Latest Post

Sholat Syukur Laylatul Qodr Ahli Thoriqoh

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Rabu, 23 Juli 2014 | 02.26



Goresan Akhir Romadhan


Hakikat Laylatul Qodr.

Firman Alloh Swt., "Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemualiaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar". (QS. Al Qodr)

"Baca, baca, baca. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu". (QS. Al Alaq).

Malam kemuliaan (laylatul qodr) adalah malam dimana Al Qur'an diturunkan. Sehingga ada yang meyakini bahwasanya, laylatul qodr  hanya terjadi satu kali, yakni saat Al Qur'an diturunkan sekaligus dari lauhul mahfudz  ke langit dunia.

Namun ada juga yang meyakini bahwa laylatul qodr  terjadi setiap tahun yakni di bulan suci Romadhan, karena Al Qur'an diturunkan pertama kali di bulan suci romadhan. Sunnah untuk mencarinya di sepuluh akhir bulan Romadhan, terutama di malam-malam yang ganjil. Sebagaimana Rosullulloh Saw. pada sepuluh malam terakhir mengencangkan ikatan kain sarungnya, artinya tidak bersetubuh meskipun diperbolehkan, akan tetapi memperbanyak beribadah kepada Alloh Swt.

Kaum sufi menafsirkan, laylatul qodr  tidak hanya turun di bulan suci Romadhan, akan tetapi dapat juga terjadi kapanpun, ketika seorang hamba menerima hakikat Al Qur'an yaitu saat Rosullulloh Saw. menerima wahyu pertama yang turun di Gua Hira'. Sebagaimana sunnah mencari laylatul qodr  di bulan suci Romadhan, demikian pula sunnah bagi umatnya untuk mencari hakikat laylatul qodr,  yaitu hakikat Al Qur'an yang diturunkan ke dalam dada Rosullulloh Saw.

Malaikat Jibril bersabda “Iqra (bacalah).” Muhammad yang salah duga lalu menjawab: “Ma ana biqirain” (saya tak bisa membaca). Dia menyangka bahwa Jibril menyuruhnya membaca, padahal yang dimaksud yaitu supaya Muhammad mengikuti bacaannya. “Iqra,” tandas Jibril sekali lagi. Hati Muhammad campur aduk, makin kencang berdegup.

Dengan tubuh gemetar dan jantung yang berdebar, Muhammad kemudian menjawab: “Ma ana biqirain.” Jibril kembali mendesaknya: “Iqra.” Muhammad kian ketakutan, tetapi dia tetap menjawab: “Ma ana biqirain.” Jibril menatap wajahnya yang salah sangka itu. Muhammad tertegun. Kemudian dengan suara merdu dan berwibawa Jibril bersabda “Iqra bismirabbik (bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu).” 

Hakikat lailatul qodr  ialah pahalanya lebih baik dari seribu bulan, artinya suatu ketetapan Alloh Swt. berupa suatu kebaikan untuk hambanya. Sehingga sang hamba menjadi hamba yang bertaqwa yang senantiasa berdzikir kepada Alloh Swt., sebagaimana Firman-Nya, "Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatiumu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termask orang-orang yang lalai.". dan Firman Alloh Swt, "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."

Wallahu'alam bishshowab.

Tafakur Pecinta Kesucian Jiwa
23 Juli 2014 / 25 Romadhan 1435 H

IBADAH TIGA UNSUR

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Selasa, 01 Juli 2014 | 00.19

Bismillaahirrohmaanirrohiim,

Segala puji bagi Alloh, Tuhan semesta alam. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw., juga kepada keluarganya, sahabatnya, dan umatnya yang sholeh hingga akhir zaman, aamiin.

Tiada Tuhan selain Alloh dan Muhammad adalah utusan Alloh.
Alloh Swt. berfirman di dalam Al Qur'an, "Wamaa kholaqnal jinna wal insa illaa liya'buduun". Yang artinya, "Tidak aku ciptakan golongan Jin dan Manusia itu, kecuali untuk meyembah kepada-Ku". (Qs. Adz Dzaariyat : 56).

Ibadah Tiga Unsur

Yang dimaksud Menyembah sebagaimana dimaksud Firman Alloh tersebut di atas adalah, penyembahan yang dilakukan oleh manusia kepada Tuhannya secara totalitas, yaitu manusia secara utuh/keseluruhan (kaaffah). Dimana manusia yang sempurna ialah terdiri dari tiga unsur, yaitu; unsur jasad, unsur ruh, dan unsur rasa, maka dalam menyembah (ibadah) kepada Alloh haruslah disertai dengan ketiga unsur tersebut.

Sebagaimana sabda Rosullulloh Saw.,"Assyari'atu aqwali, wathoriqotu af'ali, wal hakikatu ahwali, wal ma'rifatu ro'sul maali". Yang artinya, "Syari'at itu perkataanku, thoriqoh itu perbuatanku, hakikat itu keadaanku, dan ma'rifat itulah modal yang utama". Berdasarkan hadist tersebut diatas maka ibadah kepada Alloh dapatlah dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
  1. Ibadah Jasad, yaitu ibadah yang dilakukan oleh jasad secara fisik. Pelaksaannya sesuai dengan syarat dan rukun yang sudah ditetapkan oleh aturan dalam hukum dan fiqih Islam berdasarkan petunjuk Rosullulloh Saw. Ibadah ini dinamakan Ibadah Syari'at.
  2. Ibadah Ruh, yaitu ibadah yang dilakukan oleh ruh atau ibadah Hati (Qolbu). Ibadah ruh ini dilakukan oleh para Ahli Thoriqoh sebagai kesempurnaan daripada Ibadah Syari'at. Contoh, tafakur atau tawajuh, yaitu berdiam diri dengan berusaha mematikan seluruh aktifitas jasad dan panca indra, menahan/mengatur nafas, dan menghadirkan hati untuk selalu mengingat Alloh Swt. Ibadah ini disebut Ibadah Thoriqoh/Tarekat.
  3. Ibadah Rasa, yaitu ibadah yang dilakukan dengan merasakan kehadiran Alloh dalam setiap ia melakukan Ibadah Syari'at dan Ibadah Thoriqoh. Sebagaimana sabda Rosullulloh Saw., ketika beliau sedang bersama dengan para Sahabat, seseorang mendatangi beliau dan berkata, "........ qola mal ihsaanu? apakah Ikhsan itu? Beliau bersabda, "Qolal ihsaanu anta'budalloha ka-annaka taroohu fainnahu yarooka". Yang artinya, "Ikhsan itu beribadahlah engkau kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihat engkau". Ibadah ini dinamakan Ibadah Hakikat/Tasawuf.
Adanya pembagian dalam hal ibadah tersebut bukanlah dimaksudkan adanya pemisahan atau ibadah tersebut berdiri sendiri-sendiri, namun ketiga bagian ibadah tersebut adalah merupakan satu kesatuan yang utuh dikala manusia melakukan penyembahan kepada Alloh Swt. Sebagai contoh, misalnya tiga tingkatan ibadah Puasa di bulan suci Romadhon.

Tiga Tingkatan Orang Berpuasa
  1. Puasa orang Awam, yaitu puasanya orang-orang pada umumnya, yakni tidak makan dan tidak minum serta tidak bersetubuh di siang hari. Dalam ibadah kategori ini, bisa jadi orang tersebut jasadnya berpuasa, namun disisi lain ia tidak melaksanakan kewajiban-kewajiabn ibadah lainnya, seperti ibadah sholat misalnya, atau ia tidak menjaga seluruh panca indranya. Terhadap puasa kategori ini, bisa jadi puasanya tidak batal, akan tetapi ia tidak mendapat pahala dari puasanya. Sebagaimana sabda Rosullulloh Saw., "Kam min shoo imin laisa lahuu min shiam mihii, illaal juu'u wal 'athsyu". Yang artinya, "Betapa banyak orang-orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan haus".
  2. Puasa orang Khusus, yaitu puasa orang-orang yang bukan hanya tidak makan dan minum serta tidak bersetubuh di siang hari, akan tetapi ia juga menjaga seluruh panca inderanya. Menjaga mata, telinga, mulut, dan anggota tubuh lainnya dari hal-hal yang diharamkan. Selain berpuasa ia juga melaksanakan ibadah-ibadah lainnya, baik yang wajib maupun yang sunnah. Misalnya; sholat fardhu, rawatib, tarowih, tadarus, dzikir, banyak berdoa, sedaqoh, sholat malam, dan ibadah-ibadah sunnah lainnya.
  3. Puasa Khusus orang yang Khusus, yaitu puasanya orang yang selain ia tidak makan dan tidak minum serta tidak bersetubuh di siang hari, juga menjaga panca indra serta anggota tubuh untuk senantiasa taat kepada Alloh Swt., dan memperbanyak ibadah-ibadah lainnya, ia juga menjaga dirinya dari keinginan-keinginan duniawi yang dapat memalingkan hatinya untuk mengingat kepada Alloh Swt. Ibadah puasa tingkatan orang semacam ini, ibadahnya sudah sangat ikhlas, dan ibadahnya bukan hanya semata-mata untuk dirinya, akan tetapi untuk rahmat sekalian alam.
Dari uraian singkat tersebut di atas dapatlah kita tarik kesimpulan bahwa dalam beribadah kepada Alloh Swt. haruslah totalitas (kaaffah). Tidak hanya sebatas kesanggupan jasad beserta ilmu yang ada di kepala, akan tetapi juga harus dihayati sampai tembus ke dasar lubuk hati yang paling dalam. Sehingga dengan demikian kita dapat beribadah menyembah Alloh Swt. tembus sampai kepada Rasa yang menghantarkan kita kepada pemahaman Hakikat Ibadah kepada Alloh Swt. Tuhan Semesta Alam. 

Maka baginyalah Alloh Swt. berseru dalam Firmannya, "Yaa ayyatuhannafsul muth mainnah, irji'ii ilaa robbika roodhyatan mardhiyyah, fadkhulii fii 'ibaadii, wad khulii jannatii". Yang artinya, "Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi di Ridhoi-Nya, maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam Syugra-Ku".

Wallaahu'alam Bishshowab.

Tafakur Pecinta Kesucian Jiwa
03 Romadhon 1435 H / 01 Juli 2014

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. UNTAIAN MUTIARA TQN SURYALAYA - SIRNARASA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger