Home » » HAKIKAT MUDIK PULANG KE NEGERI ASAL

HAKIKAT MUDIK PULANG KE NEGERI ASAL

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Selasa, 28 Mei 2019 | 15.47

Hakikat Mudik Pulang ke Negeri Asal
Oleh Mahmud J. Al Maghribi
Sumber : Sirrul Asror

Hari ini, Selasa 28-05-2019/ 23 Ramadhan 1440 H. Hari-hari menjelang Mudik atau Pulang Kampung. Istilah mudik ini sudah sangat populer di Indonesia. Masyarakat Desa berbondong-bondong ke Kota, sebab Kota adalah tempat tersedianya banyak pekerjaan yang dapat menghasilkan materi untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Biasanya, momen Hari Raya Idul Fitri atau yang sering disebut Lebaran, dijadikan kesempatan oleh masyarakat yang hidup di luar daeranya untuk pulang kampung atau mudik. Momen  mudik ini menumbuhkan rasa bahagia di hati para pemudik. Senang bisa kembali ke kampung halaman, melihat tanah kelahiran, terkenang masa lalu ketika kita masih kecil, bermain, bercengkrama bersama teman-teman kita semasa kecil. Juga terkenang bagaimana kita hidup bersama dengan saudara-saudara kita dibawah bimbingan kedua orang tua kita yang saat ini sudah sepuh atau mungkin sudah tidak ada lagi jasadnya di dunia ini.

Semuanya itu tinggal kenangan, meski terkadang kenangan itu terasa pahit, namun ketika ia dikenang dapat menumbuhkan rasa rindu ingin kembali seperti dulu. Perasan seperti inilah yang tanpa sadar telah membuat kita bahagia. Makanya setiap orang yang mau berangkat mudik pasti menimbulkan rasa gembira di hati.

Itulah makna mudik dalam arti keduniaan, yaitu pulang ke kampung halaman dari negeri tempat tinggal sekarang kembali ke negeri dari mana kita berasal.

Dari manakah sesungguhnya kita berasal?
Sebenarnya setiap sesuatu di dunia terdapat pelajaran bagi orang yang mau menggunakan akalnya secara benar (ulil albaab). Tidak ada yang kebetulan, semua kejadian ada hikmahnya.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal -

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya :
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imron : 190-191).

Ketahuilah sesungguhnya kita semuanya berasal dari Ruh Muhammad, sebab yang pertama kali diciptakan oleh Alloh ialah Ruh Muhammad. Sebagaimana Firman-Nya dalam hadits Qudsi :
جَلَقْتُ مُحمَّدًا اوَّلًا مِنُّوْرِهِ وَخْهِيْ
Kholaqtu muhammadan awwalan min nuuri wajhii
Artinya :
Aku ciptakan (Ruh) Muhammad pertama kali dari cahaya wajah-Ku.

Sebagaimana Nabi Saw. juga bersabda :
اَوَّلُ مَا خَلَقَلَقَ اللّٰهُ رُوْحِي وَاَوَّلُ مَا خَلَقَ اللّٰهُ نُوْرِيْ وَاَوَّلُ مَا خَلَقَ اللّٰهُ الْقَلَمُ وَاَوَّلُ مَا خَلَقَ اللّهُ الْعَقْلُش
Awwalu maa kholaqallohu rurhii, wa awwalu kholaqallohu nuurii wa awwalu maa kholaqallohul qolam wa awwalu maa kholaqallohul 'aqlu
Artinya :
Yang pertama diciptakan Alloh adalah Ruhku. Yang pertama diciptakan Alloh adalah cahayaku. Yang pertama diciptakan Alloh adalah pena. Yang pertama diciptakan Alloh adalah akal. (HR. Abu Dawud).

Hadits di atas semuanya satu maknanya, yaitu Hakikat Muhammad atau yang disebut juga dengan Nur Muhammad. Sebagaimana Firman Alloh :
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ
Artinya :
Sesungguhnya telah datang cahaya dari Alloh dan kitab yang menjelaskan. (QS. Al Maaidah :15).

Ruh Muhammad adalah inti dari Alam Semesta, sebagai makhluk yang pertama kali ada sekaligus pokoknya. Sedangkan makhluk lainnya itu diciptakan dari Ruh Muhammad. Sebagai mana Sabda beliau :
اَنَا مِنَ اللّٰهِ وَلْمُؤْمِنُوْنَ مِنِّيْ
Anaa minallohi wal mu'minuun minnii
Artinya :
Aku dari Alloh sedangkan orang-orang mukmin dariku.

Dari Ruh Muhammad Alloh Swt. menciptakan semua makhluk di alam Lahut dalam bentuk terbaik dan hakiki. Ketika masih di alam Lahut, keseluruhan Ruh Manusia disebut Ruh Muhammad atau dinamakan Ruh Qudsi. Sehingga dengan demikian Alam Lahut inilah merupakan Negeri Asal manusia (al wathon al ashli).

Selanjutnya ruh-ruh tersebut diturunkan oleh Alloh ke alam yang paling rendah. Mulai dari alam Lahut, Ruh diturunkan ke alam Jabarut, lalu Alloh membungkus ruh-ruh tersebut dengan cahaya Jabarut sebagai pakaian, di alam ini Ruh dinamakan Ruh Sulthoni. Kemudian Alloh menurunkan ruh-ruh tersebut bersama pakaian mereka ke Alam Malakut, lalu Alloh membungkus meraka dengan cahaya malakut, di alam ini ruh dinamakan Ruh Ruhani. Kemudian Alloh Subhanahu wa Ta'ala menurunkan ruh-ruh tersebut ke Alam Mulki, lalu Alloh membungkus meraka dengan cahaya Mulki, maka ruh di alam ini disebut Ruh Jismani.

Selanjutnya Alloh menciptakan Jasad. Sebagaimana dijelaskan dalam Firman Alloh QS. Thaha ayat 55 sbb :
مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَىٰ
Artinya :
Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.

Kemudian Alloh memerintahkan Ruh agar masuk ke dalam Jasad sehingga Ruh pun masuk ke dalam jasad dengan perintah Alloh. Sebagaimana Firman Alloh dalam QS. Al Hijir ayat 29 sbb :
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
Artinya :
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.

Ketika Ruh telah menyatu dan betah di dalam Jasad, ia tak lagi peduli akan perjanjiannya dengan Alloh Subhanahu wa Ta'ala, ketika pada hari Alloh bertanya kepada mereka dalam QS. Al A'raf ayat 172 sbb :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
Artinya :
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".

Akibatnya, Ruh tidak mau kembali ke Negeri Asal yaitu Alam Lahut. Maka Alloh Subhanahu wa Ta'ala yang Maha Penolong mengasihi mereka (ruh-ruh) dengan menurunkan kitab-kitab samawi untuk mengingatkan mereka pada Negeri Asal. Sebagaimana Firman Alloh :
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ بِآيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
Artinya :
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah". Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.

Maksud "Hari-hari Alloh" adalah hari-hari keterhubungan Alloh dengan ruh-ruh pada masa terdahulu, yaitu di Alam Lahut. Alloh Subhanahu wa Ta'ala kemudian mengutus para Nabi silih berganti datang ke Alam Mulki adalah untuk mengingatkan Ruh Jismani manusia agar mau kembali ke negeri Asal, yaitu kembali ke Alam Lahut. Namun sedikit sekali dari manusia yang kemudian ingat, kembali dan rindu pada Negeri Asal mereka. Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Quran Surat Yusuf ayat 108 sbb :
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Artinya :
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata (basiroh), Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Selain para Nabi Alloh Subhanahu wa Ta'ala juga menurunkan para Wali yang meneruskan seruan Nabi, sebagaimana Sabda beliau :
اَصْحَابِيْ كَاانُّجُوْمِ بِاَيِّهِمُْ اقْتَدَيْتُمُْ اهْتَدَيْتُمْ
Ashaabii kannujuumi bi ayyihimuq tadaitumuh tadaitum
Artinya :
Sahabat-sahabatku itu laksana bintang-bintang gemintang, kepada siapa saja kalian mengikuti mereka, pasti akan mendapat petunjuk.

Dan juga Sabda beliau :
اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَتُلْ اَنْ بِيَّاءِ
Artinya :
Ulama adalah penerus para Nabi

Kalimah Basiroh yang dimaksud pada QS. Yusuf ayat 108 di atas adalah Inti Ruh. Bagi para Wali, basiroh ini adalah Fu'ad mereka. Basiroh ini tidak akan terbuka hanya dengan ilmu lahiriah, tapi harus dengan ilmu batin yang langsung dari Alloh atau yang juga disebut Ladunni. Sebagaimana disebutkan dalam Firman-Nya dalam QS. Al Kahfi ayat 65 sbb :
فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا
Artinya :
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.

Maka yang harus dilakukan oleh orang-orang yang ingin menggapai Inti Ruh adalah dengan berguru kepada Ahli Basiroh dengan mengambil Talqin dari Wali Mursyid yang memberi arahan langsung dari Alam Lahut.

Sebab, ilmu yang diturunkan kepada kita ada dua; ilmu Lahir dan ilmu Batin yakni Syari'at dan Ma'rifat. Untuk Jasad kita, Alloh Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan dengan Syari'at dan untuk Batin kita dengan Ilmu Ma'rifat. Agar menghasilkan ilmu hakikat maka keduanya harus dipadukan. Seperti di sayri'atkan oleh Alloh dalam Firman-Nya dalam QS. Ar Rahman ayat 10-20, sbb :
مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَان
Artinya :
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.

Jika tidak dipadukan, hanya dengan ilmu lahir saja, tidak akan menghasilkan ilmu hakikat dan tidak akan mencapai tujuan ibadah. Ibadah yang sempurna itu harus dengan keduanya (syari'at dan ma'rifat), tidak bisa dengan salah satunya saja. Sebagaimana Firman-Nya dalam QS. Adz Dariyat ayat 56, sbb :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya :
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Adapun yang dimaksud kata liya'buduun (agar mereka beribadah kepada-Ku) adalah, "Agar mereka mengenal-Ku". Sebab, bagaimana orang beribadah kepada-Nya jika tidak mengenali-Nya?. Sebagaimana Firman Alloh dalam Hadits Qudsi :
كُنْتُ كَنْزًامَخْفِيًّا فَاَحْبَبتُ اَن اُعْرَفَ فَخَلَقْتُ الْخلْقَ لِكَيْ اُعْرَفَ

Kuntu Kanzan Makhfiyya fa ahbabtu an u'rofa. Fa kholaqtul kholqo likai a'rofa.
Artinya :
Sebelumnya Aku adalah Kanzan Mahfiyya (khazanah tersebunyi). Lalu, Aku ingin dikenal maka Kuciptakan makhluk agar Aku dikenal.

Dari hadits ini, jelaslah bahwa Alloh Subhanahu wa Ta'ala menciptakan manusia agar mengenal-Nya (ma'rifat). Ketika Alloh telah menjelaskan bahwa penciptaan manusia agar mengenal-Nya maka Ma'rifat hukumnya Wajib.

Nah, Alam Ma'rifat ini adalah Alam Lahut. Alam Lahut inilah yang disebut dengan Negeri Asal. Di Alam Lahut ini lah Ruh Qudsi diciptakan dalqm bentuk terbaiknya. Yang dimaksud Ruh Qudsi ialah Manusia Sejati yang ditempatkan di lubuk Qolbu. Manusia Sejati ini akan muncul dengan Tobat, Talqin dan disiplin melafalkan kalimat Laa Ilaaha Illalloh.

Wallohu a'lam Bishshowab
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. UNTAIAN MUTIARA TQN SURYALAYA - SIRNARASA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger