Latest Post

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Kamis, 25 Juni 2020 | 13.51

HIKMAH MALAM KE-30 🌹
DISINI SENANG DISANA SENANG

Assalamu'alaikum wrwb
Sahabat, orang bahagia itu di sini senang, di sana senang, dimana-mana hatiku senang.
Mengapa senang?
Karena hati telah diliputi oleh rasa syukur tak terhingga atas segala pemberian dari Alloh Yang Maha Pemberi (Al Wahhaab). Syukur tak terhingga, karena sesungguhnya Alloh telah banyak memberikan nikmat-Nya hingga tak terhingga, maka sepantasnya lah rasa syukur kita pun tak terhingga.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَاٰ تٰٮكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَاَ لْـتُمُوْهُ ۗ وَاِ نْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗ اِنَّ الْاِ نْسَا نَ لَـظَلُوْمٌ كَفَّا رٌ
wa aataakum ming kulli maa sa`altumuuh, wa ing ta'udduu ni'matallohi laa tuhshuuhaa, innal-ingsaana lazholuumung kaffaar

"Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)."
(QS. Ibrahim 14: Ayat 34)

Sahabat,
Rumusnya sederhana dan mudah, sebab Alloh Yang Maha Mempermudah (الباسط) memang ingin mempermudah hamba-Nya, yaitu dengan mensyukuri nikmat-Nya yang telah diberikan, maka Alloh akan menambah nikmat itu kepada kita.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَاِ ذْ تَاَ ذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَ زِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَا بِيْ لَشَدِيْدٌ
wa iz ta`azzana robbukum la`ing syakartum la`aziidannakum wa la`ing kafartum inna 'azaabii lasyadiid

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."
(QS. Ibrahim 14: Ayat 7)

Dengan bersyukur, kita akan bahagia, semakin banyak syukur, maka semakin banyak kita bahagia (dimana-mana bahagia).
Apa tanda orang yang bahagia?
Yaitu, orang yang banyak berdzikir kepada Alloh Subhanahu wa Ta'alaa. Tanda syukur itu ialah ingat kepada yang memberikan nikmat.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَا ذْكُرُوْنِيْۤ اَذْكُرْكُمْ وَا شْکُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ
fazkuruuniii azkurkum wasykuruu lii wa laa takfuruun

"Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 152).

Sahabat,
Dzikir itu nikmat, lezat dan manis, kalau dzikir telah meresap ke dalam jiwa maka jiwa akan khusu' dan dumu (bercucuran air mata), membakar segala kecelaan hati dan rasa, dan tenggelam dalam kenikmatan, itulah tanda al fath (Alloh membuka hatimu).

وأصل الذكر التلذذ والحلاوة
"Prinsip dzikir adalah kelezatan dan kenikmatan"

Demikianlah, dengan berdzikir hati menjadi tenteram dan damai. Bila seseorang telah asyik berdzikir, ia akan dapat melihat segala perkara ajaib, aneh, asing dan segala rahasia-rahasia yang besar dan kualitas yang agung. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
allaziina aamanuu wa tathma`innu quluubuhum bizikrillaah, alaa bizikrillaahi tathma`innul-quluub

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
(QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 28).

Sahabat,
Jika hati sudah tenteram, maka ia akan diliputi dengan ketenangan, jiwanya yang penuh dengan kedamaian, hati menjadi luas (kejembaran rahmaniyah). Lalu Alloh menyeru kepada jiwa yang tenang untuk masuk ke dalam surga-Nya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰۤاَ يَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ۖ
yaaa ayyatuhan-nafsul-muthma`innah
"Wahai jiwa yang tenang!"

ارْجِعِيْۤ اِلٰى رَبِّكِ رَا ضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ
irji'iii ilaa robbiki roodhiyatam mardhiyyah
"Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya."

فَا دْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِى ۙ
fadkhulii fii 'ibaadii
"Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,"

وَا دْخُلِيْ جَنَّتِى
wadkhulii jannatii
"dan masuklah ke dalam surga-Ku."
(QS. Al-Fajr 89: Ayat 30).

Sahabat,
Bahagia itu adalah Surga, maka berbahagialah kita telah masuk surga.

Wallohu'alam bishshowab.

Tafakur Pecinta Kesucian Jiwa 🌹
Mahmud J. Al Maghribaen
Petani Pohon Anti Gempa 108
TQN Ma'had Suryalaya

HIKMAH MALAM KE-29

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Rabu, 24 Juni 2020 | 13.53

HIKMAH MALAM KE-29 🌹
JALAN INI TELAH DIRIDHOI ALLOH

Assalamu'alaikum wrwb
Sahabat, Islam berasal dari kata 'salaam' artinya; selamat/keselamatan. Jadi orang yang masuk ke dalam Islam itu adalah orang yang selamat. Hanya orang yang beriman yang diperintahkan oleh Alloh untuk masuk ke dalam Islam.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ کَاۤ فَّةً ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
yaaa ayyuhallaziina aamanudkhuluu fis-silmi kaaaffataw wa laa tattabi'uu khuthuwaatisy-syaithoon, innahuu lakum 'aduwwum mubiin

"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 208).

Islam sebagai agama, telah diridhoi oleh Alloh Subhanahu wa Ta'alaa :

 اَ لْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَـكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَ تْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَـكُمُ الْاِ سْلَا مَ دِيْنًا ۗ فَمَنِ اضْطُرَّ فِيْ مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَا نِفٍ لِّاِثْمٍ ۙ فَاِ نَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ‏
al-yauma ya`isallaziina kafaruu ming diinikum fa laa takhsyauhum wakhsyauun, al-yauma akmaltu lakum diinakum wa atmamtu 'alaikum ni'matii wa rodhiitu lakumul-islaama diinaa

"Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu".
(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 3).

Sahabat,
Seyogyanya, seorang muslim itu adalah orang yang telah selamat dan dalam keridhoan Alloh Subhanahubwa Ta'alaa. Tentu itu didapat kalau pemeluknya konsisten dengan ajaran Islam, yang meliputi; iman, islam, ihsan. Seorang muslim yang sejati ialah orang yang memahami ajaran agama Islam secara keseluruhan lalu ia mengamalkannya dalam kehidupannya sehari-hari secara istiqomah.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَّاَنْ لَّوِ اسْتَقَا مُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَاَ سْقَيْنٰهُمْ مَّآءً غَدَقًا
wa al lawistaqoomuu 'alath-thoriiqoti la`asqoinaahum maaa`an ghodaqoo

"Dan sekiranya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan iti (Ath Thoriiqoh/agama Islam), niscaya Kami akan mencurahkan kepada mereka air yang cukup."
(QS. Al-Jinn 72: Ayat 16).

Sahabat,
Kalau kita istiqomah dengan ajaran Islam maka kita akan mendapatkan Ridho Alloh Subhanahu wa Ta'alaa. Itulah maknanya ketika kita menyebut nama seorang sahabat Nabi, seraya mendo'akannya dengan kalimat 'rodhiyallohu 'anhu' (semoga Alloh meridhoinya). Sebenarnya, tidak hanya sahabat yang berhak kita do'akan dengan kalimat 'rodhiyallohu 'anhu', tapi termasuk pula tabi'in, auliya, dan masyaayikh.

Sebagaimana keterangan Syaikh Nawawi al Bantani, r.a. :

وفي حق الصحابة والتابعين والأولياء والمشايج بالترضي وفي حق غيرهم يكفي أي دعاء كان انتهي

" (Tetapi lafal yang sesuai dan layak) untuk para sahabat, tabi'in, wali, dan masyayikh adalah lafal tarodhdhi, dan untuk selain mereka sudah cukup,yaitu do'a sebagai adanya".

Sahabat,
Siapa orang-orang yang telah menggenggam Ridho Alloh?
Ialah orang-orang yang telah berjanji setia (bay'at) dengan menjual dirinya kepada Alloh dan Rosul-Nya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

لَـقَدْ رَضِيَ اللّٰهُ عَنِ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ يُبَايِعُوْنَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ فَاَ نْزَلَ السَّكِيْنَةَ عَلَيْهِمْ وَاَ ثَا بَهُمْ فَتْحًا قَرِيْبًا ۙ
laqod rodhiyallohu 'anil-mu`miniina iz yubaayi'uunaka tahtasy-syajaroti fa 'alima maa fii quluubihim fa angzalas-sakiinata 'alaihim wa asaabahum fat-hang qoriibaa

"Sungguh, Allah telah meridai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat,"
(QS. Al-Fath 48: Ayat 18).

Huruf ك pada kalimah يبايعونك dalam ayat tersebut adalah bentuk kalimah fi'il mudhori' yang berarti telah, sekarang dan akan datang. Maka makna ك tersebut, dahulu bay'at sahabat kepada Nabi Muhammad Sholallohu 'alaihi wa Sallam, namun kalau dalam kontek sekarang, makna ك itu, bay'at kepada 'Ulama yang mendapat petunjuk sebagai penerus Nabi, yaitu 'Ulama yang Mursyid.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

 مَنْ يَّهْدِ اللّٰهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ ۚ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ وَلِيًّا مُّرْشِدًا
may yahdillaahu fa huwal-muhtadi wa may yudhlil fa lang tajida lahuu waliyyam mursyidaa

"Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang penolong yang dapat memberi petunjuk kepadanya (Mursyid)."
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 17).

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ يُبَايِعُوْنَكَ اِنَّمَا يُبَايِعُوْنَ اللّٰهَ ۗ يَدُ اللّٰهِ فَوْقَ اَيْدِيْهِمْ ۚ فَمَنْ نَّكَثَ فَاِ نَّمَا يَنْكُثُ عَلٰى نَفْسِهٖ ۚ وَمَنْ اَوْفٰى بِمَا عٰهَدَ عَلَيْهُ اللّٰهَ فَسَيُؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيْمًا
innallaziina yubaayi'uunaka innamaa yubaayi'uunalloh, yadullohi fauqo aidiihim, fa man nakasa fa innamaa yangkusu 'alaa nafsih, wa man aufaa bimaa 'aahada 'alaihulloha fa sayu`tiihi ajron 'azhiimaa

"Bahwa orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad), sesungguhnya mereka hanya berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan-tangan mereka, maka barang siapa melanggar janji, maka sesungguhnya dia melanggar atas (janji) sendiri; dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah, maka Dia akan memberinya pahala yang besar."
(QS. Al-Fath 48: Ayat 10).

Sahabat,
Pada bulan Dzulkaedah tahun keenam Hijriyyah Nabi Muhammad SAW beserta pengikut-pengikutnya hendak mengunjungi Mekkah untuk melakukan umrah dan melihat keluarga-keluarga mereka yang telah lama ditinggalkan. Sesampai di Hudaibiyah beliau berhenti dan mengutus Utsman bin Affan lebih dahulu ke Mekah untuk menyampaikan maksud kedatangan beliau dan kamu muslimin.

Mereka menanti-nanti kembalinya Utsman, tetapi tidak juga datang karena Utsman ditahan oleh kaum musyrikin, kemudian tersiar lagi kabar bahwa Utsman telah dibunuh. Karena itu Nabi menganjurkan agar kamu muslimin melakukan bay'ah (janji setia) kepada beliau.

Mereka pun mengadakan janji setia kepada Nabi dan mereka akan memerangi kaum Quraisy bersama Nabi sampai kemenangan tercapai. Perjanjian setia ini telah diridhai Allah sebagaimana tersebut dalam ayat 18 surat ini, karena itu disebut Baiatur Ridwan. Baiatur Ridwan ini menggetarkan kaum musyrikin, sehingga mereka melepaskan Utsman dan mengirim utusan untuk mengadakan perjanjian damai dengan kaum muslimin. Perjanjian ini terkenal dengan Shulhul Hudaibiyah.

Sahabat,
Orang yang berjanji setia biasanya berjabatan tangan. Caranya berjanji setia dengan Rasul ialah meletakkan tangan Rasul di atas tangan orang yang berjanji itu. Jadi maksud tangan Allah di atas mereka ialah untuk menyatakan bahwa berjanji dengan Rasulullah sama dengan berjanji dengan Allah. Jadi seakan-akan Allah di atas tangan orang-orang yang berjanji itu. Hendaklah diperhatikan bahwa Allah Maha Suci dari segala sifat-sifat yang menyerupai makhluknya.

Dengan bay'at itu maka Alloh telah ridho kepada mereka, dan itu adalah sebuah keberuntungan yang besar.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

 فَا سْتَـبْشِرُوْا بِبَيْعِكُمُ الَّذِيْ بَايَعْتُمْ بِهٖ ۗ وَذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ
fastabsyiruu bibai'ikumullazii baaya'tum bih, wa zaalika huwal-fauzul-'azhiim

"Maka bergembiralah dengan jual-beli (bay'at) yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung."
(QS. At-Taubah 9: Ayat 111).

Dari Abdullah bin Umar r.a., bahwa asulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ لَقِيَ اللَّهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا حُجَّةَ لَهُ وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِي عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً
“Barangsiapa melepas tangannya (baiatnya) dalam mentaati pemimpin, ia akan bertemu dengan Allah di hari kiamat dengan tanpa memiliki hujjah, dan barangsiapa meninggal dalam keadaan tiada baiat di pundaknya maka matinya seperti mati jahiliyah.” (HR. Muslim).

Tafakur Pecinta Kesucian Jiwa🌹
25-Juni-2020
Mahmud J. Al Maghribaen
Petani Pohon Anti Gempa 108
TQN Ma'had Suryalaya

HIKMAH MALAM KE-28

HIKMAH MALAM KE-28
DUNIA TERLAKNAT KECUALI DZIKIR 🌹

Assalamu'alaikum wrwb
Sahabat yang budiman,
Manusia, sebagai makhluk sosial ia tak lepas dari keterkaitan dengan makhluk lainnya. Dalam kehidupannya sehari-hari, ia berinteraksi dengan alam; matanya, pendengarannya, hatinya, semunya terlibat dengan segala sesuatu (kullu syai-in) ciptaan-Nya.

Sahabat,
Segala sesuatu itu meliputi seluruh makhluk dan amal perbuatan. Segala sesuatu itu, ada yang baik, ada yang wilayah abu-abu, ada juga yang sudah jelas keburukannya.

Nah bagaimana sikap kita saat berinteraksi dengan segala sesuatu tersebut agar kita tidak menjadi manusia yang sia-sia atau bahkan manusia yang celaka? Tentu kita harus memiliki pengetahuan tentang hal yang buruk dan hal yang baik untuk kita lakukan, agar kita yang dapat mengendalikan segala sesuatu itu, bukan sebaliknya.
Bagaimana cara mengendalikannya?, ialah dengan cara kita selalu ingat kepada pencipta-Nya, Al Kholiq.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :

الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ، مَلْعُونٌ مَا فِيهَا، إِلَّا ذِكْرَ اللَّهِ، وَمَا وَالَاهُ، أَوْ عَالِمًا، أَوْ مُتَعَلِّمًا
“Dunia terlaknat dan terlaknat pula apa yang ada di dalamnya kecuali dzikir kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya, atau orang alim, atau pelajar.” (HR. Ibnu Majah).

Sahabat,
Ternyata, dunia dan seisinya itu semuanya dilaknat, kecuali; dzikrulloh, orang yang berilmu, dan orang yang menuntut ilmu.
Jadi segala aktivitas kita; apa yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dicium oleh hidung, yang masuk dan dikeluar dari mulut, perbuatan tangan, badan, faraj, dan kaki semuanya itu terlaknat. Kecuali semua aktivitas jasad itu ada ingatannya kepada Alloh Subhanahu wa Ta'alaa.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلَـقَدْ ذَرَأْنَا لِجَـهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَا لْاِ نْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَا ۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَا ۖ وَلَهُمْ اٰذَا نٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَا ۗ اُولٰٓئِكَ كَا لْاَ نْعَا مِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰٓئِكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ
wa laqod zaro`naa lijahannama kasiirom minal-jinni wal-ingsi lahum quluubul laa yafqohuuna bihaa wa lahum a'yunul laa yubshiruuna bihaa wa lahum aazaanul laa yasma'uuna bihaa, ulaaa`ika kal-an'aami bal hum adholl, ulaaa`ika humul-ghoofiluun

"Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 179).

Sahabat yang budiman,
Lalu, bagaimana cara agar kita selalu ingat kepada Alloh dalam segala aktivitas kita?

Caranya adalah dengan Talqin Dzikir, yaitu belajar dzikir kepada Ahlinya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَمَاۤ اَرْسَلْنَا قَبْلَكَ اِلَّا رِجَا لًا نُّوْحِيْۤ اِلَيْهِمْ فَسْــئَلُوْۤا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
wa maaa arsalnaa qoblaka illaa rijaalan nuuhiii ilaihim fas`aluuu ahlaz-zikri ing kungtum laa ta'lamuun

"Dan Kami tidak mengutus (rasul-rasul) sebelum engkau (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah kepada Ahli Dzikir (orang yang berilmu), jika kamu tidak mengetahui."
(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 7).

Dalam ayat di atas, disebutkan secara sharih (terang, jelas) mengenai siapakah ahli dzikir itu, ialah orang-orang yang berilmu. Pertanyaan selanjutnya, lalu siapakah orang-orang berilmu itu?

Orang berilmu itu adalah para wali dan para ulama yang dalam hatinya terdapat rasa takut (khasyyah) kepada Allah SWT.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَمِنَ النَّا سِ وَا لدَّوَآ بِّ وَا لْاَ نْعَا مِ مُخْتَلِفٌ اَ لْوَا نُهٗ كَذٰلِكَ ۗ اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَا دِهِ الْعُلَمٰٓ ؤُا ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ
wa minan-naasi wad-dawaaabbi wal-an'aami mukhtalifun alwaanuhuu kazaalik, innamaa yakhsyalloha min 'ibaadihil-'ulamaaa`, innalloha 'aziizun ghofuur

"Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun."
(QS. Fatir 35: Ayat 28).

Sahabat,
Untuk bisa selalu ingat kepada Alloh yang Maha Menciptakan di setiap keadaan itu, caranya dengan Dzikir Khofi atau dzikir yang samar, dzikir yang tidak terdengar namun bisa dirasakan. Hanya ingat hati kepada Alloh, karena hanya ingat maka dimana pun kapan pun kita bisa berdzikir kepada Alloh. Ingatan itu tidak terhalang oleh segala sesuatu, dimana hati ingat maka hati langsung sampai kepada yang diingat.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَا ذْكُرْ رَّبَّكَ فِيْ نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَّخِيْفَةً وَّدُوْنَ الْجَـهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِا لْغُدُوِّ وَا لْاٰ صَا لِ وَلَا تَكُنْ مِّنَ الْغٰفِلِيْنَ
wazkur robbaka fii nafsika tadhorru'aw wa khiifataw wa duunal-jahri minal-qouli bil-ghuduwwi wal-aashooli wa laa takum minal-ghoofiliin

"Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 205).

Sahabat,
Kalau hati sudah diliputi dengan rasa ingat kepada Alloh, maka apa yang dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga menjadi halal, tangan berbuat baik, kaki melangkah ke arah kebaikan.

Dalam hadits Qudsi Alloh Subhanahu wa Ta'alaa berfirman :

فَبِي يَسْمَعُ وَبِي يُبْصِرُ وَبِي يَبْطِشُ وَبِي يَمْشِي
"Dengan-Ku dia mendengar, dengan-Ku dia melihat, dengan-Ku dia memukul, dan dengan-Ku dia berjalan".

Demikianlah bila hati sudah menjadi raja bagi seluruh anggota tubuh maka tubuh akan mematuhi apa yang ada di hatinya.

Rosululloh Sholallohu 'alaihi wa sallam :

  ألا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله، وإذا فسدت فسد الجسد كله، ألا وهي القلب
[ رواه البخاري ومسلم]
Alaa wa inna fil jasaadi mudhghoh. Idzaa sholuhat, sholuha jasadu kulluhu, wa idza fasadat, fasada jasadu kulluhu. Alaa wahiyal qolbu
"Dan ketahuilah sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, baiklah seluruh jasad dan jika ia rusak, rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah qolbu". [HR. Bukhari dan Muslim].

Tafakur Pecinta Kesucian Jiwa 🌹
23-06-2020
Mahmud J. Al Maghribaen
Petani Pohon Anti Gempa 108
TQN Ma'had Suryalaya

HIKMAH MALAM KE-27

HIKMAH MALAM KE-27
KUSIMPAN NAMAMU DI LUBUK HATIKU🌹

Assalamu'alaikum wrwb,
Sahabat yang budiman,
Alhamdulillaah, kita jumpa lagi malam ini, semoga malam-malam kita selalu penuh dengan cinta.

Para Pujangga membuat ungkapan kata yang, "Kan Kusimpan Nama-Mu di Relung Hati Terdalam". Sebuah ungkapan rasa cinta yang mendalam tentunya.

Sahabat,
Terkadang memang kita harus belajar dari para pujangga, karena mereka merefleksikan rasanya kedalam ungkapan-ungkapan yang indah untuk memgambarkan suasana hatinya yang sedang jatuh cinta.

Namun mesti begitu, cinta kepada makhluk itu terkadang banyak membuat kita kecewa dengan segala kekurangan yang ada padanya.

Sahabat,
Dengan kenyataan tersebut, kemudian kita bertanya, apakah ada cinta yang abadi itu? Apakah benar cinta suci itu kita peruntukkan kepada makhluk-Nya?

Mari kita simak sebuah hadits Qudsi yang berbunyi :

بنيت في جوف إبن أدم قصرا وفي القصر صدرا
وفي الصدر قلبا وفي القلب فؤادا وفي الفؤاد شغافا وفي الشغا فيلبا وفي اللب سرا وفي السر أنا

"(Firman Alloh), Aku jadikan pada anak Adam (manusia) itu ada istana, di situ ada dada, di dalam dada itu ada Qolbu (tempat bolak-balik ingatan), di dalamnya lagi fu’ad (jujur ingatannya), di dalamnya lagi ada syagaf (kerinduan), juga di dalamnya ada lubbun (merasa terlalu rindu), dan di dalamnya ada sirrun (mesra), di dalamnya itulah Aku".

Uraian di atas telah memberi gambaran jelas kepada kita bahwa ternyata lubuk hati yang terdalam itu adalah Sirri, di lapisan terdalam dari hati inilah tempat atau alat untuk melihat Alloh, yaitu tempat untuk mengenal Alloh (ma'rifat).

Pendapat di atas pada dasarnya sama dengan pendapat Al Qusyairi. Menurutnya, ada tiga alat dalam tubuh manusia yang dipergunakan Sufi dalam hubungannya dengan Alloh. Ketiga alat itu . ialah; qolb (kalbu) yang berfungsi untuk mengetahui sifat-sifat Alloh; ruh berfungsi untuk mencintai Alloh; dan sirr berfungsi untuk melihat Alloh.

Sirr bertempat di Ruh, dan ruh itu bertempat di Qolb. Sirr itu timbul dan dapat menerima Iluminasi dari Alloh. Kalau Qolb dan Ruh telah suci sesuci-sucinya dan kosong sekosong-kosongnya, dan tidak berisi apapun, ketika itulah Alloh menurunkan cahaya-Nya kepada Sufi kemudian yang dilihat oleh Sufi itu pun hanyalah Alloh, tidak ada yang lain,  jika ia di hatinya hanya ada Alloh maka sampailah ia ke tingkat Ma’rifatulloh (memgenal Alloh).

Sahabat yang budiman,
Ternyata Lubuk hati yang terdalam itu sejatinya hanyalah pantas dimiliki oleh Alloh Subhanahubwa Ta'alaa. Hanya Nama Alloh yang pantas diukir di dalamnya bukan nama makhluk-Nya.

Wahai sahabat,
Janganlah engkau mencintai makhluk, sebab cinta kepada makhluk akan banyak kekecewaan yang kita dapat. Tidak ada makhluk yang sempurna sesuai dengan harapan kita. Jadikanlah cinta kita kepada makhluk itu sebagai sarana kita untuk mencintai Alloh, maka Alloh akan menyinari hati kita dengan Cahaya-Nya Yang Maha Suci, sehingga hati kita akan diliputi dengan kerinduan yang hakiki. Sebagaimana sebuah hadits :

لقد طالشوق الأبرار إلي لقا ئي وأنا إلي لقائهم أشد‌شوقا
"Sungguh kerinduan orang-orang yang berkalbu baik telah lama tumbuh untuk berjumpa dengan-Ku. Dan, Aku pun sangat rindu untuk bersua dengan mereka". (Ihya 'Ulumuddin).

Sahabat,
Itulah sesungguhnya cinta yang sejati, hanya Nama-Nya, tak ada yang lain, sebagaimana ungkapan Al Junaid, "Cangkir Teh tak akan mampu menampung semua air di laut". Untuk itu maka luaskanlah dan hiasilah hatimu dengan Kejembaran Rahmaniyah.

Untaian Mutiara 🌹
Jangan benci kepada Ulama yang sezaman
Jangan menyalahkan ajaran orang lain
Jangan memeriksa murid orang lain
Jangan merubah sikap meskipun disakiti oleh orang lain
Harus menyayangi orang yang membencimu

Sahabat,
Ukirlah Nama-Nya di Hatimu :

اَلْمُحِيْطُ اَلرَّبُّ اَلشَّهِيْدُ اَلْحَسِيْبُ اَلْفَعَّالُ اَلْـخَلَّاقُ اَلْـخَالِقُ اَلْبَارِئُ اَلْمُصَوِّرُ
Al Muhiithu Ar Robbu Asy Syahiidu Al HasibuAl Fa'aalu Al Khollaaqu Al Khooliqu Al Baari'u Al Mushowwiru

Pecinta Kesucian Jiwa🌹
Mahmud J. Al Maghribaen
Petani Pohon Anti Gempa
TQN Ma'had Suryalaya

HIKMAH MALAM KE-28

HIKMAH MALAM KE-28
DUNIA TERLAKNAT KECUALI DZIKIR 🌹

Assalamu'alaikum wrwb
Sahabat yang budiman,
Manusia, sebagai makhluk sosial ia tak lepas dari keterkaitan dengan makhluk lainnya. Dalam kehidupannya sehari-hari, ia berinteraksi dengan alam; matanya, pendengarannya, hatinya, semunya terlibat dengan segala sesuatu (kullu syai-in) ciptaan-Nya.

Sahabat,
Segala sesuatu itu meliputi seluruh makhluk dan amal perbuatan. Segala sesuatu itu, ada yang baik, ada yang wilayah abu-abu, ada juga yang sudah jelas keburukannya.

Nah bagaimana sikap kita saat berinteraksi dengan segala sesuatu tersebut agar kita tidak menjadi manusia yang sia-sia atau bahkan manusia yang celaka? Tentu kita harus memiliki pengetahuan tentang hal yang buruk dan hal yang baik untuk kita lakukan, agar kita yang dapat mengendalikan segala sesuatu itu, bukan sebaliknya.
Bagaimana cara mengendalikannya?, ialah dengan cara kita selalu ingat kepada pencipta-Nya, Al Kholiq.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :

الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ، مَلْعُونٌ مَا فِيهَا، إِلَّا ذِكْرَ اللَّهِ، وَمَا وَالَاهُ، أَوْ عَالِمًا، أَوْ مُتَعَلِّمًا
“Dunia terlaknat dan terlaknat pula apa yang ada di dalamnya kecuali dzikir kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya, atau orang alim, atau pelajar.” (HR. Ibnu Majah).

Sahabat,
Ternyata, dunia dan seisinya itu semuanya dilaknat, kecuali; dzikrulloh, orang yang berilmu, dan orang yang menuntut ilmu.
Jadi segala aktivitas kita; apa yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dicium oleh hidung, yang masuk dan dikeluar dari mulut, perbuatan tangan, badan, faraj, dan kaki semuanya itu terlaknat. Kecuali semua aktivitas jasad itu ada ingatannya kepada Alloh Subhanahu wa Ta'alaa.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلَـقَدْ ذَرَأْنَا لِجَـهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَا لْاِ نْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَا ۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَا ۖ وَلَهُمْ اٰذَا نٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَا ۗ اُولٰٓئِكَ كَا لْاَ نْعَا مِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰٓئِكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ
wa laqod zaro`naa lijahannama kasiirom minal-jinni wal-ingsi lahum quluubul laa yafqohuuna bihaa wa lahum a'yunul laa yubshiruuna bihaa wa lahum aazaanul laa yasma'uuna bihaa, ulaaa`ika kal-an'aami bal hum adholl, ulaaa`ika humul-ghoofiluun

"Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 179).

Sahabat yang budiman,
Lalu, bagaimana cara agar kita selalu ingat kepada Alloh dalam segala aktivitas kita?

Caranya adalah dengan Talqin Dzikir, yaitu belajar dzikir kepada Ahlinya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَمَاۤ اَرْسَلْنَا قَبْلَكَ اِلَّا رِجَا لًا نُّوْحِيْۤ اِلَيْهِمْ فَسْــئَلُوْۤا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
wa maaa arsalnaa qoblaka illaa rijaalan nuuhiii ilaihim fas`aluuu ahlaz-zikri ing kungtum laa ta'lamuun

"Dan Kami tidak mengutus (rasul-rasul) sebelum engkau (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah kepada Ahli Dzikir (orang yang berilmu), jika kamu tidak mengetahui."
(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 7).

Dalam ayat di atas, disebutkan secara sharih (terang, jelas) mengenai siapakah ahli dzikir itu, ialah orang-orang yang berilmu. Pertanyaan selanjutnya, lalu siapakah orang-orang berilmu itu?

Orang berilmu itu adalah para wali dan para ulama yang dalam hatinya terdapat rasa takut (khasyyah) kepada Allah SWT.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَمِنَ النَّا سِ وَا لدَّوَآ بِّ وَا لْاَ نْعَا مِ مُخْتَلِفٌ اَ لْوَا نُهٗ كَذٰلِكَ ۗ اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَا دِهِ الْعُلَمٰٓ ؤُا ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ
wa minan-naasi wad-dawaaabbi wal-an'aami mukhtalifun alwaanuhuu kazaalik, innamaa yakhsyalloha min 'ibaadihil-'ulamaaa`, innalloha 'aziizun ghofuur

"Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun."
(QS. Fatir 35: Ayat 28).

Sahabat,
Untuk bisa selalu ingat kepada Alloh yang Maha Menciptakan di setiap keadaan itu, caranya dengan Dzikir Khofi atau dzikir yang samar, dzikir yang tidak terdengar namun bisa dirasakan. Hanya ingat hati kepada Alloh, karena hanya ingat maka dimana pun kapan pun kita bisa berdzikir kepada Alloh. Ingatan itu tidak terhalang oleh segala sesuatu, dimana hati ingat maka hati langsung sampai kepada yang diingat.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَا ذْكُرْ رَّبَّكَ فِيْ نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَّخِيْفَةً وَّدُوْنَ الْجَـهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِا لْغُدُوِّ وَا لْاٰ صَا لِ وَلَا تَكُنْ مِّنَ الْغٰفِلِيْنَ
wazkur robbaka fii nafsika tadhorru'aw wa khiifataw wa duunal-jahri minal-qouli bil-ghuduwwi wal-aashooli wa laa takum minal-ghoofiliin

"Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 205).

Sahabat,
Kalau hati sudah diliputi dengan rasa ingat kepada Alloh, maka apa yang dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga menjadi halal, tangan berbuat baik, kaki melangkah ke arah kebaikan.

Dalam hadits Qudsi Alloh Subhanahu wa Ta'alaa berfirman :

فَبِي يَسْمَعُ وَبِي يُبْصِرُ وَبِي يَبْطِشُ وَبِي يَمْشِي
"Dengan-Ku dia mendengar, dengan-Ku dia melihat, dengan-Ku dia memukul, dan dengan-Ku dia berjalan".

Demikianlah bila hati sudah menjadi raja bagi seluruh anggota tubuh maka tubuh akan mematuhi apa yang ada di hatinya.

Rosululloh Sholallohu 'alaihi wa sallam :

  ألا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله، وإذا فسدت فسد الجسد كله، ألا وهي القلب
[ رواه البخاري ومسلم]
Alaa wa inna fil jasaadi mudhghoh. Idzaa sholuhat, sholuha jasadu kulluhu, wa idza fasadat, fasada jasadu kulluhu. Alaa wahiyal qolbu
"Dan ketahuilah sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, baiklah seluruh jasad dan jika ia rusak, rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah qolbu". [HR. Bukhari dan Muslim].

Tafakur Pecinta Kesucian Jiwa 🌹
23-06-2020
Mahmud J. Al Maghribaen
Petani Pohon Anti Gempa 108
TQN Ma'had Suryalaya

HIKMAH MALAM KE-26 22-06-2020

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Senin, 22 Juni 2020 | 02.57

HIKMAH MALAM KE-26
JADILAH SANG PENOLONG🌹
Assalamu'alaikum wrwb
Sahabat yang budiman,
Malam ini saya akan sampaikan tentang Syafaat. Secara bahasa (lughot), syafa'at akan kata dari syafa'a yasyfa'u syaf'an wa syafaa'atan yang berarti Perantaraan. Secara istilah, syafa'at berarti pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain yang mengharapkan pertolongannya; usaha dalam memberikan suatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan suatu mudharat bagi orang lain.
Siapa saja yang dapat memberikan pertolongan?
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِنْ تَتُوْبَاۤ اِلَى اللّٰهِ فَقَدْ صَغَتْ قُلُوْبُكُمَا ۚ وَاِ نْ تَظٰهَرَا عَلَيْهِ فَاِ نَّ اللّٰهَ هُوَ مَوْلٰٮهُ وَجِبْرِيْلُ وَصَا لِحُ الْمُؤْمِنِيْنَ ۚ وَا لْمَلٰٓئِكَةُ بَعْدَ ذٰلِكَ ظَهِيْرٌ
ing tatuubaaa ilallohi fa qod shoghot quluubukumaa, wa ing tazhooharoo 'alaihi fa innalloha huwa maulaahu wa jibriilu wa shoolihul-mu`miniin, wal-malaaa`ikatu ba'da zaalika zhohiir
"Jika kamu berdua bertobat kepada Allah, maka sungguh, hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebenaran); dan jika kamu berdua saling bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sungguh, Allah menjadi pelindungnya dan (juga) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain itu malaikat-malaikat adalah penolongnya."
(QS. At-Tahrim 66: Ayat 4)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
شَفَعَتِ الْمَلاَئِكَةُ وَشَفَعَ النَّبِيُّونَ وَشَفَعَ الْمُؤْمِنُونَ وَلَمْ يَبْقَ إِلاَّ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
“Malaikat memberikan syafaat, para nabi dan kaum mukminin memberi syafaat, tidak ada lagi kecuali Dzat Yang Paling Penyayang….” (Shahih Muslim).
Sahabat,
Berdasarkan dalil Quran dan Hadits tersebut, maka penolong itu adalah :
Pertama, pertolongan itu hanyalah milik Alloh Subhanahu wa Ta'ala.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
قُلْ لِّـلّٰـهِ الشَّفَا عَةُ جَمِيْعًا ۗ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ ۗ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
qul lillahisy-syafaa'atu jamii'aa, lahuu mulkus-samaawaati wal-ardh, summa ilaihi turja'uun
"Katakanlah, Pertolongan itu hanya milik Allah semuanya. Dia memiliki kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nya kamu dikembalikan."
(QS. Az-Zumar 39: Ayat 44).
Kedua, penolong itu adalah malaikat Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَكَمْ مِّنْ مَّلَكٍ فِى السَّمٰوٰتِ لَا تُغْنِيْ شَفَا عَتُهُمْ شَيْـئًــا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ اَنْ يَّأْذَنَ اللّٰهُ لِمَنْ يَّشَآءُ وَيَرْضٰى
wa kam mim malaking fis-samaawaati laa tughnii syafaa'atuhum syai`an illaa mim ba'di ay ya`zanallohu limay yasyaaa`u wa yardhoo
"Dan betapa banyak malaikat di langit, syafaat (pertolongan) mereka sedikit pun tidak berguna kecuali apabila Allah telah mengizinkan (dan hanya) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Dia ridai."
(QS. An-Najm 53: Ayat 26).
Ketiga, penolong itu adalah Rosululloh Sholallohu 'alaihi wa Sallam. Sebagaimana Sabda Rosululloh Sholallohu 'alaihi wa Sallam :
شفاعتِي لأَهْلِ الكَبَأئِرِ مِنْ أُمَّتِي
"Syafaatku untuk ummatku yang ahli dosa besar"(HR. Abu Dawud).
Keempat, penolong itu adalah orang beriman yang sholeh.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
مَنْ يَّشْفَعْ شَفَا عَةً حَسَنَةً يَّكُنْ لَّهٗ نَصِيْبٌ مِّنْهَا ۚ وَمَنْ يَّشْفَعْ شَفَا عَةً سَيِّئَةً يَّكُنْ لَّهٗ كِفْلٌ مِّنْهَا ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ مُّقِيْتًا
may yasyfa' syafaa'atan hasanatay yakul lahuu nashiibum min-haa, wa may yasyfa' syafaa'atang sayyi`atay yakul lahuu kiflum min-haa, wa kaanallohu 'alaa kulli syai`im muqiitaa
"Barang siapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang baik, niscaya dia akan memperoleh bagian dari (pahala)nya. Dan barang siapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang buruk, niscaya dia akan memikul bagian dari (dosa)nya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 85)
Contohnya syafa'at para mukmin yang saleh dan para ulama kepada pengikutnya, sebagaimana yang digambarkan dalam hadits berikut, “Sesungguhnya, setelah orang-orang mukmin terbebas dari neraka, demi Dzat yang menggenggam jiwaku, tidak ada seorang mukmin pun dari kalian yang paling kuat permohonannya kepada Allah pada hari Kiamat, tepatnya saat diperiksa oleh-Nya, kecuali saat mereka melihat saudara-saudaranya berada di dalam neraka. Mereka mengadu, ‘Ya Tuhan kami, mereka pernah berpuasa bersama kami. Mereka pernah shalat dan berhaji bersama kami.’ Disampaikanlah kepada mereka, ‘Keluarkanlah orang yang kalian kenali.’ Maka dihalangilah tubuh mereka dari neraka,” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Sahabat yang budiman,
Namun demikian, semua jenis syafa'at di atas diberikan setelah mendapat izin dari Allah subhanahu wata'ala.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَـيُّ الْقَيُّوْمُ ۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌ ۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَ رْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗۤ اِلَّا بِاِ ذْنِهٖ ۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضَ ۚ وَلَا يَــئُوْدُهٗ حِفْظُهُمَا ۚ وَ هُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
allohu laaa ilaaha illaa huw, al-hayyul-qoyyuum, laa ta`khuzuhuu sinatuw wa laa na`uum, lahuu maa fis-samaawaati wa maa fil-ardh, mang zallazii yasyfa'u 'ingdahuuu illaa bi`iznih, ya'lamu maa baina aidiihim wa maa kholfahum, wa laa yuhiithuuna bisyai`im min 'ilmihiii illaa bimaa syaaa`, wasi'a kursiyyuhus-samaawaati wal-ardh, wa laa ya`uuduhuu hifzhuhumaa, wa huwal-'aliyyul-'azhiim
"Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 255)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يَوْمَئِذٍ لَّا تَنْفَعُ الشَّفَا عَةُ اِلَّا مَنْ اَذِنَ لَـهُ الرَّحْمٰنُ وَرَضِيَ لَـهٗ قَوْلًا
yauma`izil laa tangfa'usy-syafaa'atu illaa man azina lahur-rohmaanu wa rodhiya lahuu qoulaa
"Pada hari itu tidak berguna syafaat (pertolongan), kecuali dari orang yang telah diberi izin oleh Tuhan Yang Maha Pengasih, dan Dia ridai perkataannya."
(QS. Ta-Ha 20: Ayat 109).
Sahabat,
Renungan bagi orang beriman yang sholeh, jadilah penolong umat, terutama kepada orang-orang terdekat yang kita sayangi.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَ هْلِيْكُمْ نَا رًا وَّقُوْدُهَا النَّا سُ وَا لْحِجَا رَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَا ظٌ شِدَا دٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَاۤ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
yaaa ayyuhallaziina aamanuu quuu angfusakum wa ahliikum naarow wa quuduhan-naasu wal-hijaarotu 'alaihaa malaaa`ikatun ghilaazhung syidaadul laa ya'shuunalloha maaa amarohum wa yaf'aluuna maa yu`maruun
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
(QS. At-Tahrim 66: Ayat 6).
Bergegaslah, karena waktu di dunia tidaklah lama, kita seharusnya memanfaatkan waktu kita untuk menolong diri kita dan keluarga, serta orang lain yang kita sayangi.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَجَآءَ مِنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَّسْعٰى قَا لَ يٰقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِيْنَ ۙ
wa jaaa`a min aqshol-madiinati rojuluy yas'aa qoola yaa qoumittabi'ul-mursaliin
"Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas dia berkata, Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu."
اتَّبِعُوْا مَنْ لَّا يَسْــئَلُكُمْ اَجْرًا وَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ
ittabi'uu mal laa yas`alukum ajrow wa hum muhtaduun
"Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk."
(QS. Ya-Sin 36: Ayat 20-21).
Sahabat,
Tuan Syaikh Abdul Qodir al Jailany Qs. telah berkata :
Syaikh berkata: "Aku bersumpah, demi kemuliaan Tuhanku. Tanganku atas murid-muridku seperti langit menutup bumi. Andaikan murid-muridku itu buruk, maka akulah yang baik. Dan aku bersumpah, demi Keagungan dan Kemuliaan Tuhanku, dua telapak kakiku tidak akan bergeser dihadapan Tuhan kecuali sudah mendapat keputusan bahwa aku bersama-sama muridku yang masuk surga".
Demikian pula hendaknya kita di tengah-tengah keluarga dan orang-orang kita sayangi. Andai mereka buruk, maka kita lah baik.
Ketahuilah, bahwa seorang Syekh seperti Nabi di tengah-tengah keluarganya.
Sahabat,
Syafaat itu sekarang ditentukannya, bukan nanti. Talqin Dzikir itu bukti syafa'at Alloh kepada manusia. Syeikh Mursyid itu sosok perwujudan syafa'at Alloh untuk manusia.
Alloh SWT berfirman :
لَّا يَمْلِكُونَ الشَّفٰعَةَ إِلَّا مَنِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمٰنِ عَهْدًا
" Mereka tidak berhak mendapat syafaat, ( pertolongan ) kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi ( Alloh ) Yang Maha Pengasih ."
( QS. Maryam /19 : Ayat 87 ).
Keterangan :
Perjanjian disisi ( Alloh ) Yang Maha Pengasih itu adalah perjanjian menerima talqin Laa ilaaha illalloh berdasarkan kitab Miftahul Falah Wa Misbahul Arwah karya Syeikh Ahmad ibnu Athoillah As-Sakandari.
Ketahuilah, syafa'at tidak diberikan kecuali kepada orang-orang yang bertauhid dan ikhlas; karena Abu Hurairah r.a. bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa yang paling bahagia mendapatkan syafaatmu?” Beliau menjawab, “Orang yang mengatakan, LAA ILAAHA ILLALLOH IKHLAS DARI DALAM HATINYA.
Wallohu 'alam bishshowab.
Tafakur Pecinta Kesucian Jiwa
22- Juni - 2020
Bik tabik,🌹
Mahmud J. Al Maghribaen
Petani Pohon Anti Gempa 108
TQN Ma'had Surayalaya

HIKMAH MALAM KE-25 21-06-2020

HIKMAH MALAM KE 25
TUJUAN TALQIN DAN BAI'AT
Assalamu'alikum wrwb.
Sahabat budiman,
Pada malam ini saya posting kembali, apa tujuan Talqin dan Bai'at, berikut dalil Al Quran dan Haditsnya.
Talqin, itu peringtan guru kepada murid, sedang Bai'at --yang juga dinamakan 'ahad-- adalah sanggup dan setia murid di hadapan gurunya untuk mengamalkan dan mengerjakan segala kebaikan yang diperintahkannya.
Talqin", asal kata dari laqqana, yulaqqinu, talqiinan, artinya "Menuntun, atau tuntunan". Dan merupakan peringatan/tuntunan guru kepada muridnya yang harus diikuti dengan seksama.
Dengan ditalqin dzikir kita akan dapat tuntunan/peringatan. Dengan dasar Firman Allh swt. :
وَّذَكِّرْ فَاِ نَّ الذِّكْرٰى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِيْنَ
wa zakkir fa innaz-zikroo tangfa'ul-mu`miniin
Artinya : Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya perinagatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Adz-Dzariyyah : 55).
Sahabat,
Talqin, perintah Nabi Muhammad Sholallohu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya :
لقنواموتكم لااله الاالله
Laqqinuu mautaakum Laa ilaaha illoh
Artinya, "Talqinkanlah oleh kamu orang-orang yang akan mati dengan kalimat Laa Ilaaha Illalaah". (HR. Muslim).
Maksud yang akan mati disini ialah kita orang-orang yang masih hidup yang hatinya belum mampu berdzikir/mengingat Allah, maka segera ditalqinkan/tanyakan kepada Ahlinya/Guru Mursyid.
Hadist tersebut menunjukkan betapa pentingnya "Talqin Dzikir" harus mulai dari sekarang supaya hati kita selalu hidup dan mampu mengingat Allah, baik dalam keadaaan sehat maupun pada waktu akan lepasnya nyawa yang kita cintai.
Jadi talqin dzikir itu bukan hanya penting pada sakaratul maut saja. Karena jika hanya mengandalkan pada waktu akhir hayat, belum tentu dia mampu mengucapkan dzikrullah, karena bukanlah lisan yang bicara semata tetapi harus disertai hati dengan keimanannya.
Sahabat yang budiman,
Banyak hadits yang menerangkan kejadian Nabi mengambil 'ahad pada waktu membai'atkan sahabat-sahabatnya.
Diriwayatkan oleh Ahmad r.a. dan Tabrani r.a. bahwa Rosululloh Sholallohu 'alaihi wa sallam pernah mentalqin sahabat-sahabatnya baik secara berombongan maupun perseorangan.
Talqin berombongan pernah diceritakan oleh Syaddad bin 'Aus r.a. : "Pada suatu ketika kami berada dekat Nabi Sholallohu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda :
هَلْ فِيْكُمْ غَرِيْبْ؟ يَعْنِي مِنْ اَهْلِ الْكِتَابَ؟ فَقُلْتُ : لَا. فَاَمَرَ بِغَلْقِ الْبَابِ وَقَالَ : اَرْفَعُوْ اَيْدِيَكُمْ، وَقُوْلُوُا لَا اِلٰهَ اِلَّا اللَّهُ
Hal fiikum ghoriib? (yakni min ahlil kitaab). Fa qultu : Laa. Fa amaro bi gholqil baabi, wa qoola : arfa'uu aidiikum, wa quuluu Laa ilaaha illalloh.
"Apakah ada Ahli Kitab di antara kalian? Aku menjawab : Tidak ada. Lalu Risululloh Saw. menyuruhku menuyup pintu, dan beliau bersabda : angkat tangan kalian dan ucapkan Laa Ilaaha Illalloh".
Seterusnya Beliau bersabda, "Segala puji bagi Alloh wahai Tuhanku, Engkau telah mengutus aku dengan kalimat ini dan Engkau menjadikan dengan ucapannya karunia Surga kepadaku dan bahwa Engkau tidak sekali-kali menyalahi janji". Kemudian Beliau bersabda pula, "Belumkah aku memberi kabar gembira kepadamu bahwa Alloh telah mengampuni bagimu semua?".
Maka Rosulullah SAW, bersabda :
ما من قوم إجتمعوا يذكرون الله تعالى لايريدون ذالك الا وجهه اللا نادهم مناد من السماء قوموا مغفورلكم قد بد لت لكم حسنات
Artinya, "Tidaklah ada segolongan manusiapun yang berkumpul dan melakukan dzikir dengan tidak ada niat lain melainkan untuk Tuhan semata, kecuali akan datang suara dari langit. Bangkitlah kamu semua, kamu sudah diampuni segala dosamu dan sudah ditukar kejahatannya yang lampau dengan kebajikan".
Sahabat,
Adapun tentang bai'at perseorangan pernah diceritakan oleh Yusuf al Kurani r.a. dan ulama lainnya dengan sanad yang shahih, ia berkata bahwa :
ان عليا سءل النبي صل الله عليه وسلم: يارسول الله دلنى على اقرب الطرق الى الله واسهالها على اباده وافضالها عند الله.
Sesungguhnya 'Ali bertanya kepada Nabi SAW.: "Tunjukkanlah kepadaku jalan terdekat kepada Alloh, yang termudah bagi hamba-hamba-Nya, dan yang paling utama menurut Alloh".
فقال انبي صل الله عليه وسلم: عليك بمداومة ذكر الله
Nabi menjawab: "Engkau harus mendawamkan dzikir kepada Alloh".
افضل ماقلت انا ونبيون من قبل لااله ال الله
Dzikir yang paling utama yang aku baca dan dibaca para nabi sebelum aku Laa Ilaaha Illaloh.
لو ات السماوات السبع والارضين السبع فى كفة ولا اله الا الله فى كفة لر جحت بهن
(Seandainya tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi berada dalam satu daun timbangan, dan Laa Ilaaha Illalloh berada dalam timbangan lain, niscaya timbangan terakhir mengalahkan timbangan yang pertama).
ثم قال: يا علي لاتقوم الساعة وعلى وجه الارض من يقول : الله الله
(Kemudian beliau bersabda: "Wahai 'Ali, kiamat tak akan terjadi pada saat di muka bumi masih ada orang yang berdzikir Allohu Alloh).
قال علي: كيف اذكريا رسول الله؟ فقال النبي صل الله عليه وسلم: غمض عنيك وسمع مني ثلاث مرات ثم قل انت ثلاث مرات و انا اسمع
(Berkata 'Ali Kw.: "Bagaimana aku berdzikir, ya Rasululloh?". Nabi menjawab: "Pejamkan matamu, dengarkan dariku tiga kali, saya akan perdengarkan").
فقال: لا اله الا الله ثلاث مرات مغمضا عينيه, رفعا، صوته، وعلي يسمع. ثم قال: علي لا اله الا الله كذلك، وانبي يسمع
(Lalu Nabi membaca Laa Ilaaha Illaloh tiga kali dengan memejamkan mata dan mengeraskan suaranya, sementara 'Ali mendengarkan. Kemudian 'Ali pun mengucapkan Laa Ilaaha Illalloh juga, sementara Nabi mendengarkan).
Demikian cara talqin yang disampiakan oleh 'Ali bin Abi Tholib k.w. yang kemudian diterangkan, bahwa talqin dzikir hati yang bersifat batiniyah, dilakukan dengan Isbat tidak dengan Nafi, yaitu dengan lafadz Isim Dzat seperti difirmankan oleh Alloh dalam Al Quran :
قل الله ثم درهم في حوضيهم يلعبون
"Katakanlah "Alloh", kemudian tinggalkan sifat mereka bermain-main didalam kesesatan" (QS. Al An'am : 91).
Nabi memperingatkan Sayyidina 'Ali k.w. dalam sabdanya :
وَلِقَوْلِهِ عَلَيْهِ السَّلَامُ لِعَلِيِّ كَرَمَ اللَّهُ وَجْهَهُ: يَا عَلِيُّو اِغْمِضْ عَنَيْكَ وَالْصَكْ شَفَيْكَ وَاَعْلِ لِسَانَكّ وَقُلْ اللَّهُ اللَّهُ.
وَهَذِهِ نِسْبَةُ الصَدِّيْقِ الْاَعْظَمِ الَّتِيْ اَخَذَهَا بَاطِنًاعَنِ النَّبِيِّ
Wa liqaulihi 'alaihissalaamu li'aliyyi karomallohu wajhah : Yaa Aliyyu ighmidh 'anaika wal shok syafaika wa a'li lisaanaka wa qul Allohu Alloh.
Wa hadzihi nisbahush shiddiiqil a'zhomil latii akho dzaha baathinan 'aninnbiyyi
Artinya, "Juga berdasarkan sabda Rosululloh sholallohu 'alaihi wa sallam kepada 'Ali, semoga Alloh memuliakan wajahnya : "Wahai Ali, pejamkan matamu, lekatkan kedua bubirmu, dan lipatkan lidah pada langit-langit mulut dan katakan Allohu Alloh".
"Inilah asal usul dzikir yang diambil oleh Abu Bakar ash Shiddiq secara batin dari Nabi Muhammad Saw."
Sahabat yang mulia,
Manusia pertama yang menerima talqin dzikir ialah Nabi Adam a.s. Sebagaimana digariskan dalam Al-Qur'an :
فَتَلَقّٰۤى اٰدَمُ مِنْ رَّبِّهٖ كَلِمٰتٍ فَتَا بَ عَلَيْهِ ۗ اِنَّهٗ هُوَ التَّوَّا بُ الرَّحِيْمُ
fa talaqqooo aadamu mir robbihii kalimaating fa taaba 'alaiih, innahuu huwat-tawwaabur-rohiim
"Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 37).
Ilham itu kalimat Thayyibah Laa Ilaaha Illallaah yang diajarkan kepada Nabi Adam a.s. dipatuhinya. Sedangkan Nabi Muhammad saw. menerima talqin dzikir di Gua Hira', sesuai dengan wahyu pertama surat Al-Alaq ayat 1-2 sebagai berikut :
اِقْرَأْ بِا سْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ ۚ
iqro` bismi robbikallazii kholaq
خَلَقَ الْاِ نْسَا نَ مِنْ عَلَقٍ ۚ
kholaqol-ingsaana min 'alaq
Artinya : "Bacalah dengan menyebut nama Tuhan yang menciptakan! Yang menciptakan manusia dari segumpal darah". (QS. Al-Alaq :1-2).
Diikrarkan dengan lisan, kemudian hati membenarkan dengan tawajjuh (menghadapkan) diri kita ke hadirat Ilahi Rabbi.
Sahabat yang budiman,
Maksud dan rencana itu tidak akan berhasil, manakala umat manusia tidak ditauhidkan, disatukan hati dan jiwanya dalam satu aqidah yang pantas dan berhak, tidak boleh ada tandingannya, apa dan siapapun yaitu Allah swt. Allah memutuskan dan menetapkan, bahwa hanya Dia sendiri Zat yang harus di-ibadati, dimitoskan dan dikultuskan, tanpa ada tandingan apa atau siapapun. Dengan riset dan observasi yang cermat, teliti, bahwa Dzat Maha Akbar itu adalah Allah sendiri, sebagai Malikal Mulki dan sebagai Rabbu Ma'bud, dimana mendengar dan mentaati-Nya adalah mutlak.
Oleh karena itu Allah berfirman :
فَا سْتَـبْشِرُوْا بِبَيْعِكُمُ الَّذِيْ بَايَعْتُمْ بِهٖ ۗ وَذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ
fastabsyiruu bibai'ikumullazii baaya'tum bih, wa zaalika huwal-fauzul-'azhiimu
Artinya : " Maka bergembiralah kami dengan bai'atmu yang telah kamu lakukan itu adalah kejayaan yang agung". (QS. At-Taubah : 111).
Karena inilah Nabi memuji Syaiyyidina Abu Bakar r.a. bukan karena banyak puasa dan shalat, tetapi karena sesuatu yang terhujamkan dalam hatinya.
Firman Allah dalam Al-Quran :
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
allaziina aamanuu wa tathma`innu quluubuhum bizikrillaah, alaa bizikrillaahi tathma`innul-quluub
Artinya : "Dan mereka yang mempunyai iman yang teguh serta tetap tenang hatinya dengan dzikrullah, bukankah dzikrullah itu menenangkan dan menentramkan hati?". QS. Ar-Ra'du : 28).
Jalan atau Thariqah yang kedua macam ini tentang dzikir jahar dan khafi adalah pokok daripada seluruh Thariqah, kemudian tersiarlah dalam pencariannya dengan kurnia Tuhan Yang Maha Pemurah.
Sumber : Kitab Miftahushshudur.
Petani Pohon Anti Gempa
Mahmud J. Al Maghribaen
TQN Ma'had Suryalaya

HIKMAH MALAM KE-24 20-06-2020

HIKMAH MALAM KE-24
BUDAK, PEDAGANG, DAN PECINTA❤️
Assalamu'alaikum wrwb.
Sahabat yang budiman,
Tujuan daripada manusia diciptakan oleh Alloh Al Kholiq adalah hanya untuk menyembah Alloh semata.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَا لْاِ نْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
wa maa kholaqtul-jinna wal-ingsa illaa liya'buduun
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56).
Dalam beribadah kepada Alloh, manusia memiliki tingkatan yang berbeda satu sama lain. Ada golongan yang beribadah karena takut akan siksaan Alloh, yaitu neraka. Ada juga golongan yang beribadah karena mengharapkan nikmat dari Alloh, yaitu Surga, dan ada golongan yang beribadah atas dasar cinta, tidak mengharapkan apa-apa, tidak takut neraka juga tidak mengharapkan surga, hanya karena Alloh semata.
Beribadah karena takut, pada tingkat ini, ibadah seseorang ibarat seorang Budak yang taat dan patuh pada Tuannya. Ia patuh dan taat atas segala perintah dan larangan Alloh Subhanahu wa Ta'alaa.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَلَا يَحْزُنْكَ الَّذِيْنَ يُسَا رِعُوْنَ فِى الْكُفْرِ ۚ اِنَّهُمْ لَنْ يَّضُرُّوا اللّٰهَ شَيْــئًا ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ اَ لَّا يَجْعَلَ لَهُمْ حَظًّا فِيْ الْاٰ خِرَةِ ۚ وَلَهُمْ عَذَا بٌ عَظِيْمٌ
wa laa yahzungkallaziina yusaari'uuna fil-kufr, innahum lay yadhurrulloha syai`aa, yuriidullohu allaa yaj'ala lahum hazhzhong fil-aakhiroti wa lahum 'azaabun 'azhiim
"Dan janganlah engkau (Muhammad) dirisaukan oleh orang-orang yang dengan mudah kembali menjadi kafir, sesungguhnya sedikit pun mereka tidak merugikan Allah. Allah tidak akan memberi bagian (pahala) kepada mereka di akhirat, dan mereka akan mendapat azab yang besar."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 176).
Beribadah karena mengharap imbalan, pada tingkat ini, seseorang beribadah kepada Alloh Subhanahu wa Ta'alaa ibarat seorang Pedagang. Ia menjual dagangannya kepada si Pembeli. Hubungan ibadahnya kepada Alloh Subhanahu wa Ta'alaa seperti Jual-Beli. Meskipun semua nikmat itu dari Alloh Subhanahu wa Ta'alaa, namun kalau hamba-Nya menjualnya kepada Alloh, maka Alloh akan membelinya dengan imbalan yang lebih baik, yaitu Surga.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ اشْتَرٰى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اَنْفُسَهُمْ وَاَ مْوَا لَهُمْ بِاَ نَّ لَهُمُ الْجَــنَّةَ ۗ يُقَا تِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَيَقْتُلُوْنَ وَ يُقْتَلُوْنَ ۗ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِى التَّوْرٰٮةِ وَا لْاِ نْجِيْلِ وَا لْقُرْاٰ نِ ۗ وَمَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ مِنَ اللّٰهِ فَا سْتَـبْشِرُوْا بِبَيْعِكُمُ الَّذِيْ بَايَعْتُمْ بِهٖ ۗ وَذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ
innallohasytaroo minal-mu`miniina angfusahum wa amwaalahum bi`anna lahumul-jannah, yuqootiluuna fii sabiilillaahi fa yaqtuluuna wa yuqtaluuna wa'dan 'alaihi haqqong fit-taurooti wal-ingjiili wal-qur`aan, wa man aufaa bi'ahdihii minallohi fastabsyiruu bibai'ikumullazii baaya'tum bih, wa zaalika huwal-fauzul-'azhiim
"Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual-beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung."
(QS. At-Taubah 9: Ayat 111).
Beribadah atas dasar cinta, ibadah seseorang kepada Alloh pada tingkat ini, seperti seorang Pecinta yang jatuh cinta pada Kekasih-Nya, ia tak mengharapkan apa-apa. Dengan ibadahnya ia telah merasakan kenikmatan yang luar biasa, ibadahnya ikhlas semata hanya karena Alloh Subhanahu wa Ta'alaa. Dirinya ingin selalu dekat kepada Alloh, ia selalu ingat dan senantiasa menyebut-nyebut Nama Kekasih-Nya, dengan begitu hatinya menjadi tenteram, itu pertanda bahwa ada cinta di dalamnya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
allaziina aamanuu wa tathma`innu quluubuhum bizikrillaah, alaa bizikrillaahi tathma`innul-quluub
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
(QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 28).
Sahabat,
Beribadah atas dasar cinta kepada Alloh itulah maqom tertinggi dari seorang hamba. Mereka senantiasa bermunajat kepada Alloh :
إِلٰهِي أَنْتَ مَقْصُوْدِيْ وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِي أَعْطِنِي مَحَبَّتَكَ وَمَعْرِفَتَكَ
Ilaahii Anta maqshuudii wa ridhoo-Ka mathluubii, a’thinii Mahabbata-Ka wa Ma’rifata-Ka
Tuhanku Engkaulah yang menjadi maksudku dan keridhoan-Mu yang menjadi pintaku. Berikanlah kepadaku kecintaan dan ma’rifat kepada-Mu.
Sahabat,
Oleh karena itu, kelak di hari kiamat manusia akan terdiri dari tiga golongan, yaitu golongan kiri (ahli neraka), golongan kanan (ahli surga), dan golongan di tengah yang didekatkan kepada Alloh (Al Muqorrobuun).
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَّكُنْـتُمْ اَزْوَا جًا ثَلٰـثَـةً ۗ
wa kungtum azwaajang salaasah
"dan kamu menjadi tiga golongan,
فَاَ صْحٰبُ الْمَيْمَنَةِ ۙ مَاۤ اَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِ ۗ
fa ash-haabul-maimanati maaa ash-haabul-maimanah
"yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu,"
وَاَ صْحٰبُ الْمَشْئَـمَةِ ۙ مَاۤ اَصْحٰبُ الْمَشْئَـمَةِ ۗ
wa ash-haabul-masy`amati maaa ash-haabul-masy`amah
"dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu,"
وَا لسّٰبِقُوْنَ السّٰبِقُوْنَ ۙ
was-saabiquunas-saabiquun
"dan orang-orang yang paling dahulu (beriman), merekalah yang paling dahulu (masuk surga),"
اُولٰٓئِكَ الْمُقَرَّبُوْنَ ۚ
ulaaa`ikal-muqorrobuun
"mereka itulah orang yang dekat (kepada Allah)," (QS. Al-Waqi'ah 56: Ayat 7-11).
Demikianlah, Tafakur Pecinta Kesucian Jiwa
Muhibbiin, 20-06-2020
Mahmud J. Al Maghribaen
Petani Pohon Anti Gempa 108
TQN Ma'had Suryalaya
Keterangan Gambar :
Pangersa Abah Aos dan Petani Pohon Anti Gempa 11 (Prof. Nasarudin Umar/Imam Besar Masjid Agung Istiqlal).

HIKMAH MALAM KE-23 09-06-2020

HIKMAH MALAM KE-23
KEKUATAN CINTA
Assalamu'aikum wrwb.
Sahabat yang budiman,
Cinta, itu kata yang sangat populer, hampir semua manusia mengalami jatuh cinta. Dengan alasan cinta pulalah, orang bisa berbuat apa saja untuk cintanya. Cinta bisa menembus gunung, mengarungi samudera. Cinta tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan. Cinta tak terhalang oleh apa pun, cinta tak terbatas oleh ruang dan waktu.
Sahabat,
Itulah cinta, cinta sejatinya ialah cinta yang suci. Cinta adalah anugerah Ilahi, akan suci bersih dari segala macam noda, jika cinta dimaknai sesuai dengan fitrahnya. Cinta yang suci akan membawa pemiliknya merasakan kedamaian, keindahan, kenyamanan. Sebaliknya, jika cinta tidak dimaknai sesuai dengan fitrahnya maka cinta menjadi ternoda yang akan membuat kerusakan bagi pamiliknya.
Sahabat,
Cinta sejati itu hanyalah milik Ilahi, dengan cinta kita menyembahnya . Itulah cinta suci yang tak mengharapkan kembali. Tidak mau apa-apa, tidak tahu apa-apa, tidak punya apa-apa. Dirinya mabuk (fana) lebur bersama cintanya, segala yang terlihat dan terdengar hanyalah cintanya. Ingatannya hanya pada cintanya, bibirnya pun selalu menyebut-nyebut nama kekasihnya.
Rosulilloh Sholallohu 'alaihi wa sallam :
علا مة حب الله حب ذكر الله وعلا مة بغض الله بفض ذكرالله
'Alaamatu hubbillaahi hubbu dzikrillaah wa 'alaamatu bughdhillaahi bughdhi dzikrillaah
"Tanda cinta pada Alloh adalah memyukai dzikrulloh (dzikir kepada Allloh). Dan tanda benci pada Alloh adalah benci dzikrullah azza wa jalla" (HR. Baihaqi).
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَا لَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَشَدُّ حُبًّا لِّـلّٰهِ
wallaziina aamanuuu asyaddu hubbal lillaahi
"Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah".
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 165).
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَا تَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَـكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَا للّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
qul ing kungtum tuhibbuunalloha fattabi'uunii yuhbibkumullohu wa yaghfir lakum zunuubakum, wallohu ghofuurur rohiim
"Katakanlah (Muhammad), Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 31).
Wahai sahabat,
Biarkanlah cinta tumbuh bersemi di hati kita. Peliharalah ia, karena cinta itu suci.
إِلٰهِي أَنْتَ مَقْصُوْدِيْ وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِي أَعْطِنِي مَحَبَّتَكَ وَمَعْرِفَتَكَ
Ilaahii Anta maqshuudii wa ridhoo-Ka mathluubii, a’thinii Mahabbata-Ka wa Ma’rifata-Ka
Tuhanku Engkaulah yang menjadi maksudku dan keridhoan-Mu yang menjadi pintaku. Berikanlah kepadaku kecintaan dan ma’rifat kepada-Mu.
Cinta Suci Tidak Menuntut Kesempurnaan, Cinta Suci Menerima Dengan Keilhlasan
🍒
Muhibbiin, 19 Juni 2020
Mahmud J. Al Maghribaen
Petani Pohon Anti Gempa 108
TQN Ma'had Suryalaya

HIKMAH MALAM KE-22 18-06-2020

HIKMAH MALAM KE-22
BACALAH AL QURAN
Assalamu'alaikum wrwb.
Sahabat yang budiman,
Bacalah Al Quran, sebab wahyu pertama yang disampaikan kepada Kanjeng Nabi Muhammad Sholallohu 'alaihi wa Sallam adalah perintah untuk "Membaca".
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِقْرَأْ بِا سْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ ۚ
iqro` bismi robbikallazii kholaq
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,"
(QS. Al-'Alaq 96: Ayat 1).
Dengan membaca Al Quran kita akan mendapatkan pahala yang berlipat dari Alloh Subhanahu wa Ta'alaa.
Di riwayatkan oleh Abdullah Ibnu Mas‘ud yang menyatakan, setiap huruf yang dibaca akan diberi balasan satu kebaikan. Setiap kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh, sebagaimana berikut ini :
عن عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
Artinya: Kata ‘Abdullah ibn Mas‘ud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa saja membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf,” (HR. At-Tirmidzi).
Sahabat,
Bagaimana kalau kita belum bisa membaca Al Quran?
Kalau kita belum bisa membaca Al Quran maka belajarlah cara untuk membacanya, tidak ada istilah terlambat dalam belajar, bukankah kita diperintahkan untuk belajar sampai ke tiang lahat?
اُطْلُبُوا العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلى اللَّحْدِ
Artinya : “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat”
Sahabat,
Ada bacaan Al Quran yang mudah untuk dibaca, bahkan saking mudahnya tidak mengatupkan bibir saat membacanya, namun meskipun mudah, pahalanya yang paling afdhol, yaitu kalimat : LAA ILAAHA ILLALLOH.
Sesungguhnya 'Ali Karromallohu Wajhah bertanya kepada Nabi Sholallohu 'alaihi wa Sallam : "Tunjukkanlah kepadaku jalan terdekat kepada Alloh, yang termudah bagi hamba-hamba-Nya, dan yang paling utama menurut Alloh".
فقال انبي صل الله عليه وسلم: عليك بمداومة ذكر الله
Fa qaalan nabiyyu: "'Alaika bi mudaawamati dzikrillaah
"Nabi menjawab: "Engkau harus mendawamkan dzikir kepada Alloh".
افضل ماقلت انا ونبيون من قبل لااله ال الله
Afdhalu maa qulta anaa wan nabiyyuuna min qablii Laa Ilaaha Illaloh
"Dzikir yang paling utama yang aku baca dan dibaca para Nabi sebelum aku Laa Ilaaha Illaloh".
لو ات السماوات السبع والارضين السبع فى كفة ولا اله الا الله فى كفة لر جحت بهن
Lau antas samaawaatis sab'a wal ardhiinas sab'a fii kiffatin wa Laa Ilaaha Illaloh fii kiffatin lirajahat bihinna"
Seandainya tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi berada dalam satu daun timbangan, dan Laa Ilaaha Illalloh berada dalam timbangan lain, niscaya timbangan terakhir mengalahkan timbangan yang pertama".
Kalimat LAA ILAAHA ILLALLOH adalah ayat Al Quran maka dengarkanlah kalau LAA ILAAHA ILLALLO dibaca.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
فَا عْلَمْ اَنَّهٗ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَا سْتَغْفِرْ لِذَنْبِۢكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنٰتِ ۗ وَا للّٰهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوٰٮكُمْ
fa'lam annahuu laaa ilaaha illallohu wastaghfir lizambika wa lil-mu`miniina wal-mu`minaat, wallohu ya'lamu mutaqollabakum wa maswaakum
"Katakanlah LAA ILAAHA ILLOLLOH, dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu."
(QS. Muhammad 47: Ayat 19).
Sahabat,
Kalau Al Quran dibaca, maka dengarkanlah dengan baik, dan perhatikanlah dengan tenang, meskipun itu hanya kalimat LAA ILAAHA ILLALLOH yang dibaca berulang-ulang.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَاِ ذَا قُرِئَ الْقُرْاٰ نُ فَا سْتَمِعُوْا لَهٗ وَاَ نْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
wa izaa quri`al-qur`aanu fastami'uu lahuu wa angshituu la'allakum tur-hamuun
"Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 204).
IQRO', 18 Juni 2020
Mahmud J. Al Maghribaen
Petani Pohon Anti Gempa 108
TQN Ma'had Suryalaya
Tabik,
MJ🍒
Keterangan Gambar : Gusdur, Abah Anom, Abha Aos, dan lainnya.

HIKMAH MALAM KE-21 17-06-2020

HIKMAH MALAM KE-21
ILMU TASHAWWUF
Assalamu'alaikum wr wb,
Sahabat yang budiman,
Menjelaskan ilmu Tashawwuf itu gampang-gampang susah, karena sasarannya adalah hakikat, sedang hakikat itu adalah Batin.
Ketika berbicara tashawwuf, dari dulu hingga sekarang, kita sering dihadapkan dengan pertanyaan, "Kalau memang ada ilmunya, mengapa Rosululloh tidak mengajarkannya kepada kaum muslimin ketika itu? Seandainya memang ada ilmu tash dicontohkan oleh Rosululloh Saw.? Dan bukankah Agama Islam ini telah sempurna?
Bukankah Firman Alloh dalam QS. Al Maaidah ayat 3 :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Al yauma akmaltu lakum diinukum, wa atmamtu 'alaikum ni'matii, wa rodhiitu lakumul islaama diinan
Artinya :
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS. Al-Maidah: 3).
Dan juga bukankah Nabi telah meninggal dua perkara, yaitu Al Quran dan Sunnah? Sebagaimana sabdanya :
تَـرَكْتُ فِـيْكُمْ اَمْرَيــْنِ لَـنْ تَضِلُّـوْا مَا تَــمَسَّكْـتُمْ بِـهِمَا: كِـتَابَ اللهِ وَ سُنَّـةَ نَـبِـيِّهِ
Taroktu fiikum amroini lan tadhilluu maa tamassakum bi himaa: Kitabullohi wa sunnata nabiyyihi.
Artinya :
Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu : Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya”. [HR. Ibnu Abdil Barr].
Itulah sederet pertanyaan yang diajukan kepada kita kalau kita mendakwahkan ajaran tashawwuf. Dan biasanya kalau kita tidak siap, kita akan bingung untuk menjawabnya, sebab seperti yang saya kemukakan di atas, bahwa ajaran tashawwuf itu bersifat Batin. Karena gak siap, akhirnya menjawab sekenanya saja.
Sahabat,
Apakah benar demikian? Bahwa ajaran tashawuf itu tidak ada dalilnya?
Tentu saja tidak, tashawwuf itu adalah ajaran Islam. Kalau ada ajarannya, tentu ada contohnya. Ketahuilah, ulama yang mengajarkan tashawwuf itu bukan ulama sembarangan, tapi ulama yg rosikh, yaitu ulama yang mendalam ilmunya.
Dalil Pertama
Sebagai contoh, ketika saya membaca Kitab Miftahussudur, karya Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul 'Arifin Qs. (Abah Anom). Pada Pasal 3 : Tentang Talqin Dzikir, beliau besabda :
وَلِقَوْلِهِ عَلَيْهِ السَّلَامُ لِعَلِيِّ كَرَمَ اللَّهُ وَجْهَهُ: يَا عَلِيُّو اِغْمِضْ عَنَيْكَ وَالْصَكْ شَفَيْكَ وَاَعْلِ لِسَانَكّ وَقُلْ اللَّهُ اللَّهُ.
وَهَذِهِ نِسْبَةُ الصَدِّيْقِ الْاَعْظَمِ الَّتِيْ اَخَذَهَا بَاطِنًاعَنِ النَّبِيِّ
Wa liqaulihi 'alaihissalaamu li'aliyyi karomallohu wajhah : Yaa Aliyyu ighmidh 'anaika wal shok syafaika wa a'li lisaanaka wa qul Allohu Alloh.
Wa hadzihi nisbahush shiddiiqil a'zhomil latii akho dzaha baathinan 'aninnbiyyi
Artinya :
Juga berdasarkan sabda Rosululloh kepada Ali, semoga Alloh memuliakan wajahnya : Wahai Ali, pejamkan matamu, lekatkan kedua bubirmu, dan lipatkan lidah pada langit-langit mulut dan katakan Allohu Alloh.
Inilah asal usul dzikir yang diambil oleh Abu Bakar ash Shiddiq secara batin dari Nabi Muhammad Saw.
Itulah Dasar Ilmu Tashawwuf yang diajarkan Nabi kepada Sayyidina Ali kw. Oleh karena itu kemudian Sayyidina 'Ali kw. dikatakan oleh Nabi sebagai Pintu Gerbang Kota Ilmu. Sebagaimana Sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam :
أنا مَدِينَةُ العلمِ وعليٌّ بابُها فمَنْ أرادَ المدينةَ فَلْيَأْتِها من قِبَلِ البابِ
Anaa madiinatul 'ilmi wa Alii baabuhaa. Fa man arodal madiinata fal ya'tihaa man qibalil baabi
Artinya :
Saya adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya, maka barangsiapa yang menginginkan ilmu hendaklah mendatanginya dari arah pintunya.
Hadits ini diriwayatkan oleh Ath Thabroni, Al Hakim, Asy Syakir dari Ibnu Abbas ra. Al Hakim mengatakan bahwa hadits ini shohih. Al Hakim hidup pada tahun 321 H - 405 H. Beliau ahli hadits asal Naisabur, Khurasan. Tercatat guru beliau berjumlah 1000 orang. Pendapat Al Hakim tentang hadits ini dibantah oleh Adz Dzahab. Adz Dzahab ini hidup pada tahun 673 H - 748 H. Gurunya yang paling ia kagumi adalah syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Hadits ini juga dbantah oleh Ibnu Taimiyah. Karena menurutnya tidak mungkin sumber ilmu itu hanya satu, apalagi Ali hanya sedikit mengajarkan ilmu.
Demikian juga menurut Adz Dzahab hadits ini Palsu. Sebab salah satu perawinya seorang pendusta, bahkan Adz Dzahab berkata kasar kepada Al Hakim, "Sungguh bodoh engkau padahal engkau orang yang berilmu".
Sebenarnya tidak heran kalau ada ulama yang membantah hadits ini. Sebab sejak zaman dahulu ketika kaum Khowarij mendengar hadits ini, mereka sudah menolaknya. Bahkan mereka berkumpul dan merencanakan untuk mengetes sayyidina Ali dengan mengajukan pertanyaan yang sama kepadanya tiap-tiap orang. Mereka berjumlah 7 orang bertanya kepada sayyidina Ali, "Lebih utama mana antara Ilmu dan Harta?"
Atas pertanyaan itu, sayyidina Ali memberikan jawaban yang sama yaitu "Lebih utama Ilmu". Namun alasannya berbeda-beda antara orang yang satu dengan lainnya lainnya.
Alasannya :
1. Kalau ilmu menjagamu. Namun, harta, engkau yang harus menjaganya.
2. Jika ilmu adalah warisan nabi, harta adalah warisan Qorun yang terkutuk.
3. Ilmu jika ditasarufkan, akan bertambah. Sedang harta, jika ditasarufkan akan berkurang,
4. Andai kau memilih ilmu, kau akan mendapat julukan yang baik, namun jika harta, julukan buruk yang kau dapat,
5. Ilmu itu menerangi hati, sedangkan harta mengeraskan hati.
6. Ilmu jika dibiarkan tidak apa-apa, namun harta jika dibiarkan akan rusak.
7. Ilmu ketika di hari kiamat akan menolongmu, namun harta akan menjadi penyebab lamanya hisab di hari kiamat.
Setelah mendengar jawaban sayyidina Ali tersebut barulah mereka sadar akan keutamaan sayyidina Ali di bidang Ilmu.
Kalau dahulu saja kaum khowarij tidak percaya, maka tidak heran kalau sekarang ada yang mengatakan hadits ini palsu. Sudah biasa mereka mengatakan seperti itu, mereka katakan hadits kami shohih, hadits anda palsu, sholat kami seperti sholat Nabi, sholat anda sia-sia, amal kami benar amal kamu salah, kami sunnah kamu bid'ah, ajaran guru kami benar ajaran gurumu sesat, kami masuk surga kamu masuk neraka. Ucapan-ucapan itu sudah biasa bagi mereka, Masya Alloh.
Nah, setelah saya membaca Kitab Miftahussudur tersebut, semakin jelas keyakinan saya terhadap hadits tersebut. Beliau bersabda, "Wa hadzihi nisbahush shiddiiqil a'zhomil latii akho dzaha baathinan 'aninnbiyyi", yang artinya, "Inilah asal usul dzikir yang diambil oleh Abu Bakar ash Shiddiq secara batin dari Nabi Muhammad Saw.".
Seandainya Rosulullow Saw. tidak bersabda kepada sayyidna Ali kw. tentang Dzikir Khofi ini, niscaya Dzikir ini tidak akan bisa sampai kepada kita sekarang. Sebab sayyidina Abu Bakar as Shiddiq ra. tidak akan bicara.
Karena ada sabda Nabi, "Wahai Ali, pejamkan matamu, lekatkan kedua bibirmu, dan lipatkan lidah pada langit-langit mulut dan katakan Allohu Alloh", maka dzikir ini sampai kepada kita sekarang. Dan tidak akan kita tahu dengan dzikir ini kalau tidak lewat sayyidina Ali kw. (pintunya) melalui proses Talqin Dzikir dari Guru Mursyid kita, dari Gurunya, ke Gurunya, Gurunya, Gurunya, terus sampai kepada sayyidina Ali bin Abu Tholib kw. sampai kepada Rosululloh Saw.
Berkata ahli Tashowwuf :
الْاِنْسَانِ شَيْخًايُرْشِدُهُ اِلَی زَوَالِ تِلْكَ الصِّفَاتِ الَّتِيْ تَمْنَعَهُ مِنْ حَضْرَۃِ ﷲِ تَعَالَی بِقَلْبِهِ لِتَصِحَّ صِلَاتُهُ مِنْ بَابِ مَلَا يَتِمُّ الْوَا جِبُ اِلَّا بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ
waqoola sya'roni fil anwaaru qudsyiah, qod ajma'a ahluth thoriqoti 'alaa wujuubit tikhoodzil insaani syaikho yursyiduhu ilaa zawaali tilkash shifaatil latii tamna'ahu min hadhrotillaahi ta'alaa biqolbihi lita shihhi shilaatuhu min baabi, maa laa yutimmul waajibu illaa bihi fahuwa waajib
Artinya :
Asy Sya'roni berkata dalam kitab Al Anwaru Qudsyiah: Para ulama ahli thoriqot sepakat bahwa seorang murid harus mengambil guru seorang syaikh yang dapat membimbingnya menghilangkan sifat-sifat yang menghalangi hatinya dekat dengan Alloh Swt., agar hubungannya dengan Alloh menjadi benar. Ini termasuk kategori kaidah ushul fiqih: "Sesuatu yang tanpanya yang wajib tak dapat terwujud hukumnya juga wajib".
Dalil Kedua
Sebagaimana sebuah hadits. Suatu ketika, Nabi sedang bersama para sahabat, kemudian beliau bersabda :
وَاَمَّا تَلْقِيْنُهُم جَمَاعَتًا فَقَدْ رَوَی شدَّادٌ بْنِ اَوْسٍ : كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صلَ ا للَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمُ: فَقَا لَ النَّبِيُّ: هَلْ فِيْكُمْ غَرِيْبْ؟ يَعْنِي مِنْ اَهْلِ الْكِتَابَ؟ فَقُلْتُ : لَا. فَاَمَرَ بِغَلْقِ الْبَابِ وَقَالَ : اَرْفَعُوْ اَيْدِيَكُمْ، وَقُوْلُوُا لَا اِلٰهَ اِلَّا اللَّهُ
Wa ammaa talqiinuhum jamaa 'atan fa qod rowaa Syaddaadun ibni Aus: Kunnaa 'indannabiyyi sholallahu 'alaihi wa sallam. Qolannabiyyu sholallahu 'alaihi wa sallam: Hal fiikum ghoriib? (yakni min ahlil kitaab). Fa qultu : Laa. Fa amaro bi gholqil baabi, wa qoola : arfa'uu aidiikum, wa quuluu Laa ilaaha illalloh.
Artinya :
Adapun talqin Rosululloh Saw. kepada para sahabat secara berjamaah, Syaddat bin Aus meriwayatkan. Kami berada bersama Nabi. Beliau lalu bersabda : Apakah ada Ahli Kitab di antara kalian? Aku menjawab : Tidak ada. Lalu Risululloh Saw. menyuruhku menuyup pintu, dan beliau bersabda : angkat tangan kalian dan ucapkan Laa Ilaaha Illalloh.
Syaddat ini adalah anaknya Aus bin Tsabit. Keponakan dari Hasan bin Tsabit penyair yang terkenal itu. Nama lengkapnya adalah Syaddat bin Aus bin Tsabit bin Mundzair Al Khasraj Al Anshari, biasa dipanggil Abu Ya'la. Ia pernah ditugaskan Sayyidina Umar bin Khattab menjadi Gubernur wilayah Himsh (Syiria).
Setelah Usman bin Affan ra. terbunuh, ia kemudian mengasingkan diri dan memfokuskan untuk beribadah. Ia sosok sahabat yang terkenal fasih, penyabar dan bijaksana. Keistimewaannya, sejak beliau masuk Islam, dia tidak pernah berbicara di depan forum, melainkan hadirin yang mendengarnya akan terbungkam.
Ia meriwayatkan 50 hadits dari Nabi yang dikenal dengan Hadits Syaddat bin Aus.
Ia pernah merantau ke Palestina dan menetap di sana hingga wafat di Al Quds pada tahun 58 H. dalam usia 75 tahun.
Sahabat,
Ada hal menarik ketika Nabi Saw. menyampaikan khutbah pada haji wada'. Sangat jelas tergambar tingkatan Maqom dari kaum muslimin. Ada yang di maqom umum ada juga yang maqom khusus.
Maka timbul pertanyaan, apakah ada hamba Alloh yang umum dan yang khusus itu? Bukankah ajaran Islam itu sama untuk semua umat Islam? Bukankah agama Islam ini telah sempurna? Sebagaimana Firman Alloh dalam QS. Al Maaidah ayat 3 :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Al yauma akmaltu lakum diinukum, wa atmamtu 'alaikum ni'matii, wa rodhiitu lakumul islaama diinan
Artinya :
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS. Al-Maidah: 3).
Dan bukankah pada saat khutbahnya Nabi Saw. juga telah bersabda :
تَـرَكْتُ فِـيْكُمْ اَمْرَيــْنِ لَـنْ تَضِلُّـوْا مَا تَــمَسَّكْـتُمْ بِـهِمَا: كِـتَابَ اللهِ وَ سُنَّـةَ نَـبِـيِّهِ
Taroktu fiikum amroini lan tadhilluu maa tamassakum bi himaa: Kitabullohi wa sunnata nabiyyihi.
Artinya :
Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu : Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya”. [HR. Ibnu Abdil Barr].
Sahabat yang budiman,
Sebenarnya sudah sejak zaman ketika Rosululloh Saw. masih hidup, sudah ada umat Nabi yang kategori umum dan kategori yang khusus.
Mengapa demikian?
Tentu bagi kaum muslimin yang dekat, belajar Islamnya langsung kepada Nabi Saw., sedangkan bagi kaum muslimin yang jauh, tidak semuanya belajar langsung ke Nabi, tetapi melalui para sahabat r.a.
Sabda Nabi Saw, :
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ
Fa 'alaikum bi sunnati wa sunnatil khulafaair rosyidiin
Artinya :
Maka wajib bagi kamu berpegang kepada sunnahku dan sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus. (H.R Abu Dawud).
Sahabat yang dekat kediamannya pasti pernah masuk ke rumah Nabi, bahkan ada juga sahabat yang jauh datang dan masuk ke rumahnya Nabi., makanya kita sering mengirimkan Al Faatihah kepada mereka :
اِلٰى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفٰى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلٰى اٰلِهٖ وَاَصْحَابِهٖ وَاَزْوَاجِهٖ وَذُرِّيّٰتِهٖ وَاَهْلِ بَيْتِهٖ وَلِمَنْ دَخَلَ فِي بَيْتِهٖ اَجْمَعِيْنَ كُلُّ شَيْئ ٍ لِلّٰهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
Artinya :
Yaa Alloh semoga disampaikan bacaan fatihah ini kehadapan Nabi Besar Muhammad Saw. dan kepada keluarganya, sahabat, istri, anak cucu dan ahli baitnya dan bagi siapa saja yang masuk di dalam rumahnya. Segala sesuatu hanya milik Alloh, untuk mereka (kami) hadiahkan, Al-Faatihah
Nah Sahabat yang bertemu Nabi inilah yang mendapatkan bimbingan secara khusus dari Nabi Muhammad Saw. Tapi sudah tentu bagi mereka yang bersungguh-sungguh, maka kesungguhan itu akan menghantarkan mereka kepada kedudukan yang khusus pula di sisi Alloh dan Rosul-Nya.
Sebagai contoh, kedudukan Sayyidina Abu Bakar ra. Jika dibandingkan dengan sahabat lainnya :
Perhatikan, ketika Nabi menyampaikan khutbah di haji wada'. Ketika itu beliau menyampaikan Firman Alloh Swt. :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Al yauma akmaltu lakum diinukum, wa atmamtu 'alaikum ni'matii, wa rodhiitu lakumul islaama diinan
Artinya :
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS. Al-Maidah: 3).
Ketika itu para sahabat semua bergembira mendengarnya, mereka berkata, "Agama kita telah sempurna, agama kita telah sempurna". Namun tidak dengan Abu Bakar ra. setelah mendengar itu beliau langsung pulang, masuk ke kamar mengunci pintunya dan menangis sekuat-kuatnya. Beliau menangis tak henti-hentinya dari pagi hingga malam. Sehingga berita ini kemudian terdengar oleh para sahabat beliau, mereka berkumpul di depan rumah Abu Bakar. Mereka berkata, "Wahai Abu Bakar, apa gerangan yang terjadi sehingga begini keadaanmu, seharusnya kamu berbahagia karena agama kita telah sempurna".
Jawab Abu Bakar, "Wahai sahabatku, kalian tidak tahu tentang musibah yang menimpamu. Tidakkah kamu tahu apabila suatu perkara itu telah sempurna, maka akan keliahatanlah kekuarangannya. Dengan turunnya ayat tersebut, itu pertanda bahwa kita akan berpisah dengan Rosululloh Saw.".
Benar saja sekitar tiga bulan kemudian, Rosululloh Saw. terkena demam panas, semakin hari semakin tinggi demamnya, sampai-sampai beliau tidak mampu lagi bangkit dari tempat tidur beliau. Setelah mengimami sholat dhuhur, itulah terakhir kali beliau mengimami para sahabat. Selanjutnya manakala beliau mendengar suara adzannya Bilal ra. Beliau menunjuk Abu Bakar ra. untuk menjadi Imam sholat menggantikan beliau. Selang beberapa lama kemudian Nabi Saw. pun wafat.
Ketika mendengar berita bahwa Rosululloh Saw. wafat, kaum Muslimin waktu itu terpecah. Di antara mereka ada yang Murtad (kembali ke belakang), ada yang tidak percaya, termasuk sayyidina Umar bin Khattab ra., mendengar kabar Rosululloh Saw. ia gusar. Beliau berdiri dengan suara yang lantang, “Laki-laki dari kaum munafik membuat isu bahwa Rosululloh Saw. telah wafat. Rosululloh Saw. sesungguhnya masih hidup. Ia hanya pergi menemui Robb-nya sebagaimana Musa bin Imran pergi meninggalkan kaumnya selama empat puluh hari, kemudian kembali kepada mereka, dan itu setelah diisukan bahwa ia telah mati. Demi Allah, Rosululloh Saw. akan kembali dan akan memotong tangan dan kaki laki-laki yang menyebarkan isu bahwa beliau telah wafat".
Ketika Sayyidina Umar tengah berbicara di depan banyak orang tersebut, Sayyidina Abu Bakar keluar dari kediaman Rosululloh Saw. dan menyuruhnya untuk duduk. “Wahai Umar, duduklah!” ujar Abu Bakar. Namun Umar enggan menuruti suruhan itu, akan tetapi orang-orang segera meninggalkanya dan menghadapkan wajah mereka ke arah Abu Bakar Shiddiq ra.
Pada saat inilah Abu Bakar tampil untuk menasihati kaum Muslimin. Beliau bersabda : “Amma Ba’du, barangsiapa di antara kalian yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah wafat. Dan barang siapa di antara kalian yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah hidup dan takkan pernah mati."
Lalu beliau mengutip Firman Alloh Swt. :
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِينْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ ۚ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا ۗ وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ
Wa maa muhammadun illaa rosuulun qod kholat min qoblihir rusulu. Afa-iimmaata auqutilan qolabtum 'alaa a'qoobikum? Wa man yanqolib 'alaa 'aqibayhi, falayyadhurrolloha syai-an. Wa sayaj zillaahusy-syaakiriina.
Artinya :
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. Ali Imron : 144).
Ibnu Musayyab meriwayatkan bahwa Umar mengatakan, “Demi Allah, aku tidak ingat ayat itu kecuali setelah Abu Bakar membacanya. Saat itu aku tercengang sampai-sampai aku merasa kedua kakiku tidak membawaku lagi. Ketika itu aku limbung ke lantai setelah mendengar Abu Bakar membacakan ayat itu, aku baru yakin bahwa Nabi Saw. benar telah wafat”. (HR. Bukhari).
Sahabat,
Itulah keutamaan Sayyidina Abu Bakar Shiddiq ra. Ternyata ada perbedaan Maqom di antara para sahabat, sahabat yang 4 (khulafair rosyidin) saja ada perbedaan, apalagi sahabat yang 10 yang telah dijamin surga, apalagi sahabat yang 70 Ahli Shuffah, apalagi sahabat 313 syuhada perang Badar, 700 tentara perang Uhud, 3000 tentara perang Badar, apalagi 100.000 orang jamaah haji wada'?
Nah terlebih-lebih lagi kaum muslimin dan muslimat seluruh penjuru dunia saat ini? Tentu ada perbedaan tentang kadar yang diterimanya dari Nabi.
Menjelaskan keutamaan sayyidina Abu Bakar ash Siddiq ra, Nabi sendiri pernah bersabda tentang keutamaan sayyidina Abu Bakar ra. :
مَا فَضَلَكُمْ اَبُوْ بَكْرٍ بِكَثْرَةِ صَوْمٍ وَلَا صَلَاةٍ بَل بِشَيْءٍ وَقَرَفِی قَلْبِهِ
Maa fadholakum Abu Bakrin bi katsroti shoumin wa laa sholaatin, bal bi syai-in wa qoro fil qolbi
Artinya :
Kelebihan Abu Bakar atas kalian bukanlah dengan banyaknya puasa, bukan pula karena banyak sholat. Tetapi karena sesuatu yang kokoh menghunjam dalam hatinya. (Al Hadits).
Sahabat,
Sebagaimana hadits yang saya kemukakan di atas, bahwa suatu ketika, Nabi sedang bersama para sahabat, kemudian beliau bersabda :
وَاَمَّا تَلْقِيْنُهُم جَمَاعَتًا فَقَدْ رَوَی شدَّادٌ بْنِ اَوْسٍ : كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صلَ ا للَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمُ: فَقَا لَ النَّبِيُّ: هَلْ فِيْكُمْ غَرِيْبْ؟ يَعْنِي مِنْ اَهْلِ الْكِتَابَ؟ فَقُلْتُ : لَا. فَاَمَرَ بِغَلْقِ الْبَابِ وَقَالَ : اَرْفَعُوْ اَيْدِيَكُمْ، وَقُوْلُوُا لَا اِلٰهَ اِلَّا اللَّهُ
Wa ammaa talqiinuhum jamaa 'atan fa qod rowaa Syaddaadun ibni Aus: Kunnaa 'indannabiyyi sholallahu 'alaihi wa sallam. Qolannabiyyu sholallahu 'alaihi wa sallam: Hal fiikum ghoriib? (yakni min ahlil kitaab). Fa qultu : Laa. Fa amaro bi gholqil baabi, wa qoola : arfa'uu aidiikum, wa quuluu Laa ilaaha illalloh.
Artinya :
Adapun talqin Rosululloh Saw. kepada para sahabat secara berjamaah, Syadda bin Aus meriwayatkan. Kami berada bersama Nabi. Beliau lalu bersabda : Apakah ada Ahli Kitab di antara kalian? Aku menjawab : Tidak ada. Lalu Risululloh Saw. menyuruhku menuyup pintu, dan beliau bersabda : angkat tangan kalian dan ucapkan Laa Ilaaha Illalloh.
Penjelasan pangersa Abah Aos ra. Dalam hadits tersebut du sebut "Baabi" Pintu), bukan pintu-pintu". Itu artinya, pintunya itu cuma satu. Berarti ketika itu Nabi Saw. sedang berada di dalam Ka'bah bersama para sahabat. Tempatnya terbatas, tidak semua sahabat hadir ketika itu. Peristiwa itulah kemudian kita ketahui dengan Talqin Dzikir secara berjamaah. Dan inilah pintu masuk bagi sesorang yang ingin diangkat Alloh menjadi Wali Alloh (Orang yang Khusus di sisi Alloh).
Orang orang khusus memiliki hubungan yang khusus dengan Alloh Swt., bukan hanya sekedar hubungan seorang hamba dengan Sang Kholiq semata, tetapi hubungan antara hamba dengan Tuhan itu seperti hubungan Jual-Beli antara si Penjual dengan si Pembeli. Sebagaimana diterangkan oleh Alloh Swt. dalam Firman-Nya :
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ۚ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ ۚ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ ۚ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Artinya :
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At Taubah : 111).
Itulah jual beli yang mereka lakukan, yaitu mereka telah berbai'at (berjanji setia) untuk taat kepada kepada Alloh dan Rosul-Nya.
إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ ۚ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَىٰ نَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
Artinya :
Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar. (QS. Al Fath : 10).
Inilah ajaran tasawuf, Islam bukanlah hanya kumpulan hukum-hukum syariat saja. Akan tetapi puncak dari ajaran Islam itu adalah akhlaqul karimah, buah dari melaksanakan hukum-hukum syariat. Nabi bersabda :
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
Innamaa bu'itstu li utammi maa makaarimal akhlaq
Artinya :
Sungguh aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq.
Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Wa maa arsalnaaka illaa rohmatal lil'aalamiina
Artinya :
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al Anbiya : 107).
Shodaqollohul 'azhiim.
Wallohu'alam bishshowah.
Tabik,🍒
Mahmud J. Al Maghribaen
Petani Pohon Anti Gempa 108
TQN Ma'had Suryalaya
Wallohu Muwafiq Ilaa aqwaamiththooriq
Wassalamu'alaikum WrWb.
Ket.
Bersama Abah Jagat (Pemilik Angka 21), Kiyai Adnan, Prof. Komarudin Hidayat (Guru Besar Tashawwuf).
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. UNTAIAN MUTIARA TQN SURYALAYA - SIRNARASA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger