MENJAGANYA ADAB SESAMA IKHWAN
Dalam sebuah pertemuan, saya berbincang dengan seorang Wakil Talqin Abah Aos, beliau menyampaikan kerisauannya akan pentingnya menjaga adab sesama ikhwan (murid), menurut beliau, hal ini penting, sebab Ikhwan Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya tidak hanya harus menjaga adab kepada Syekh Mursyid saja namun juga harus menjaga adab terhadap sesama ikhwannya. Sebab kalau sesama ikhwan saja sudah mampu menjaga adab dengan baik, maka sudah pasti adab kepada Guru Mursyid akan lebih baik lagi.
Diantara adab yang baik adalah, lebih baik buktikan kebajikan yang timbul dari kesucian :
- Terhadap orang-orang yang lebih tinggi daripada kita, baik dhohir maupun bathin, harus kita hormati, begitulah seharusnya hidup rukun, saling menghargai.
- Terhadap sesama yang sederajat dengan kita dalam segala-galanya, jangan sampai terjadi persengketaan, sebaliknya harus bersikap rendah hati, bergotong royong dalam melaksanakan perintah AGAMA dan NEGARA, jangan sampai terjadi perselisihan dan persengketaan, kalau-kalau kita terkena firman-Nya “ADZAABUN ALIM”, yang berarti duka nestapa untuk selama-lamanya dari dunia sampai dengan akhirat (badan payah, hati susah).
- Terhadap oarang-orang yang keadaannya di bawah kita, janganlah hendak menghinakannya atau berbuat tidak senonoh, bersikap angkuh, sebaliknya harus belas kasihan dengan kesadaran, agar mereka merasa senang dan gembira hatinya, jangan sampai merasa takut dan liar, bagaikan tersayat hatinya, sebaliknya harus dituntun dibimbing dengan nasehat yahng lemah-lembut yang akan memberi keinsyafan dalam menginjak jalan kebaikan.
- Terhadap fakir-miskin, harus kasih sayang, ramah tamah serta bermanis budi, bersikap murah tangan, mencerminkan bahwa hati kita sadar. Coba rasakan diri kita pribadi, betapa pedihnya jika dalam keadaan kekurangan, oleh karena itu janganlah acuh tak acuh, hanya diri sendirilah yang senang, karena mereka jadi fakir miskin itu bukannya kehendak sendiri, namun itulah kodrat Tuhan.
Jangan sampai kita sesama ikhwan acuh tak acuh, hanya diri sendirilah yang senang, bersikaplah ramah tamah, karena kita sudah ditakdirkan oleh Alloh menjadi ikhwan TQN Suryalaya sejak dari dunia hingga akhirat dibawah bimbingan pengersa Abah, sebagaimana Firman Alloh Swt. di dalam Al Quran :
يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ ۖ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَٰئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا وَمَن كَانَ فِي هَٰذِهِ أَعْمَىٰ فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَىٰ وَأَضَلُّ سَبِيلًا
Yauma nad'uu kulla unaasin bi imaamihim, fa man uutiya kitaabahu bi yamiinihi, fa ulaaika yaqro-uuna kitaabahum walaa yuzhlamuuna fatiilan, wa man kaana fii haadzihi a'maa fa huwa fil aakhiroti a'maa wa adhollu sabiilan
“(Ingatlah) suatu hari (yang pada hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barang siapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya, maka mereka ini akan membaca kitabnya itu dan mereka tidak dianiaya sedikit pun. Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” [QS. al-Isrâ`/17:71-71).
Demikianlah, kita sesama ikhwan TQN Suryalaya, lebih khusus lagi yang sekarang dibawah bimbingan Mursyid Silsilah ke-38 (Abah Aos) harus meningkatkan rasa kecintaannya, sebagai wujud dari kicintaan kita kepada Syekh Mursyid. Sabda beliau; hendaklah segenap murid-murid bertindak teliti dalam segala jalan yang ditempuh, guna kebaikan zhohir-bathin, dunia maupun akhirat, supaya hati tenteram, jasad nyaman, jangan sekali-kali timbul persengketaan, tidak lain tujuannya "Budi Utama – Jasmani Sempurna” (Cageur-Bageur).
Cobalah renungkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim berikut ini :
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : سبعة يظلهم الله في ظله يوم لا ظل الا ظله : إمام عادل وشاب نشأ في عبادة الله عز وجل ورجل قلبه معلق بالمساجد ورجلان تحابا فى الله اجتمعا عليه وتفرقا عليه و رجل دعته امرأة ذات حسن وجمال فقال : إني أخاف الله ورجل تصدق بصدقة فأخفاها حتى لا تعلم شماله ماتنفق يمينه ورجل ذكر الله خاليا ففاضت عينانه" (متفق عليه)
‘Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Saw ia berkata : “Ada tujuh golongan yang Allah beri naungan dengan naungan-Nya, pada hari tiada lagi naungan kecuali naungan-Nya. Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dan berkembang dalam ketaatan pada Allah, seseorang yang hatinya terpaut pada masjid, dua orang yang saling mencintai di jalan Allah dan karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah di atas dasar itu, seorang lelaki yang digoda wanita yang memiliki jabatan dan kecantikan, lalu dia (menolaknya) sambil berkata : aku takut pada Allah, seseorang yang bersedekah maka ia sembunyikan sehingga apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya tidak diketahui oleh tangan kirinya, dan seseorang yang berzikir (mengingat) kepada Allah di tempat yang sunyi sepi, maka ia bergelimang air mata”. (Hadits Riwayat Al-Bukhari dan Muslim).
Dan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dari Ali Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :
وَلَا يُحِبُّ رَجُلٌ قَوْمًا إِلَّا حُشِرَ مَعَهُمْ
Wa laa yuhibbu rojulun qouman illaa husyiro ma'ahum
“Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum kecuali ia akan dibangkitkan bersama mereka.”
Alhamdulillaah kita telah dipersatukan oleh-Nya bersama dengan-Nya, satu untuk semuanya, segalanya dan selamanya, al faatihah.
Al Fakir,
Mahmud J. Al Maghribi
Bengkel mobil Citraraya Cikupa Tangerang, 17-09-2018
Posting Komentar