saat itu Rolululloh menghentakkan kakinya sambil berkata, "Tenang dan diamlah wahai Uhud. Susnguh di atasmu ada seorang Nabi dan Shiddiq serta dua orang yang matinya syahid".

Mimbar Masjid Quba
Nafak Tilas di Masjid Quba
Masjid ini terletak di Kampung Quba, kampung yang dibangun oleh Amru bin Auf. Dinamai masjid Quba karena ketika Nabi Muhammad Saw. hijrah dari Mekah ke Madinah beliau singgah di kampung Quba, di sini beliau membangun masjid pertama dan dinamai masjid Quba yang terletak sekitar 5 km di sebelah tenggara kota Madinah. Dalam Al Quran disebutkan bahwa masjid Quba adalah masjid yang dibangun atas dasar Taqwa.

لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا ۚ لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ ۚ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا ۚ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ
Artinya :
Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. (QS. At Taubah : 108).

Menara Masjid Quba
Menurut keterangan, setelah Nabi Muhammad Saw. menetap di Madinah, dan membangun Masjid Nabawi, beliau setiap hari Sabtu pagi selalu mengunjungi Masjid Quba untuk melaksanakan sholat di Masjid Quba.

Keistimewaan masjid ini menurut sabda Rosululloh Saw. "Siapa pun yang bersuci (mandi dan wudhu) di tempat tinggalnya dan kemudian datang dan sholat di Masjid Quba, maka baginya dia mendapatkan pahala Umroh". Bagi yang sudah biasa menjaga wudhu, ketika berkunjung ke masjid Quba tentanu akan beruntung meski belum tahu tentang hadits ini. Jadi nanti ketika kita akan berkunjung ke sini, ambillah terlebih dahulu wudhu di hotel atau di kediaman agar supaya kita mendapatkan pahala umroh.

Masjid ini adalah salah satu masjid yang dimuliakan oleh Alloh setelah masjidil Harom di Mekah, masjid Nabawi di Madinah dan masjidil Aqsho di Palestina. Ketika Nabi singgah di sini, beliau bermalam selama empat hari di rumah Kuytsum bin al-Hadam bin Amr al-Qasis, dan membangun masjid di halaman rumah Kutsum bin al-Hadam bin Amr al-Qasis yang biasa digunakan untuk menjemur kurma.

Masjid ini beberapa kali mengalami renovasi. Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah orang pertama yang membangun menara masjid ini. Raja Fahd ibn Abdul Aziz pada tahun 1986 merenovasi masjid ini dengan menelan biaya 90 riyal atau 225 milyar rupiah yang membuat masjid ini memiliki daya tampung hingga 20 ribu jamaah. Empat manara berdiri di setiap sudut masjid, lalu di tengah-tengah masjid terdapat ruangan terbuka sehingga cahaya matahari dan udara dapat masuk dengan leluasa.

Nafak Tilas di Masjid Ghamamah
Masjid Ghamamah terletak 500 meter dari Masjid Nabawi di Madinah. Masjid ini berukuran 26 x 13 meter dan memiliki tinggi 12 meter dengan 6 kubah dan menara. Masjid ini juga disebut dengan Masjid Ali bin Abu Thalib ra. yang juga berdekatan dengan Masjid Umar ibn khattab ra. dan Masjid Abu Bakar Shiddiq, r.a.

Lokasi Masjid Abu Bakar Shiddiq r.a 
Empat tahun menjelang wafat, Nabi Muhammad Saw. menggunakan masjid tersebut sebagai tempat shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Oleh karena itu, masjid ini juga disebut dengan nama Masjid Id. Rosululloh Saw. juga pernah menggunakan masjid ini untuk melakukan shalat Istisqa. Ketika itu, hampir satu tahun umat Islam di Madinah menderita kekeringan. Mereka pun meminta kepada Rosululloh untuk memohon kepada Allah agar menurunkan hujan.

Rosululloh pun memimpin umat Islam untuk melakukan shalat Istisqa. Setelah shalat, hujan pun turun deras di seantero Madinah. Tak cukup  hanya sehari, hujan tersebut turun hingga sepekan lamanya. Melihat kejadian tersebut, umat Islam pun akhirnya takut akan terjadinya banjir yang akan menggenangi Madinah. Kemudian mereka memohon ampun kepada Alloh Swt. dan kembali meminta Rosululloh Saw. untuk mendoakan agar hujan berhenti turun. Rosululloh pun berdoa agar hujan diturunkan di sekitar Madinah bukan di Kota Madinah. Sesuai doa Sang Nabi, hujan berhenti turun di Madinah dan berlanjut di sekeliling Madinah.

Di masjid ini juga, diriwayatkan jamaah sholat waktu itu pernah gelisah karena Rosululloh menyampaikan khutbah yang panjang sedangkan matahari sangat terik. Tiba-tiba datang awan mendung sehingga jamaah terlindungi. Makanya, masjid ini diberi nama Ghamamah yang berarti awan mendung. Di lokasi ini juga (ketika belum dibangun masjid) atau di lokasi yang berdekatan dengan masjid ini, Rosululloh Saw. pernah melaksanakan shalat jenazah bagi Najashi, kaisar Aksum di Abbysinia (kini Etiopia).

Itulah tempat-tempat bersejarah yang sempat kami singgahi. Sebenarnya, selain tempat-tempat bersejarah yang disebutkan di atas, kami juga mengunjungi tempat-tempat bersejarah lainnya, seperti masjid Qiblatain, masjid yang menjadi saksi perpindahan Qiblat dari Masjidil Aqsho di Palestina ke Masjidi Harom di Mekkah. Masjid Jin di Mekkah, Masjid Qishos di Jeddah, di masjid inilah tempat pelaksanaan hukum Qishos, yaitu di pelataran depan masjid. Selain itu, kami juga berkunjung ke perkebunan Kurma di Madinah, kami juga ke Pemakaman Ma'la di Mekkah, di sini dimakamkan Ummul Mu'minin Siti Khodijah r.a. Kami juga berkunjung ke Makam Bunda Siti Hawa di Jeddah. Namun di lokasi-lokasi ini, kami tidak melihatnya lebih dekat, bahkan sebagiannya kami hanya lewat saja di lokasi-lokasi bersejarah tersebut.

SISI LAIN DARI ARAB SAUDI

Kondisi Geografis Arab Saudi
Budaya dan Geografis
Kesan lain selama sepekan di Haromain ialah, keadaan geografis Arab Saudi, terutama di Mekkah dan sekitarnya. Di sini sangat jarang terlihat pepohonan, kalau pun ada itu hanya di taman-taman buatan saja. Keadaan geografisnya sangat gersang, terdiri dari gunung-gunung berbatu dan pasir yang berdebu. Cuaca ekstrim dimusim dingin bisa mencapai 0,5 derajat celcius, dimusim panas bisa mencapai 50 derajat celcius. Sangat berbeda jauh jika dibandingkan dengan Indonesia, tanahnya yang subur, pepohonan yang banyak tumbuh dengan sendirinya meski tidak ditanam sekalipun. Cuaca yang bersahabat, curah hujan yang cukup tinggi, sungai-sungai yang banyak, gunung dan perbukitan yang menghijau, pokoknya serba indah. Maka pantaslah kiranya ketika seorang Raja dari kerajaan Arab Saudi beberapa tahun yang lau, ketika ia berkunjung ke Indonesia mengatakan bahwa Indonesia adalah Surga Dunia. Alhamdulillaah, tak terasa mulut dan hati ini mengucapkan rasa syukur ke hadhirat Alloh Swt. atas segala nikmat yang telah banyak diberikan karena telah ditakdirkan hidup di Indonesia, semakin tumbuh rasa cinta terhadap tanah airku Indonesia.

Selain soal keadaan Geografis, budaya masyarakat Arab juga menjadi salah satu fakta yang menarik untuk saya ungkapkan. Berbeda jauh dengan masyarakat Indonesia yang terkenal ramah dan santun, di Arab Saudi keramahan sangat jarang kita temui di sana. Bahkan orang Arab cenderung kaku dan kasar, baik sikapnya maupun intonasi mereka dalam berkomunikasi. Kesan  pertama saya, ketika tiba  di bandara  Jeddah, petugas imigrasi menunjuk sikap yang kurang bersahabat, terlebih ketika rombongan kami mau pulang ke Indonesia di bandara Madinah, petugasnya membentak-bentak seraya diselingi berbicara sesama mereka, sikapnya terkesan merendahkan kita orang Indonesia, ya setidaknya demikian kesan saya. Mungkin karena mereka merasa orang Arab, sementara orang Indonesia (Ajam) bahkan banyak yang menjadi pembantu rumah tangga di sana. Jadi perlakuannya seperti memperlakukan budak. Wallohu'alam.

Juga di berbagai kesempatan, tak jarang saya melihat pertengkaran di antara sesama mereka. Itu saya lihat di beberapa titik, di perhentian kendaraan di Cornies, di Jeddah, juga di kebun kurma, Madinah, di beberapa titik lainnya saya lupa, bahkan di dalam Masjidil Harom juga saya melihat perdebatan kecil antar pekerja proyek saat akan membersihkan lantai Masjidil Harom. Tapi ini sebenarnya biasa terjadi, namun kejadian-kejadian tersebut seolah-olah melegitimasi bahwa memang masyarakat di sana dikenal keras dan kasar. Tentu menurut ukuran masyarakat Indonesia yang dikenal ramah dan sopan, khusunya kepada Tamu, apalagi Tamu Alloh. Sebagaimana sabda Nabi Saw berikut:

(الْحُجَّاجُ وَالْعُمَّارُ وَفْدُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، يُعْطِيهِمْ مَا سَأَلُوا، وَيَسْتَجِيبُ لَهُمْ مَا دَعَوْا، وَيُخْلِفُ عَلَيْهِمْ مَا أَنْفَقُوا الدِّرْهَمَ أَلْفَ أَلْف (رواه البيهقي في شعب الإيمان

Artinya:
Orang-orang yang menjalankan ibadah haji ataupun umrah adalah Tamu Allah Swt. Sehingga, Allah Swt pasti akan memberikan apapun yang mereka minta, mengabulkan apapun doa-doa mereka, dan mengganti apapun yang dibelanjakan mereka; satu dirham diganti dengan satu juta dirham. (H.R. Imam Al-Baihaqi dalam kitabnya Syu’abul Iman).

Dalam ajaran Islam, seorang Tamu harus dimuliakan dan diperlakukan dengan baik dan sopan agar ia merasa aman dan nyaman ketika berada di tempat kita. Hal ini sebagaimana sabda Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
Artinya :
Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya. (HR. Bukhari).

Demikianlah semestinya kita jamaah Haji dan Umroh adalah Tamu, yang harus dimuliakan sebagaimana ajaran dalam Islam yang mulia.

Selain itu, para pedagang di sana juga cenderung memaksa orang untuk membeli dagangannya, di Cornise misalnya, rombongan kami digiring agar masuk sebuah toko, sebagian dari kami ada yang masuk, setelah masuk lalu si pemilik toko kemudian mengunci pintu toko, maksudnya agar pembeli tidak mudah untuk keluar tanpa berbelanja dagangannya. Di beberapa tempat juga saya jumpai, si pedagang tidak mau melayani, meski hanya membuka lipatan pakaian yang ingin kita lihat, mereka mau membukanya jika bisa dipastikan bahwa kita akan membelinya. Tak jarang juga mereka marah kalau kita orang Indonesia terutama ibu-ibu menawar harga yang menurut mereka terlalu rendah, terkadang juga sikap mereka langsung cuek, tidak mau melayani. Ini terjadi ketika saya sedang membeli peci di Mekkah dekat Masjidil Harom, ada dua orang ibu-ibu orang Indonesia, mereka menumpuk tiga helai pakaian lalu menawar dengan harga tertentu, si pedagang langsung tersinggung dan marah-marah.

Demikian juga kalau kita ingin memakai jasa mereka, misal kursi roda untuk orang tua kita yang sudah lanjut usia dan kepayahan, mereka tega membiarkannya berjalan dengan susah payah kalau harga tidak sesuai dengan yang mereka inginkan. Pernah memang ada yang bersedia dengan harga yang saya dan ibu inginkan yaitu 20 riyal, karena jarak yang sudah dekat ke hotel, posisi juga sudah di luar Masjidil Harom, tapi belum sampai ke hotel, ibu saya diturunkan di jalan, padahal masih belum sampai ke hotel, masih sedikit lagi namun jalannya memang menanjak, justru itu yang terberat bagi lansia, namun si pendorong tetap tidak mau, ibu saya diturunkan di jalan dan dia putar balik lagi, dengan sikap masa bodoh.

Pernah juga di Madinah, ketika saya dan ibu saya pulang dari ziarah ke Baqi', diperjalanan ada seorang ibu entah dari negara mana memberi kami berdua coklat. Lalu sambil makan coklat lewat di sebuah toko, tiba-tiba si pemilik toko menarik tangan saya sambil menunjukkan bahwa coklat tersebut di beli di tokonya, tanpa basa-basi dia langsung membungkus coklat tersebut ke dalam plastik lalu diberikan ke ibu saya dan disuruh bayar 100 riyal (Rp. 400 rb). Padahal teman sekamar sebelumnya sudah memberitahu kepada saya kalau harga snack coklat tersebut 50 ribu rupiah/kg. Spontan saya bilang mahal sekali. Nah, selagi saya masih di dalam tokonya, melihat kurma dan menawarkan kurma tersebut ke ibu saya tapi ibu menolak, saat itu dia memegang kursi roda ibu saya, karena ibu saya menggelengkan kepala tanda tidak mau kurma, bajingan tersebut menekan gagang kursi roda ke belakang, praktis ibu saya kaget dan protes. Akhirnya saya putuskan untuk tidak jadi membeli, namun dia memaksa untuk membeli coklat yang masih dia pegang, dan ia masukkan coklat yang sudah dibungkus tersebut ke gagang kursi roda. Saya tersenyum, dengan pelan saya keluarkan lagi. Tapi tiba-iba dia marah-marah dan memaksa saya untuk menawarnya dan membelinya. Saya tawar lima puluh ribu sesuai info yang saya tahu, lalu dia minta uang saya, setelah uang saya berikan ternyata ia hanya memberikan 4 buah coklat kecil tersebut (sebenarnya itu makanan ringan untuk anak kecil, bukan coklat murni). Sambil tersenyum saya mengatakan kepadanya, silahkan saja ambil uang saya semoga berkah buat anda. Sebetulnya saya sangat marah ketika itu, karena ia memperlakukan ibu saya dengan tidak sopan. Tapi saya berusaha menahan amarah saya, arena saya sadar sedang berada di negeri orang dan sedang dalam rangkaian ibadah.

Muslim mungkin dari Al Jazair (lupa tanya)
Hal lain juga, setidaknya yang saya alami, bahwa orang Arab di Saudi yang saya temui tidak banyak untuk membalas senyum, bahkan kalau kita ucapkan terima kasih kadang mereka jawab, mungkin juga dijawab secara samar? Tapi setidaknya demikianlah pulalah pendapat sebagian jamaah rombongan kami terhadap sikap orang-orang Arab di sana yang kaku. Meski sebetulnya tidak semua orang Arab, sebagaimana kita ketahui bahwa bangsa Arab cukup luas, tidak hanya Arab Saudi, seperti orang Al Jazair yang saya temui, mereka sangat ramah, hampir mirip dengan sikap orang Indonesia.

Saya juga sempat bertanya kepada Muthowib yang mukim di sana, apakah memang demikian budaya atau sikap orang Arab. Beliau menjawab, "Memang begitulah adatnya, bahwa mereka tidak memakai akhlaq, sehingga orang-orang yang non Arab yang tinggal di sana juga ikut-ikutan watak meraka yang keras, berbeda dengan orang Indonesia yang lemah lembut". Tapi kalau tentang pedagang-pedagang itu, belum tentu itu orang Arab Saudi, ada juga yang dari Bangali, Aden, Yaman, India dan Pakistan, dll. Kalau pedagang Arab Saudi biasanya mereka jual di kaki-kai lima, seperti di sekitar Masjidil Harom, ada yang jual Gamis dengan harga yang murah, namun tidak bisa ditawar.

Sebetulnya saya juga bisa memahami, sebagai tuan rumah tentu mereka merasa lebih berkuasa, terlebih mereka bangsa Arab tempat yang menjadi awal mulanya agama ini datang, sehingga dengan demikian mungkin mereka merasa lebih mulia dan berhak dari pada orang Non Arab (Ajam). Terbayang sangat jelas olehku, betapa sulitnya perjuangan Rosululloh Saw. dulu menegakkan agama Islam di tengah-tengah masyarakat Arab yang jahiliyah ketika itu.

Padahal Alloh Swt telah berfirman tidak ada perbedaan orang Arab atau Non Arab di sisi Alloh Swt. Sebagaimana Firman-Nya :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya :
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13).

Dan Sabda Rosululloh Saw. :

‎وعن أبي نضرة قال: «حدثني من سمع خطبة النبي صلى الله عليه وسلم في وسط أيام التشريق فقال: ” يا أيها الناس، إن ربكم واحد وأباكم واحد، ألا لا فضل لعربي على عجمي، ولا لعجمي على عربي، ولا أسود على أحمر، ولا أحمر على أسود إلا بالتقوى، أبلغت؟ “. قالوا: بلغ رسول الله صلى الله عليه وسلم.
Artinya :
Dari Abu Nadhrah telah menceritakan kepadaku orang yang pernah mendengar khutbah Rasululloh Saw ditengah-tengah hari tasyriq, beliau bersabda: “Wahai sekalian manusia! Rabb kalian satu, dan ayah kalian satu (maksudnya Nabi Adam). Ingatlah. Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang Ajam (non-Arab) dan bagi orang ajam atas orang Arab, tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, bagi orang berkulit hitam atas orang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan. Apa aku sudah menyampaikan?” mereka menjawab: Iya, benar Rasululloh Saw. telah menyampaikan. (HR. Imam Ahmad).

Penjaga Tugu Jabal Rahmah
Namun demikian ada sikap positif dari orang Arab di sana, setidaknya yang saya rasakan bahwa orang Arab sangat tegas dan tanpa kompromi. Kalau menjalan aturan tegas dan tidak mudah untuk dirayu atau dipengaruhi. Tidak seperti di Indonesia yang mudah untuk dipengaruhi dalam menegakkan aturan. Demikianlah pengalaman saya berinteraksi dengan penduduk di sana, setidaknya saya memiliki kesan bahwa orang Indonesia jauh lebih ramah dan sopan ketimbang orang Arab. Dari sini dapat kita petik pelajaran bahwa, ajaran Islam itu adalah satu, sedang budaya itu yang beragam. Lain bangsa lain pula budayanya, sehingga jika ajaran Islam itu diamalkan secara benar oleh pemeluknya maka akan muncul suatu tatanan masyarakat yang berakhlaqul karimah.  Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. :

اِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأ ُتَمِّمَا مَكَارِمَ اْلأَحْلاَ قِ
Artinya :
Sungguh aku diutus menjadi Rosul tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak yang saleh (baik).

Memang waktu dalam sepekan tidaklah cukup untuk menilai suatu masyarakat, tetapi setidaknya fakta-fakta tersebut semakin menumbuhkan rasa banggaku sebagai bangsa Indonesia, dengan Islam Nusantara yang terkenal santun, ramah, toleran, beradab dan berbudaya. Wallohu'alam.

Demikian saya akhiri tulisan ini, semoga ada manfaatnya terlebih bagi kita semua yang ingin selalu memperbaiki diri, ambil yang baik buang yang tidak baik. Saya hanyalah hamba Alloh yang dhoif, yang benar datang dari Alloh, yang salah dari saya yang masih jauh dari sempurna. Untuk itu saya memohon ampunan Alloh atas kesalahan-kesalahan dalam tulisan ini dan mohon maaf jika kurang berkenan.

Sepekan dari Haromain,
Al Fakir

Mahmud J al Maghribi


 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. UNTAIAN MUTIARA TQN SURYALAYA - SIRNARASA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger