Latest Post

TAHUN BARU DALAM SUDUT PANDANG THORIQOH

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Minggu, 30 September 2018 | 20.52

Hidmat Ilmiyah Manaqib di Panongan
30 Septemebr 2018 / 20 Muharom 1440 H.

Bismillaahirrohmaanirrohiim,
Alhamdulillaahi robbil'aalamiina, wa sholatu wa salaamu 'alaa syamsil mursalain wa qomarin nabiyyin wa shidrotil muntahal 'arifin sayyidina wa maulana Muhammadin wa'alaa aalihii wa shohbihii ajma'iina. Amma ba'du.
Fa qoolallaahu ta'alaa fil quraanil azhiim :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Wa qoola aidhon :

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Innalladziina aamanuu walladziina haajaruu wajaahaduu fii sabiilillaahi, ulaaa-ika yarjuuna rohmatallaahi wallaahu ghofuururrohiimu.

Qolannabiyyu Saw. :

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
Ightanim khamsan qobla khamsin: Syabaabaka qobla haromika, wa shihhataka qobla saqomika, wa ghinaaka qobla faqrika, wa faroo ghoka qobla syaghlika, wa hayaataka qobla mautika

Shadaqallaahul 'azhim wa shadaqa Rosulillahi Saw.

Ilaahi anta maqsuudi...

Ikhwan wal akhwat ra,
Hari ini tanggal 20 Muharom 1440 H, 49 tahun yang lalu, tepatnya Hari Rabu dini hari 20 Muharom 1391 H. di Dusun Campang, Desa Kuripan Aji, Kec. Tiga Dihaji, OKU Selatan, Sum-Sel, saya dilahir oleh Ibu saya yang bernama Kholijah, untuk itu mohon doanya dari ikhwan semua, semoga kedua orang tua saya dan orang tua ikhwan semua senantiasa mendapatkan pertolongan Alloh dengan wasilah syafa'at Kanjeng Nabi Muhammad Saw. serta khalifahnya yang Mursyid, al faatihah...

Selanjutnya, bagi para ikhwan yang saat ini belum memperoleh pekerjaan alias nganggur, semoga segera mendapatkan pekerjaan yang baik, dan bagi yang sedang berusaha (berdagang), seoga usahanya sukses, bagi yang sedang sakit semoga disembuhkan penyakitnya, dan bagi ikhwan yang punya hajat, apapun hajatnya semoga segera dikabulkan oleh Alloh hajatnya, al faatihah....

Ikhwan wal akhwat ra,
Kalau bicara tentang Tahun Baru Islam maka kita akan teringat masa hijrahnya Rosululloh Saw. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 1 Muharam, bertepatan dengan 16 Juli 622 M, hari Jumat.

Di dalam Quran Surat Al Baqarah yang saya bacakan tadi di Muqodimah tadi :

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Innalladziina aamanuu walladziina haajaruu wajaahaduu fii sabiilillaahi, ulaaa-ika yarjuuna rohmatallaahi wallaahu ghofuururrohiimun
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Al Baqoroh : 218).

Ciri-ciri dari orang beriman itu ada 3, yaitu ia senantiasa Berhijrah dan Berjihad serta Mengharapkan Rahmat Alloh.

Hijrah berarti berpindah atau meninggalkan. Dalam makna ini, hijrah memiliki dua bentuk. Hijrah Makaniyah (fisik) dan Hijrah Ma’nawiyah. Hijrah makaniyah (hakiki) adalah berpindah secara fisik, dari satu tempat ke tempat lain. Adapun hijrah secara ma’nawiyah adalah tentang berpindahnya diri kita dari larangan Alloh. Memindahkan, menyingkirnya diri kita, jauh-jauh, dari apa yang telah Alloh cegah. Hijrah ke mana? Hijrah ke Hadhrot Alloh melalui thoriqoh, sebagaimana Nabi Ibrohim 'alaihissalam, yang ditegaskan dalam firman Allah swt. :

وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَىٰ رَبِّي ۖ إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Wa qoola : Innii muhaa jirun ilaa robbii. Innahu huwal 'aziizul hakiim
Dan berkatalah Ibrahim: "Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); sesungguhnya Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS. Az Zukhruf : 26).

Alhamdulillaah kita sudah diberikan oleh Guru kita, sehingga kita bisa hijrah dari LUPA menjadi INGAT, tidak akan ada ingat kalau tidak ditalqin Dzikir. Sehingga dengan selalu ingat kepada Alloh maka pelan tapi pasti kita bisa hijrah dari ingkar menjadi taat, dari maksiat menjadi tobat, dari malas menjadi tekun, dari kebodohan menjadi berilmu, dari pemarah menjadi sabar, dari kikir menjadi pemurah, dari kasar menjadi lembut, dari pendendam menjadi pemaaf, dan dari pembenci menjadi penyayang. Sebagaimana Sabda Rosululloh Saw. :

من كان يومه خيرا من أمسه فهو رابح، ومن كان يومه مثل أمسه فهو مغبون ومن كان يومه شرا من أمسه فهو ملعون
Man kaana yaumuhu khoiron min amsihi fahuwa roobihun, waman kaana yaumuhu mitsla amsihi fahuwa maghbuunun, waman kaana yaumuhu syarran min amsihi fahuwa mal'uunun
“Barangsiapa yang harinya (hari ini) lebih baik dari sebelumnya, maka ia telah beruntung, barangsiapa harinya seperti sebelumnya, maka ia telah merugi, dan barangsiapa yang harinya lebih jelek dari sebelumnya, maka ia tergolong orang-orang yang terlaknat”. (Al Hadits).

Alhamdulillaah, kita juga sudah ada TANBIH dari Guru Agung kita ABAH SEPUH, amalkan sebaik-baiknya.

Ciri yang kedua adalah Berjihad, artinya berjuang tiada henti dengan mencurahkan segala yang dimilikinya hingga tercapai apa yang diperjuangkan, perjuangan dengan nyawa, harta atau apa pun yang dimiliki, dengan niat melakukankannya di jalan Alloh yang menghantarkan kepada Ridho-Nya.

Ilaahi anta maqshuudi wa ridhooka mathluubi a'thinii mahabbataka wa ma'rifataka (Wahai Tuhanku, Engkaulah yang kumaksud, dan Ridho-Mu yang kucari, berilah aku rasa cinta dan mengenal-Mu).

Ciri yang ketiga adalah Mengharap Rahmat Alloh,  yakni meyakini bahwa rahmat Alloh adalah hak prerogatif Alloh, bukan semata-mata merupakan balasan dari dari amal sholeh, sebab jika demikian tentu orang kafir tidak memperoleh rahmat, sebaliknya orang beriman pasti masuk surga (Tafsir al Misbah), padahal Rosululloh Saw. telah bersabda :

لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ، وَلَا يُجِيرُهُ مِنَ النَّارِ، وَلَا أَنَا إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ
Laa yudkhilu ahadam minkum 'amaluhul jannah, walaa yujiiruhu minannaar, walaa anaa illaa birahmatim minallaah
Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelematkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah” (HR. Muslim).

Para ikhwan wal akhwat ra
Maka tepat sekali kalau momentum tahun baru ini kita jadikan momen untuk mengintrospeksi diri, sebagai mana ayat yang saya bacakan juga di atas :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Al Hasyr : 18).

Umar bin Khatab berkata,
وَيُرْوَى عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا
Wayurwaa an umaaro ibnil khotbtbob ra, qoola : "Haasabu anfusakum qobla antu haasabuu, wa tazayyanuu lil ardhil akbari, wa innamaa ya khifful hisaabu yaumal qiyaamati, 'alaa man haa saba nafsahu fiddunya".
Dan telah diriwayatkan dari Umar bin Al Khottob dia berkata: "Hisablah (hitunglah) diri kalian sebelum kalian dihitung dan persiapkanlah untuk hari semua dihadapkan (kepada Rabb Yang Maha Agung), hisab (perhitungan) akan ringan pada hari kiamat bagi orang yang selalu menghisab dirinya ketika di dunia". (Al Hadits).

Dalam Quran Surat Al 'Asr, Alloh Swt. berfirman "Wal 'asyri/Demi Masa".....
Surat ini didahului dengan sumpah Alloh kepada Masa. Artinya WAKTU harus menjadi perhatian yang sungguh-sungguh dari kita. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun waktu terus berlalu. Tidak ada seorang pun yang dapat memutar ulang atau menghentikan lajunya waktu.

الوَقْتُ كَالسَّيْفِ إِذَا لَـمْ تَقْطَعْهُ قَطَعَكَ
al waqtu kassaifi idzaa lam taq tha'hu qatha 'aka
“Waktu bagaikan pedang jika kamu tidak memotongnya maka dia yang akan memotongmu”.

Maka Rosululloh Saw. bersabda :
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
Ightanim khomsan qobla khomsin: Syabaabaka qobla haromika, wa shihhataka qobla saqomika, wa ghinaaka qobla faqrika, wa faraaghaka qobla syaghlika, wa hayaataka qobla mautika
"Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, Hidupmu sebelum datang matimu”. (Al Hadits).

Tadi dalam manqobah, "Tiada terbit matahari melainkan mengucapkan salam kepadaku, pada setiap datang tahun selalu memberi salam kepadaku, dan memberitahukan yang akan terjadi pada tahun itu. Pada setiap datang bulan, memberi salam kepadaku dan Menceritakan apa yang terjadi pada bulan itu. Demikian Pula setiap datang minggu dan hari, minggu dan hari itu memberi salam kepadaku dan memberitahukan yang akan terjadi pada minggu dan hari itu. Demi Dzat Alloh Yang Maha Mulia, orang-orang yang suka dan duka semuanya itu diberitahukan kepadaku" - maksudnya apa? Itu berarti Tuan Syekh Abdul Qodir yang menguasai waktu, bukan dikuasai oleh waktu. Pengersa Abah Aos menjelaskan, "Itu artinya, ketika matahari terbit, Tuan Syekh sudah bangun". Jadi sudah duluan bangunnya, bukan banyak tidur sehingga kesiangan. Maka pantaslah Waktu yang laporan kepada Tuan Syekh.

Itulah waktu, jangan sampai kita menjadi orang yang rugi. Sekarang inilah saatnya kita untuk memanfaatkan waktu kita sebaik-baiknya, berkarya sebanyak-banyaknya, berprestasi setinggi-tingginya, beribadah sekhusyu-khusyu’nya, beramal seikhlas-ikhlasnya, bekerja sekeras-kerasnya, berdoa tiada putusnya. Kalau itu tidak kita lakukan, maka waktu akan “memotong” kita karena kita telah menyia-nyiakannya.

Rosululloh Saw. pernah bersabda :
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Idzaa maata insaanu inqotho'a 'amaluhu illa min tsalaatsin, shodaqotin jaariyah, wa 'ilmi yuntafa'u bihi, wa waladin shoolihin yad'uwlahu
Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim).

Maka dari itu kita jadikan momentum tahun baru ini untuk mengisi detik demi detik waktu kita agar di isi dengan Dzikir kepada Alloh. Kalau kita bisa menguasai detik per detik waktu kita untuk berdzikir kepada Alloh, maka tidak ada lagi waktu yang terbuang sia-sia, semua waktu kita menjadi berharga "al waqtu atsmanu minadz-dzahab/Waktu itu lebih berharga dari Emas". Dengan demikian semua waktu kita bernilai ibadah kepada Alloh Swt. "Hatta ta' tiyakal yaqiin".

Ibadah apa yang sampai maut menjemput itu?
Bukan sholat, bukan zakat, bukan puasa, bukan haji, tapi ini : Wala Dzikrullohi Akbar (Dzikir Khofi). Orang yang sudah memiliki ini, maka ia terlah tergolong orang yang Bertaqwa. Beriman memiliki iman, berilmu memiliki ilmu, berharta berarti memiliki harta, Bertaqwa berarti telah memiliki Taqwa. At Taqwa Haahuna, At Taqwa Haahuna, At Taqwa Haahuna, seraya Rosululloh memberikan isyarat dengan menunjuk ke arah dua jari di bawah susu kiri, itulah Qolbu/Jantung/Hati/Jiwa.

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ
Artinya, "Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai". (QS. Al A'raf : 205).

Tidak akan masuk Taqwa itu kalau tidak ada yang memasukkan, sebagaimana sabda-Nya :

      وَكَانَ الذِّرٌ لَايفِيدٌ فَاإَدَةً تَامَّةً إلَّابِِا لتَّلْقِيْن
"Wakaanadz-dzikru laa yufiidu faaidatan tam-matan illaa bit-talqin"
(Dan dzikir itu tidak dapat memberikan faidah yang sempurna, kecuali dengan talqin).

Alhamdulillaah, yang sudah mendapatkannnya, amalkan sebaik-baiknya, dan belum bersegeralah untuk mendapatkannya, karena dzikir ini sangatlah berharga, bahkan lebuh berharga dari 7 lapis langit dan bumi serta yang ada di dalamnya.

Dengan hikmah tahun baru ini, mari kita bergegas menuju Alloh, singsingkan lengan baju lebih tinggi, teguhkan tekad, niatkan dengan ikhlas, bahwa hari ini kita akan menjadi Pribadi Baru, dengan sikap dan kebiasaan baru yang lebih positif, dengan target-target hidup yang lebih terukur, agar hidup menjadi lebih bermanfaat dan bermakna, bahagia sejak di dunia hingga ke akhirat, alhamdulillaah.

Wassalamu'alaikum salam Wr. Wb.

Wallahu a'lam bishshowab.

Mahmud J. Al Maghribaen
Manaqib Panongan di Musholla Al Muttaqin, 30 September 2018/20 Muharrom 1440 H.

ADAB DALAM TASHAWUF

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Selasa, 18 September 2018 | 19.36

MENJAGANYA ADAB SESAMA IKHWAN

Dalam sebuah pertemuan, saya berbincang dengan seorang Wakil Talqin Abah Aos, beliau menyampaikan kerisauannya akan pentingnya menjaga adab sesama ikhwan (murid), menurut beliau, hal ini penting, sebab Ikhwan Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya tidak hanya harus menjaga adab kepada Syekh Mursyid saja namun juga harus menjaga adab terhadap sesama ikhwannya. Sebab kalau sesama ikhwan saja sudah mampu menjaga adab dengan baik, maka sudah pasti adab kepada Guru Mursyid akan lebih baik lagi. 

Diantara adab yang baik adalah, lebih baik buktikan kebajikan yang timbul dari kesucian :
  1. Terhadap orang-orang yang lebih tinggi daripada kita, baik dhohir maupun bathin, harus kita hormati, begitulah seharusnya hidup rukun, saling menghargai.
  2. Terhadap sesama yang sederajat dengan kita dalam segala-galanya, jangan sampai terjadi persengketaan, sebaliknya harus bersikap rendah hati, bergotong royong dalam melaksanakan perintah AGAMA dan NEGARA, jangan sampai terjadi perselisihan dan persengketaan, kalau-kalau kita terkena firman-Nya “ADZAABUN ALIM”, yang berarti duka nestapa untuk selama-lamanya dari dunia sampai dengan akhirat (badan payah, hati susah).
  3. Terhadap oarang-orang yang keadaannya di bawah kita, janganlah hendak menghinakannya atau berbuat tidak senonoh, bersikap angkuh, sebaliknya harus belas kasihan dengan kesadaran, agar mereka merasa senang dan gembira hatinya, jangan sampai merasa takut dan liar, bagaikan tersayat hatinya, sebaliknya harus dituntun dibimbing dengan nasehat yahng lemah-lembut yang akan memberi keinsyafan dalam menginjak jalan kebaikan.
  4. Terhadap fakir-miskin, harus kasih sayang, ramah tamah serta bermanis budi, bersikap murah tangan, mencerminkan bahwa hati kita sadar. Coba rasakan diri kita pribadi, betapa pedihnya jika dalam keadaan kekurangan, oleh karena itu janganlah acuh tak acuh, hanya diri sendirilah yang senang, karena mereka jadi fakir miskin itu bukannya kehendak sendiri, namun itulah kodrat Tuhan.

Jangan sampai kita sesama ikhwan acuh tak acuh, hanya diri sendirilah yang senang, bersikaplah ramah tamah, karena kita sudah ditakdirkan oleh Alloh menjadi ikhwan TQN Suryalaya sejak dari dunia hingga akhirat dibawah bimbingan pengersa Abah, sebagaimana Firman Alloh Swt. di dalam Al Quran :

يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ ۖ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَٰئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا وَمَن كَانَ فِي هَٰذِهِ أَعْمَىٰ فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَىٰ وَأَضَلُّ سَبِيلًا
Yauma nad'uu kulla unaasin bi imaamihim, fa man uutiya kitaabahu bi yamiinihi, fa ulaaika yaqro-uuna kitaabahum walaa yuzhlamuuna fatiilan, wa man kaana fii haadzihi a'maa fa huwa fil aakhiroti a'maa wa adhollu sabiilan
“(Ingatlah) suatu hari (yang pada hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barang siapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya, maka mereka ini akan membaca kitabnya itu dan mereka tidak dianiaya sedikit pun. Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” [QS. al-Isrâ`/17:71-71).

Demikianlah, kita sesama ikhwan TQN Suryalaya, lebih khusus lagi yang sekarang dibawah bimbingan Mursyid Silsilah ke-38 (Abah Aos) harus meningkatkan rasa kecintaannya, sebagai wujud dari kicintaan kita kepada Syekh Mursyid. Sabda beliau; hendaklah segenap murid-murid bertindak teliti dalam segala jalan yang ditempuh, guna kebaikan zhohir-bathin, dunia maupun akhirat, supaya hati tenteram, jasad nyaman, jangan sekali-kali timbul persengketaan, tidak lain tujuannya "Budi Utama – Jasmani Sempurna” (Cageur-Bageur).

Cobalah renungkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim berikut ini :

عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : سبعة يظلهم الله في ظله يوم لا ظل الا ظله : إمام عادل وشاب نشأ في عبادة الله عز وجل ورجل قلبه معلق بالمساجد ورجلان تحابا فى الله اجتمعا عليه وتفرقا عليه و رجل دعته امرأة ذات حسن وجمال فقال : إني أخاف الله ورجل تصدق بصدقة فأخفاها حتى لا تعلم شماله ماتنفق يمينه ورجل ذكر الله خاليا ففاضت عينانه" (متفق عليه)
‘Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Saw ia berkata : “Ada tujuh golongan yang Allah beri naungan dengan naungan-Nya, pada hari tiada lagi naungan kecuali naungan-Nya. Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dan berkembang dalam ketaatan pada Allah, seseorang yang hatinya terpaut pada masjid, dua orang yang saling mencintai di jalan Allah dan karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah di atas dasar itu, seorang lelaki yang digoda wanita yang memiliki jabatan dan kecantikan, lalu dia (menolaknya) sambil berkata : aku takut pada Allah, seseorang yang bersedekah maka ia sembunyikan sehingga apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya tidak diketahui oleh tangan kirinya, dan seseorang yang berzikir (mengingat) kepada Allah di tempat yang sunyi sepi, maka ia bergelimang air mata”. (Hadits Riwayat Al-Bukhari dan Muslim).

Dan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dari Ali Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :

وَلَا يُحِبُّ رَجُلٌ قَوْمًا إِلَّا حُشِرَ مَعَهُمْ
Wa laa yuhibbu rojulun qouman illaa husyiro ma'ahum
“Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum kecuali ia akan dibangkitkan bersama mereka.” 

Alhamdulillaah kita telah dipersatukan oleh-Nya bersama dengan-Nya, satu untuk semuanya, segalanya dan selamanya, al faatihah.

Al Fakir,
Mahmud J. Al Maghribi
Bengkel mobil Citraraya Cikupa Tangerang, 17-09-2018

TASHOWWUF DAN THORIQOH ITU BERASAL DARI QUR'AN

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Jumat, 14 September 2018 | 03.58

Diceritakan oleh pengersa Abah Aos, ketika datang utusan dari UII dengan membawa 104 masalah, pertanyaan pertama adalah, "Apa hubungan Tarekat dengan Tasawuf?". Kata Abah, "Islam tidak mengajarkan Tarekat dan Islam tidak Tasawuf. Islam mengajarkan Ath-Thoriqoh dan At-Tashowwuf  keduanya kalimah yang berasal dari Al Qur'an.
Thoriqoh itu bukan ajaran baru, thoriqoh bukan bahasa Arab, tapi Qur'an (Firman Alloh), demikian juga Tashowwuf, itu dari Qur'an, yaitu huruf; ta, shod, waw, fa. Kalau Qur'an tidak ada salah satu saja dari huruf ta, shod, waw, fa maka itu bukan Qur'an. Tashowwuf adalah huruf-huruf yang diambil dari Al Qur'an.

Firman Alloh Swt dalam Al Qur'an :

وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا
Wa an lawistaqoomu 'alath-Thoriiqoti la-asqoinaahum maa-an ghodaqon
"Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak)". (QS. Al Jin : 16).

Pertanyaan berikutnya adalah, "Siapa pelaksana ilmu tashowwuf yang pertama kali?". Jawab Abah, "Siapa lagi kalau bukan Rosululloh, Muhammad Saw., adapun kita hanya mengikuti, melanjutkan, melaksanakan bekas beliau, bekas kanjeng Rosululloh Saw.". Sabda Tuan Syekh Abdul Qodir al Jailani qs., "Ittabi'uu walaa tabtadi'u" (ikuti sunnah-sunnah rosululloh, jangan membuat atau melaksanakan yang tidak dicontohkan dan tidak diperintahkan oleh rosululloh saw.).

Pengamalan tashowwuf inilah yang dinamakan sekarang dengan Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyah, disebut Qodiriyyah karena yang menggalakkannya Syekh Abdul Qodir, disebut Naqsyabandiyah, karena yang menggalakkannya ialah Syekh Naqsyabandi. Asalnya dahulu dari "Iqro' Bismi Robbika alladzii kholaq". Iqro' jadi Qodiriyyah Bismi Robbika alladzi kholaq jadi Naqsyabandiyah. Adapun dzikirnya ada 2 (dua), dzikir yang pertama adalah Dzikir Jahar (bersuara) atau disebut juga Dzikir Jasad, letaknya ada di lidah, bibir, suara, kepala, leher, dan di badan (jasad). Dzikir yang kedua, yaitu Dzikir Khofi atau yang disebut juga Dzikir Jiwa yang berada di bawah susu kiri (Qolbu) yang senantiasa tak henti berdenyut, jika berhenti berdenyut berarti jiwa itu telah mati.

Jadi yang disebut thoriqoh itu adalah Dzikir Jahar dan Dzikir Khofi, pekerjaan yang Agung, sebagaimana Firman Alloh Swt.:

وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Waladzikrullohi Akbar. Wallohu ya'lamu maa tashna'uuna
"Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS. Al Ankabut : 46).
Perhatikan, Waladzikrullohi Akbar! Bukan waladzikru alhamduillaah, subhanalloh, allohuakbar, laa ilaaha illalloh, tapi Waladzikru Allohu! Artinya, ibadah yang Agung itu Dzikrulloh (Dzikir kepada Allohu)
Rukun Islam yang 5 (lima) itu adalah ibadah syari'at, wajib dilaksanakan oleh yang mampu. 1). Syahadat, itu ibadah syari'at yang digerakkan dengan lidah dan mesti terdengar oleh telinga, 2). Sholat juga ibadah syari'at ada gerakannya, kaki menginjak sajadah, lutut bertekuk di sajadah, duduk di sajadah, telapak tangan ke sajadah, jidat juga sujud ke sajadah, 3). Zakat dikeluarkan sampai ke tangan orang menerima, 4). Puasa hanya sampai perut lapar dan haus, 5). Haji hanya sampai ke Mekkah dan Madinah kemudian pulang. 
Semua ibadah syari'at itu wajib hukumnya bagi yang mampu, suara syahadat wajib jika bisa bicara, gerakan sholat wajib bagi yang sehat, puasa wajib bagi yang sehat, zakat wajib bagi yang mampu, haji juga wajib bagi yang mampu. Jika tidak mampu pergi haji maka semuanya menjadi ibadah haji secara hakikat. Baca syahadat memenuhi panggilan Alloh, melaksanakan sholat memenuhi panggilan Alloh, membayar zakat memenuhi panggilan Alloh, menjalankan puasa memenuhi panggilan Alloh, pergi haji juga memenuhi panggilan Alloh. "Labbaik Allohumma Labbaik" (Ya Alloh, Aku datang memenuhi panggilanmu). 
Semua ibadah Syari'at itu tidak akan sampai kepada Alloh jika tidak dengan Thoriqoh. Syahadat hanya sampai telinga orang, sholat hanya sampai sajadah, zakat hanya sampai tangan orang, puasa hanya sampai lapar dan haus, haji juga hanya sampai Mekah dan Madinah. Tapi dengan adanya Thoriqoh maka syahadat, sholat, zakat, puasa, dan haji akan sampai kepada Alloh Subhana huwa ta'ala
Diceritakan pengersa Abah Aos, "Jangan sampai kejadian seperti seorang Profesor, Rektor IKIP Bandung, mengirim surat ke pengersa Abah Anom. Isi suratnya, "Abah saya mau ziarah ke Abah, tapi saya malu karena saya tidak sholat". Dijawab oleh pengersa Abah, "Den, kalau mau ziarah ke Abah jangan malu-malu, siang-malam oleh Abah diterima, karena Abah mah tidak pernah nyuruh sholat". Gayung bersambut, orang yang tidak sholat menerima surat dari seorang Kiyai Gede se kolong langit Indonesia tapi tidak pernah nyuruh sholat, akhirnya datanglah sang profesor. Ketika datang ke Madrosah, membaca salamnya tidak sambil berdiri, tapi sambil merangkak "Assalamu'alaikum". Dijawab oleh pengersa Abah, "Wa'alaikum salam, mari sini silahkan, berdiri, berdiri". Begitu masuk langsung di "skak" oleh pengersa Abah, "Den, Abah mah tidak pernah nyuruh sholat, sebab yang nyuruh sholat mah Alloh, Abah juga disuruh"
Setelah bercakap-cakap, tidak lama langsung Talqin. Setelah Talqin bercakap-cakap lagi, hingga masuklah waktu Dhuhur. Abah Anom lalu berdiri, "Den, permisi Abah mau sholat dhuhur dulu". "Saya ikut Abah", kata profesor. "Bukankah Aden tidak sholat?". Dijawab sama profesor, "Gak bah, saya juga dulu sholat, tapi setelah jadi profesor saya berhenti sholatnya, karena saya mikir, kantor ditinggalkan, dikunci, masuk masjid untuk sholat, tapi sedang sholat inget kantor". Lalu saya berfikir, "Bukankah Rosul memerintahkan sholatlah seperti aku sholat", tapi tidak mungkin sholat rosul seperti ini, makanya saya berherhenti sholat". Nah sekarang saya mau sholat lagi setelah tahu jawabannya dari Abah. 
Jadi, seorang profesor mikir, "ngantor tidak, sholat juga tidak, karena kantor ditinggalkan untuk sholat tapi ketika sedang sholat ingat kepada kantor", itulah pemikiran Profesor H. Oteng Sutisna Rektor IKIP Bandung, beliau menjadi Ikhwan "Totok" sampai akhir hayatnya menjadi murid pengersa Abah Anom. Itu berkat dari hasil pencarian, akhirnya masuk thoriqoh, bukan ganti agama tapi belajar dzikir. Sebab syahadat, sholat, zakat, puasa, haji hanya dikerjakan dengan syari'at. Sedang ibadah syari'at itu terbatas dengan waktu dan tempat, jika sudah ditalqinkan dzikir maka sepanjang hidupnya menjadi ibadah. Sabda pengersa Abah Aos, "Talqin itu menghidupkan orang yang mati, atau membangunkan orang yang sedang tidur. Kita semau sudah ada yang membangunkan, tidak akan tidur lagi, dan tidak akan mati lagi". Alhamdulillaah.
Syari'at itu ibadah Lahir, Thoriqoh itu Ibadah Batin agar sampai kepada Maqom Hakikat yang Ma'rifat kepada Alloh Subhana huwa ta'ala. Sebagaimana dijelaskan oleh para 'Ulama bahwa, "Assyari'atu aqwali, wa ath-thoriqotu af'ali, wal hakikatu ahwali, wal ma'rifatu ro'sul maali" (Syari'at itu perkataanku, thoriqoh itu perbuatanku, hakikat itu keadaanku, dan ma'rifat itulah modal yang utama) yang merujuk kepada hadits :

Dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata :
Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata :

يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ : صَدَقْتُ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ.
قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ : صَدَقْتَ.
قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ.

"Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata, ”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.

Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”.
Nabi menjawab, ”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”

Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”

Wallohu'alam Bishshowab.

Al Fakir,
Mahmud J. Al Maghribi
Panongan, 14-09-2018

THORIQOH PILIHAN

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Kamis, 13 September 2018 | 21.10

THORIQOH PILIHAN

Sabda pengersa Abah saat memberikan tugas berat tapi mulia kepada saya, "Berikan Talqin Dzikir kepada siapa saja yang Minta dan Mau". Bahkan pengersa Abah menambahkan, "Kalau sama keluarga atau kerabat, tidak perlu ditanya mau atau tidak, berikan saja". 

Ada pertanyaan, "Bagaimana kalau orang yang sudah ditalqin tapi kemudian tidak mengamalkannya?".

Pengersa Abah Jagat menjelaskan saat ada pertanyaan serupa dalam forum wakil talqin di Jagat Arsy, "Kita tidak perlu memikirkan apakah diamalkan atau tidak oleh yang bersangkutan, itu sudah tanggung jawab pengersa Abah Aos dengan kejembaran rahmaniyahnya", soal pengamalan nanti juga ada waktunya, kalau sudah ditalqin maka dia tidak akan kemana-mana lagi (Ruhnya sudah digenggam Syekh Mursyid).

Tapi bagi yang tidak mau, pengersa Abah Aos pernah menyampaikan, ketika ada seorang ikhwan bertanya, "Bolehkan keluar dari thoriqoh?". Jawab pengersa, "Jangankan keluar dari Thoriqoh, mau keluar dari agama Islam juga silahkan".

Allah Ta’ala berfirman :

لَا إكْرَاه فِي الدِّين قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْد مِنْ الْغَيّ
Laa ikrooha fiddiini qod tabayyanar rusydu minal ghoyyi

“Tidak ada paksaan dalam memeluk agama. Sungguh telah jelas antara kebenaran dan kesesatan” (QS. Al Baqarah: 256).

Nabi Muhammad Saw. telah bersabda, semua umatnya akan masuk surga kecuali bagi yang tidak mau.

Sabda Nabi Saw. :

كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
Kullu ummati yadkhulunal jannata illaa min abaa. Qooluu, "Ya rosululloh waman ya abaa?". Qoola, "Man athoo 'anii dakholal jannata waman 'ashoonii faqod abaa".

“Seluruh umatku akan masuk jannah, kecuali yang enggan.” Sahabat bertanya, “Wahai Rasululloh, siapa yang enggan?” Beliau menjawab: “Barangsiapa yang menaatiku maka dia pasti masuk jannah, sedangkan barangsiapa yang mendurhakaiku maka sungguh dia telah enggan (masuk jannah).” (Hadits Riwayat Al-Bukhari).

Sabda Abah Anom, "Ikuti Aos, kalau kalian tidak mau, Abah tidak ngundang kalian datang ke sini".

Shubuh, 10-9-2018
Mahmud J. Al Maghribaen

TASHAWUF MENJAGA KESEIMBANGAN DUNIA DAN AKHIRAT

MAKNA ZUHUD

Ketika ada seorang ikhwan bertanya kepada Abah Anom tentang makna dari "zuhud", jawab beliau seraya berdo'a, "Allohummaj’al addunyaa fii aydinaa walaa taj’alhaa fii quluubina" (Ya Alloh jadikanlah dunia ini dalam genggamanku, tapi jangan masuk ia ke dalam hatiku).

Belajar thoriqoh bukan berarti harus meninggalkan dunia. Sebab banyak tudingan jika seseorang telah belajar thoriqoh maka dirinya akan disibukkan dengan wiridan, bahkan saking asiknya beribadah sampai-sampai ia melupakan urusan dunia.  Dalam salah satu Manqobah Tuan Syekh Abdul Qodir. "Diriwayatkan, pada waktu Syekh menginjak usia muda belia, berusia 18 tahun. Pada suatu hari yaitu hari Arafah bagi kaum muslimin yang naik haji atau sehari sebelum 'Iedul Adha, beliau pergi ke padang rumput menggembalakan seekor unta. Ditengah perjalanan unta tersebut menoleh ke belakang dan berkata kepada beliau : "Hei Abdul Qodir, kamu tercipta bukan sebagai penggembala unta." --- manqobah ke 8.

Sekelumit dari manqobah tersebut di atas dapat kita petik pelajaran, bahwa Tuan Syekh juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu mengembalakan seekor unta di padang rumput. Jadi semua tudingan itu tidaklah benar, sebab dengan belajar thoriqoh justru kita ingin menyeimbangkan antara kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat. Sabda Abah Anom, "Ingin dunia? Dzikir. Ingin akhirat? Dzikir".

Pengersa Abah Aos menyampaikan, Nabi Saw. bersabda, "Laa khoiro liman taroka dunyahu li aakhirotihi, walaa akhirotahu lidunyati walakin khairukum man akhadza min hadzihi wa hadzihi(Tidak baik orang yang meninggalkan dunianya untuk akhirat saja, juga tidak baik orang yang meninggalkan akhirat untuk dunia saja, melainkan harus kedua-duanya secara seimbang).

Maka dari itu, bagi ikhwan Thoriqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya haruslah menjaga keseimbangan antara kehidupan untuk dunianya dan kehidupan untuk akhiratnya. Diceritakan pengersa Abah Aos, ketika ada ikhwan, seorang Petani datang ke pengersa Abah Anom minta ditalqin, kata pengersa Abah Anom, "Kita belajar thoriqot bukan berhenti nyangkul, malah harus semakin dalam nyangkulnya". Artinya harus semakin giat dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Sabda pengersa Abah Aos, "Kita ini bukan makhluk dunia karena akan ke akhirat, kita juga bukan makhluk akhirat karena masih di dunia. Oleh karenanya jangan sampai mengejar dunia melupakan akhirat, sebaliknya jangan mengejar akhirat melupakan dunia. Harus jaga keseimbangan, sebab bila satu orang hilang keseimbangan menghalangi empat puluh orang (ingin) belajar thoriqoh".

Firman Alloh Subhana huwa ta'ala :

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي
الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Wabtaghi fiimaa aataakallohud daarol aakhiroh.  Walaa tansa nashiibaka minaddunyaa, wa ahsin kamaa ahsanallohu ilaika, walaa tabghil fasaada fiil ardhi, innalloha laa yuhibbul mufsidiina
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan". (QS. Al Qoshos : 77).

Hidup zuhud bukan berarti harus menjauhi dunia, atau berpakaian compang-camping dan hidup miskin. Melainkan hiduplah sewajarnya, engkau boleh mempunyai rumah yang mewah, mobil yang bagus, pakaian yang indah dan makanlah makanan yang gurih dan lezat. Tapi ingatlah jangan engkau lupa kepada Alloh yang telah memberi kenikmatan itu.

Firman Alloh Swt. :

يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا ۖ وَلِبَاسُ التَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌ ۚ ذَٰلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
Yaa banii aadama qod anzalnaa 'alaikum libaasan yuwaariisau aatikum wariisyan, wa libaasut taqwaa dzaalika khoirun, dzaalika min aayaatillaahi la'allahum yadz-dzakkuruuna
"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat". (QS. AL A'raf : 26).

Bersabda Syekh Abu al Hasan as Syadzili ra. :

وقد كان أبو الحسن الشاذلي رحمه الله تعالى يقول لأصحابه "كلوا من أطيب الطعام واشربوا من ألذ الشراب وناموا على أوطأ الفراش والبسوا ألين الثياب فإن أحدكم إذا فعل ذلك وقال الحمد لله يستجيب كل عضو فيه للشكر"
Artinya, “Syekh Abul Hasan As-Syadzili pernah berkata kepada muridnya, ‘Makanlah hidangan paling enak, reguklah minuman paling nikmat, berbaringlah di atas kasur terbaik, kenakanlah pakaian dengan bahan paling lembut. Bila satu dari kamu melakukannya lalu berucap syukur, ‘alhamdulillah’, maka setiap anggota tubuhnya ikut menyatakan syukur," (Lihat Syekh Abdul Wahhab Sya’rani, Al-Minahus Saniyyah).

Demikianlah, semua kenikmatan itu hendaklah tidak melalaikan kita dari mengingat Alloh Swt. Orang yang sibuk dengan dzikir sehingga ia lupa berdoa kepada Alloh itu lebih baik dari pada orang yang berdoa tapi hatinya lupa kepada Alloh.

Sabda Rosululloh Saw. :

يقولُ الرَّبُ عزَّوجلَّ من شَخَلَهُ القرْاٰنُ وَذِكْرِی عَنْ مَسْاَلَتِی اَعْطَیْتُهُ اَفْضَلَ مااُعْطِی السَّا ءِلِين افْضَلُ كلا مِ اللهِ علی سا ءِدِ الكلامِ كَفَضْلِ اللهِ علی خَلْقِهِ
Ya quulurrobu 'azza wajalla min syakholatul qur'aanu wa dzikrii 'an mas-alatii a'thoituhu afdholu kalaamillaahi 'alaa saa-idil kalaami kafadh lillaahi 'alaa kholqihi
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Tuhan Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman : "Barang siapa yang sibuk membaca Al Qur'an dan dzikir kepada Ku dengan tidak memohon kepada Ku, maka ia Aku beri sesuatu yang lebih utama dari pada apa yang Aku berikan kepada orang yang minta". Kelebihan firman Allah atas seluruh perkataan seperti kelebihan Allah atas seluruh makhlukNya". (Hadits ditakhrij oleh Tirmidzi).

Dengan Dzikir kalimat Laa Ilaaha Illalloh Alloh akan meneguhkan iman kita baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana Firman-Nya :

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ ۚ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ
Yu tsabbitullohul ladziina aamanuu bilqowlits tsaabiti fiil hayaatid dunyaa wa fiil aakhiroh, wa yudhillullohuzh zhoolimiina, wa yaf 'alullohu maa yasyaa-u
"Alloh meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki". (QS. Ibrohim : 27).

Alhamdulillah, semoga kita lulus, mulus, selamat Dunia dan Akhirat, aamiin.

Al Fakir,
Mahmud J. Al Maghribi
13-09-2018

MURSYID PILIHAN

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Sabtu, 08 September 2018 | 20.18


Ada pertanyaan :
Kalau Imam Ibnu Katsir sezaman dengan pengersa Abah Aos, kira-kira mau ikut siapa?

Saya jawab, "Saya pasti akan ikut pengersa Abah Aos".

Kenapa saya ikut pengersa Abah Aos? Apa jawabnya?
Ya karena saya sekarang sedang belajar Tashawuf.

Pertanyaan ini muncul, ketika perjalanan dari Pesantren Sirnarasa ke Kuningan. Bukan kebetulan, setelah sampai di Kuningan, paginya ada Ibu yang minta di Talqin. Beres talqin, dengan niat mau syi'ar saya posting di Facebook.

Saya sampaikan, hanya orang yang sudah ditakdirkan yang  menerima Talqin ini, adapun orang-orang yang tidak ditetapkan oleh Alloh untuk memiliki kalimat ini, ia tidak akan mau dan juga tidak akan ketemu dengan Mursyid. Hal ini berdasarkan Firman Alloh dalan Al Qur'an Surat Al Kahfi ayat 17 :

مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ ۖ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا
Artinya, "Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya".

Kemudian postingan tersebut ada yang mengomentari dengan mengutip tafsir Ibnu Katsir terkait dengan QS. Al Kahfi ayat 17. Nah, ada  orang yang komen, orang ini adalah teman saya, yang memang pengajiannya lebih menyukai kewahabi-wahabian, walau ia menolak untuk disebut wahabi. Dan memang orang-orang yang sering kita sebut wahabi, mereka tidak mau dirinya disebut wahabi, wallohu'alam.

Ketika kami bertemu tatap muka, beliau itu kembali mengulas, bahkan menyampaikan bahwa Ustadz Khalid Basalamah pernah mengatakan seandainya Imam Ibnu Katsir masih ada sekarang maka jangan ikut pendapat saya, ikutlah pendapat Ibnu Katsir. Spontan saya jawab, "Kalau saya, seandainya  Ibnu Katsir sezaman dengan Abah Aos maka saya akan ikut pendapatnya Abah Aos".

Subhanalloh... Baru ini kan? Baru dengar saya juga, belum pernah ada kiyai yang berkata begini.

Tentu saja saya punya alasan yang kuat sehingga berani mengatakan demikian. Ada banyak alasannya :

Yang pertama, saya tidak berguru langsung dengan Imam Ibnu Katsir, sedang saya saat ini sedang berguru kepada pengersa Abah Aos.

Kedua, ada perbedaan ulama Tashawuf dengan ulama tafsir atau ulama fiqih.

Apa perbedaannya?
Kita lihat kitab-kitab karya mereka, kalau ulama tafsir dan fiqih, isinya adalah tentang ilmu dan hukum dalam Islam. Ilmu yang disampaikan adalah berdasarkan pengetahuan yang ada di dalam kepala. Tidak sedikit ulama (ahli ilmu) yang justru tidak tahu cara mengamalkan ilmunya.

Berbeda dengan ulama tashawuf, contoh kitab karya Imam Al Ghazali, atau karya Tuan Syekh Abdul Qodir Jailani, karya pengersa Abah Anom dan juga kitab karya pengersa Abah Aos. Isi yang disampaikan adalah hasil daripada amaliyah. Sehingga cara penyajiannya pun berbeda, tidak hanya mengandalkan pengetahuan yang ada di kepala, tapi yang disampaikan disertai dengan "Rasa" (bekas dari amaliyah). Makanya kata pengersa Abah, "Kita mah menyampaikan ilmu yang sudah lecek, bekas amaliyah guru-guru kita yang juga sudah kita amalkan".

Walau demikian, penting kita mempelajari ilmu dari ulama fiqih dan tafsir. Pengersa Abah sangat menekankan pentingnya ilmu, tanpa ilmu niscaya kita tidak akan sampai kepada Alloh. Kata pengersa Abah ke saya, ketika usai kuliah subuh di Jagat 'Arsy dengan tema pentingnya ilmu, "Kiyai, itu yang disampaikan tadi, emang sudah dari sononya, Alloh juga pertama mengajarkan kepada Nabi Adam ilmu dulu, bukan amal dulu", seraya beliau mengutip Firman Alloh Swt. :

وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Wa 'allama aadamal asmaa-a kullahaa, tsumma 'arodhohum 'alal malaaikati, faqoola ambi-uunii bi asmaa-i haa-ulaa-i in kuntum shoodiqiina
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!

Alhamdulillaah, kita sudah dipertemukan dengan pengersa Abah, seorang Mursyid yang tidak hanya memiliki ilmu yang luas, tapi juga tubuh yang perkasa.

 وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا ۚ قَالُوا أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ ۚ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ ۖ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Wa qoola lahum innalloha qod ba'atsa lakum thooluuta malikan. Qooluu annaa yakuunu lahul mulku 'alainaa wa nahnu ahaqqo bil mulki minhu walam yu'ta sa'atan minal maali. Qoola innallohash thofaahu 'alaikum wazaadahu basthotan fil 'ilmi wal jismi. Wallohu yu'tii mulkahu mayyasyaa-u. Wallohu waa si'un 'aliimun
Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa". Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui".

Meskipun sudah bertahun-tahun bersama, ada di hadapan mata, kalau tidak diberikan petunjuk oleh Alloh maka kita tidak akan tahu kalau pengersa Abah itu adalah mursyid.

Wassalamu'alaikum Wr Wb.
Mahmud J. Al Maghribaen
08-09-2018

MAULID ABAH ITU TANDA TAQWA

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Rabu, 05 September 2018 | 00.57

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Foto Bersama Peserta Dzikir 76 Jam Non Stop
Puncak Sirnarasa
Alhamdulillaahi robbil 'aalamiin Washolaatu wassalaamu 'alaa syamsil  mursaliin wa qomaarin nabiyyin wa sidrotil muntahal 'arifin sayyidina Muhammadin wa 'alaa aalihii washohbihi ajma'iin.

Ikhwan wal akhwat yang berbahagia,
Alhamdulillah, kita semuanya dibisakan, diundang meskipun tidak pakai undangan untuk bisa hadir di sini,  di kejembaran rahmaniah, kampung yang senantiasa dirahmati oleh Alloh.
Alloh subhana huwa ta'ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
Yaa ayyuhalladziina aamanudz kurulloha dzikron katsiiron wasahbihuu hubukratan wa ashiilan. Huwalladzii yushollii 'alaikum wa malaaikatuhu liyukh rijakum minazh zhulumaati ilannuur. Wa kaana bilmu'miniina rohiima.
Artinya, "Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman". (QS. Al Ahzab : 41-43).

Dalam firman Alloh di atas sudah sangat jelas bahwa dzikir itu akan mendapatkan rahmat Alloh. Maka tempat dimana ada aktivitas dzikir kepada Alloh, itulah tempat yang diliputi rahmat Alloh Swt. (kejembaran rahmaniah).

Apa itu rahmat Alloh itu?
Rahmat Alloh adalah kasih sayang Alloh kepada makhluk-Nya.
Menurut ulama, setidaknya ada 12 makna dari rahmat Alloh :
  1. Rahmat bermakna agama Islam.
  2. Rahmat Alloh bermakna Surga.
  3. Rahmat Alloh bermakna Hujan
  4. Rahmat Alloh bermakna Kenabian.
  5. Rahmat bermakna Nikmat.
  6. Rahmat berarti al-Quran.
  7. Rahmat bermakna rezeki.
  8. Rahmat berarti pertolongan dan kemenangan.
  9. Rahmat bermakna sehat & afiyat.
  10. Rahmat berarti cinta.
  11. Rahmat bermakna keimanan.
  12. Rahmat berarti taufik (pertolongan untuk amal kebaikan).
Tidak ada nikmat yang lebih agung selain nikmat mendapatkan Ridho Alloh Swt. Kesemuanya itu sudah terangkum dalam munajat yang selalu kita baca yaitu :

اِلَهِى اَنْتَ مَقْصُوْدِيْ وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِيْ اَعْطِنِی مَحَبَّتَكَ وَمَعْرِفَتَكَ
"Wahai Tuhanku, Engkaulah yang kumaksud dan ridho-Mu yang aku cari, berilah aku kemampuan untuk bisa mencintai-Mu dan ma'rifat kepada-Mu".

Alhamdulillah, kita semuanya sudah mendapatkan kedua belas rahmat itu, yaitu 12 huruf yang telah mengeluarkan kita dari kegelapan kepada cahaya, Dia-lah Alloh, Tuhan Semesta Alam, Asma-Nya sudah terpatri di dalam Qolbu, larut di dalam jiwa kita.

مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۖ وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Apa saja yang Alloh anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Alloh maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fathir : 2).
Alhamdulillah....

Ikhwan wal akhwat ra.
Setiap tahun disini, di kejembaran rahmaniah selalu diadakan berbagai kegiatan untuk memeriahkan Maulid pengersa Abah, kesemuanya itu kita lakukan sebagai wujud rasa syukur kita atas nikmat dan karunia Alloh kepada kita sebagai murid-murid beliau. Bersama dengan beliau berarti bersama Alloh dan Rasululloh Saw. Alloh Swt. berfirman dalam hadits Qudsi :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِى ، فَإِنْ ذَكَرَنِى فِى نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِى ، وَإِنْ ذَكَرَنِى فِى مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِى مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا ، وَإِنْ أَتَانِى يَمْشِى أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً »

An Abi Hurairoh ra. Qoola, qolannabiyyu Saw. "Ya qulullohu ta'alaa; Anaa inda zhonni 'abdii, wa anaa ma'ahu idzaa dzakaronii, fainna dzakaronii fii nafsihii dzakartuhu fii nafsii, wain dzakaronii fii mala-in dzakartuhu fii mala-in khoirin minhum, wain taqorroba ilayya bisyiirin taqorrobu ilaihi dziroo'an, wa in taqorroba ilayya dziroo'an taqorrobu ilaihi baa'an, wain ataanii yamsyii ataituhu harwalatan

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata bahwa Nabi Saw. bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rosululloh Shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْعُلُمَاءُ  وَرَثَةُاْلأَنْبِيَاءِ
Al Ulamaa'u warotsatul anbiya-i
“Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR. At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda).

Selain  bersyukur, kita hadir di sini tentunya juga sebagai ungkapan rasa terima kasih kita kepada beliau, sebagai wujud syukur kita kepada Alloh Swt. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
Laa yasykurulloha man laa yasykurunnaas
Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

Ikhwan wal akhwat yang berbahagia,
Di dalam Islam terdapat banyak peristiwa-peristiwa atau peninggalan bersejarah yang monumental yang mengandung nilai yang tinggi. Peristiwa atau peninggalan itu wajib dipelihara dan diperingati agar manusia dapat mengambil pelajaran.

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
Wadzakkir fainnadz dzikroo tanfa'ul mu'miniina
"Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman". (QS. Ad dzaariyat [51]: 55).

Kegiatan memperingati peristiwa atau peninggalan yang bersejarah itu, di dalam Al Quran disebut Syi'ar, syi'ar dapat berarti tempat, seperti; Ka'bah, Shafa, Marwah, Arafah, dan al-Masy'ar al-Haram; bisa menunjuk pada waktu, seperti; bulan Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab, juga dapat pula menunjuk pada amalan-amalan agama.

ذَٰلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
Dzaalika waman yu'adzdzim sya'aa irulohi min taqwal quluubi
"Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati". (QS. Al Hajj : 32).

Kegiatan mengagungkan syi'ar Alloh pada ayat ini dipahami oleh para ulama dalam beberapa makna, antara lain :
Pertama, ihtifal
Bahwa aktivitas keagamaan yang bernilai syiar, perlu dilakukan secara terbuka, meriah, dan penuh antusiasme, tetapi tetap khidmat dan penuh makna.
Kedua, iltizam
Bahwa mengagungkan syiar itu merupakan kewajiban agama yang harus ditunaikan oleh setiap Muslim sebagai bagian dari proses tadzkir, yaitu usaha untuk mengingatkan manusia pada keagungan Allah.
Ketiga, itmam
Bahwa syiar harus dilakukan sebaik dan sesempurna mungkin. Sekadar contoh, dalam konteks syiar haji, Rosululloh memberikan 100 ekor unta sebagai kurban.

Dalam hal ini, kegiatan Maulid Abah Aos yang ke-76 telah dilaksanakan secara terbuka, tercatat ada 4 (empat) event besar yang digelar dengan total 18 sub event. Terdiri dari keagamaan, sosial, seni dan budaya, hingga sport tourism. "Pekan Pesona Pesantren dan Maulid Abah Aos ke-76 ini luar biasa. Bukan hanya penuh dengan inspirasi, tapi sangat potensial sebagai pendukung pariwisata Ciamis. Eventnya sangat meriah. Lalu, jumlah pengunjungnya banyak", ungkap Sekretaris Kementerian Pariwisata, Ukus Kuswara, Sabtu (1/9). - Liputan1.com.

Rangkai Acara Maulid Abah Aos ke-76, sbb :
  • Pertandingan Kejuaraan Tenis Meja se-Indonesia.
  • Pentas Seni (Pencak Silat, Gembyung, Wayang Ajen, dll.).
  • Keagamaan (Haflah Tilawatil Qur'an & Dzikir 76 Jam Non Stop, dll.)
  • Pentas Tradisi dan Budaya (Gubyak, Pawai Natura, Parade Janur Kuning, Parade Nasi Liwet, dll.).
Rangkaian acara ini diikuti tidak hanya masyarakat dari Ciamis, Jawa Barat saja, akan tetapi dihadiri oleh peserta dari bebagai Provinsi di Indonesia, tercatat hadir dari DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, dll.

Alhamdulillaah, kami beserta rombongan dari Tangerang - Banten pun dibisakan hadir. "Semua uneg-uneg terjawab sudah, kami pun bercucuran air mata", kata jamaah ikhwan dari Madrosah Panongan. Sepanjang perjalanan (pulang maupun pergi), tak ada habis-habisnya cerita tentang Abah Aos. Memang demikianlah, setiap orang yang pernah berkunjung ke Pesantren Sirnarasa, selalu menyisakan kebahagiaan karena kemuliaan akhlaq pengersa Abah. Beliau sangat memuliakan setiap tamu yang datang dengan menyuguhkan santapan Jasmani dan Rohani yang sangat lezat.


Nabi bersabda,

إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ

Idzaa marortum biriyaadhil jannahi farta'uu, qooluu wamaa riyaadhul jannati, Qoolu hilaqudz dzikri
“Jika kalian melewati taman syurga maka berhentilah. Mereka bertanya,”Apakah taman syurga itu?” Beliau menjawab,”Halaqoh dzikir (majelis Ilmu).” (Riwayat At-Tirmidzi).

Di Sinilah Surga itu, di Kaki Gunung Sawal, Puncak Sirnarasa.
Haturnuhuun, haturnuhun, Abah.... Al Faatihah... Ammin.

Al Fakir,
Mahmud J. Al Maghribaen
Taman Surga, 01-09-2018
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. UNTAIAN MUTIARA TQN SURYALAYA - SIRNARASA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger