Home » » HIKMAH MALAM KE-21 17-06-2020

HIKMAH MALAM KE-21 17-06-2020

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Senin, 22 Juni 2020 | 02.53

HIKMAH MALAM KE-21
ILMU TASHAWWUF
Assalamu'alaikum wr wb,
Sahabat yang budiman,
Menjelaskan ilmu Tashawwuf itu gampang-gampang susah, karena sasarannya adalah hakikat, sedang hakikat itu adalah Batin.
Ketika berbicara tashawwuf, dari dulu hingga sekarang, kita sering dihadapkan dengan pertanyaan, "Kalau memang ada ilmunya, mengapa Rosululloh tidak mengajarkannya kepada kaum muslimin ketika itu? Seandainya memang ada ilmu tash dicontohkan oleh Rosululloh Saw.? Dan bukankah Agama Islam ini telah sempurna?
Bukankah Firman Alloh dalam QS. Al Maaidah ayat 3 :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Al yauma akmaltu lakum diinukum, wa atmamtu 'alaikum ni'matii, wa rodhiitu lakumul islaama diinan
Artinya :
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS. Al-Maidah: 3).
Dan juga bukankah Nabi telah meninggal dua perkara, yaitu Al Quran dan Sunnah? Sebagaimana sabdanya :
تَـرَكْتُ فِـيْكُمْ اَمْرَيــْنِ لَـنْ تَضِلُّـوْا مَا تَــمَسَّكْـتُمْ بِـهِمَا: كِـتَابَ اللهِ وَ سُنَّـةَ نَـبِـيِّهِ
Taroktu fiikum amroini lan tadhilluu maa tamassakum bi himaa: Kitabullohi wa sunnata nabiyyihi.
Artinya :
Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu : Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya”. [HR. Ibnu Abdil Barr].
Itulah sederet pertanyaan yang diajukan kepada kita kalau kita mendakwahkan ajaran tashawwuf. Dan biasanya kalau kita tidak siap, kita akan bingung untuk menjawabnya, sebab seperti yang saya kemukakan di atas, bahwa ajaran tashawwuf itu bersifat Batin. Karena gak siap, akhirnya menjawab sekenanya saja.
Sahabat,
Apakah benar demikian? Bahwa ajaran tashawuf itu tidak ada dalilnya?
Tentu saja tidak, tashawwuf itu adalah ajaran Islam. Kalau ada ajarannya, tentu ada contohnya. Ketahuilah, ulama yang mengajarkan tashawwuf itu bukan ulama sembarangan, tapi ulama yg rosikh, yaitu ulama yang mendalam ilmunya.
Dalil Pertama
Sebagai contoh, ketika saya membaca Kitab Miftahussudur, karya Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul 'Arifin Qs. (Abah Anom). Pada Pasal 3 : Tentang Talqin Dzikir, beliau besabda :
وَلِقَوْلِهِ عَلَيْهِ السَّلَامُ لِعَلِيِّ كَرَمَ اللَّهُ وَجْهَهُ: يَا عَلِيُّو اِغْمِضْ عَنَيْكَ وَالْصَكْ شَفَيْكَ وَاَعْلِ لِسَانَكّ وَقُلْ اللَّهُ اللَّهُ.
وَهَذِهِ نِسْبَةُ الصَدِّيْقِ الْاَعْظَمِ الَّتِيْ اَخَذَهَا بَاطِنًاعَنِ النَّبِيِّ
Wa liqaulihi 'alaihissalaamu li'aliyyi karomallohu wajhah : Yaa Aliyyu ighmidh 'anaika wal shok syafaika wa a'li lisaanaka wa qul Allohu Alloh.
Wa hadzihi nisbahush shiddiiqil a'zhomil latii akho dzaha baathinan 'aninnbiyyi
Artinya :
Juga berdasarkan sabda Rosululloh kepada Ali, semoga Alloh memuliakan wajahnya : Wahai Ali, pejamkan matamu, lekatkan kedua bubirmu, dan lipatkan lidah pada langit-langit mulut dan katakan Allohu Alloh.
Inilah asal usul dzikir yang diambil oleh Abu Bakar ash Shiddiq secara batin dari Nabi Muhammad Saw.
Itulah Dasar Ilmu Tashawwuf yang diajarkan Nabi kepada Sayyidina Ali kw. Oleh karena itu kemudian Sayyidina 'Ali kw. dikatakan oleh Nabi sebagai Pintu Gerbang Kota Ilmu. Sebagaimana Sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam :
أنا مَدِينَةُ العلمِ وعليٌّ بابُها فمَنْ أرادَ المدينةَ فَلْيَأْتِها من قِبَلِ البابِ
Anaa madiinatul 'ilmi wa Alii baabuhaa. Fa man arodal madiinata fal ya'tihaa man qibalil baabi
Artinya :
Saya adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya, maka barangsiapa yang menginginkan ilmu hendaklah mendatanginya dari arah pintunya.
Hadits ini diriwayatkan oleh Ath Thabroni, Al Hakim, Asy Syakir dari Ibnu Abbas ra. Al Hakim mengatakan bahwa hadits ini shohih. Al Hakim hidup pada tahun 321 H - 405 H. Beliau ahli hadits asal Naisabur, Khurasan. Tercatat guru beliau berjumlah 1000 orang. Pendapat Al Hakim tentang hadits ini dibantah oleh Adz Dzahab. Adz Dzahab ini hidup pada tahun 673 H - 748 H. Gurunya yang paling ia kagumi adalah syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Hadits ini juga dbantah oleh Ibnu Taimiyah. Karena menurutnya tidak mungkin sumber ilmu itu hanya satu, apalagi Ali hanya sedikit mengajarkan ilmu.
Demikian juga menurut Adz Dzahab hadits ini Palsu. Sebab salah satu perawinya seorang pendusta, bahkan Adz Dzahab berkata kasar kepada Al Hakim, "Sungguh bodoh engkau padahal engkau orang yang berilmu".
Sebenarnya tidak heran kalau ada ulama yang membantah hadits ini. Sebab sejak zaman dahulu ketika kaum Khowarij mendengar hadits ini, mereka sudah menolaknya. Bahkan mereka berkumpul dan merencanakan untuk mengetes sayyidina Ali dengan mengajukan pertanyaan yang sama kepadanya tiap-tiap orang. Mereka berjumlah 7 orang bertanya kepada sayyidina Ali, "Lebih utama mana antara Ilmu dan Harta?"
Atas pertanyaan itu, sayyidina Ali memberikan jawaban yang sama yaitu "Lebih utama Ilmu". Namun alasannya berbeda-beda antara orang yang satu dengan lainnya lainnya.
Alasannya :
1. Kalau ilmu menjagamu. Namun, harta, engkau yang harus menjaganya.
2. Jika ilmu adalah warisan nabi, harta adalah warisan Qorun yang terkutuk.
3. Ilmu jika ditasarufkan, akan bertambah. Sedang harta, jika ditasarufkan akan berkurang,
4. Andai kau memilih ilmu, kau akan mendapat julukan yang baik, namun jika harta, julukan buruk yang kau dapat,
5. Ilmu itu menerangi hati, sedangkan harta mengeraskan hati.
6. Ilmu jika dibiarkan tidak apa-apa, namun harta jika dibiarkan akan rusak.
7. Ilmu ketika di hari kiamat akan menolongmu, namun harta akan menjadi penyebab lamanya hisab di hari kiamat.
Setelah mendengar jawaban sayyidina Ali tersebut barulah mereka sadar akan keutamaan sayyidina Ali di bidang Ilmu.
Kalau dahulu saja kaum khowarij tidak percaya, maka tidak heran kalau sekarang ada yang mengatakan hadits ini palsu. Sudah biasa mereka mengatakan seperti itu, mereka katakan hadits kami shohih, hadits anda palsu, sholat kami seperti sholat Nabi, sholat anda sia-sia, amal kami benar amal kamu salah, kami sunnah kamu bid'ah, ajaran guru kami benar ajaran gurumu sesat, kami masuk surga kamu masuk neraka. Ucapan-ucapan itu sudah biasa bagi mereka, Masya Alloh.
Nah, setelah saya membaca Kitab Miftahussudur tersebut, semakin jelas keyakinan saya terhadap hadits tersebut. Beliau bersabda, "Wa hadzihi nisbahush shiddiiqil a'zhomil latii akho dzaha baathinan 'aninnbiyyi", yang artinya, "Inilah asal usul dzikir yang diambil oleh Abu Bakar ash Shiddiq secara batin dari Nabi Muhammad Saw.".
Seandainya Rosulullow Saw. tidak bersabda kepada sayyidna Ali kw. tentang Dzikir Khofi ini, niscaya Dzikir ini tidak akan bisa sampai kepada kita sekarang. Sebab sayyidina Abu Bakar as Shiddiq ra. tidak akan bicara.
Karena ada sabda Nabi, "Wahai Ali, pejamkan matamu, lekatkan kedua bibirmu, dan lipatkan lidah pada langit-langit mulut dan katakan Allohu Alloh", maka dzikir ini sampai kepada kita sekarang. Dan tidak akan kita tahu dengan dzikir ini kalau tidak lewat sayyidina Ali kw. (pintunya) melalui proses Talqin Dzikir dari Guru Mursyid kita, dari Gurunya, ke Gurunya, Gurunya, Gurunya, terus sampai kepada sayyidina Ali bin Abu Tholib kw. sampai kepada Rosululloh Saw.
Berkata ahli Tashowwuf :
الْاِنْسَانِ شَيْخًايُرْشِدُهُ اِلَی زَوَالِ تِلْكَ الصِّفَاتِ الَّتِيْ تَمْنَعَهُ مِنْ حَضْرَۃِ ﷲِ تَعَالَی بِقَلْبِهِ لِتَصِحَّ صِلَاتُهُ مِنْ بَابِ مَلَا يَتِمُّ الْوَا جِبُ اِلَّا بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ
waqoola sya'roni fil anwaaru qudsyiah, qod ajma'a ahluth thoriqoti 'alaa wujuubit tikhoodzil insaani syaikho yursyiduhu ilaa zawaali tilkash shifaatil latii tamna'ahu min hadhrotillaahi ta'alaa biqolbihi lita shihhi shilaatuhu min baabi, maa laa yutimmul waajibu illaa bihi fahuwa waajib
Artinya :
Asy Sya'roni berkata dalam kitab Al Anwaru Qudsyiah: Para ulama ahli thoriqot sepakat bahwa seorang murid harus mengambil guru seorang syaikh yang dapat membimbingnya menghilangkan sifat-sifat yang menghalangi hatinya dekat dengan Alloh Swt., agar hubungannya dengan Alloh menjadi benar. Ini termasuk kategori kaidah ushul fiqih: "Sesuatu yang tanpanya yang wajib tak dapat terwujud hukumnya juga wajib".
Dalil Kedua
Sebagaimana sebuah hadits. Suatu ketika, Nabi sedang bersama para sahabat, kemudian beliau bersabda :
وَاَمَّا تَلْقِيْنُهُم جَمَاعَتًا فَقَدْ رَوَی شدَّادٌ بْنِ اَوْسٍ : كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صلَ ا للَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمُ: فَقَا لَ النَّبِيُّ: هَلْ فِيْكُمْ غَرِيْبْ؟ يَعْنِي مِنْ اَهْلِ الْكِتَابَ؟ فَقُلْتُ : لَا. فَاَمَرَ بِغَلْقِ الْبَابِ وَقَالَ : اَرْفَعُوْ اَيْدِيَكُمْ، وَقُوْلُوُا لَا اِلٰهَ اِلَّا اللَّهُ
Wa ammaa talqiinuhum jamaa 'atan fa qod rowaa Syaddaadun ibni Aus: Kunnaa 'indannabiyyi sholallahu 'alaihi wa sallam. Qolannabiyyu sholallahu 'alaihi wa sallam: Hal fiikum ghoriib? (yakni min ahlil kitaab). Fa qultu : Laa. Fa amaro bi gholqil baabi, wa qoola : arfa'uu aidiikum, wa quuluu Laa ilaaha illalloh.
Artinya :
Adapun talqin Rosululloh Saw. kepada para sahabat secara berjamaah, Syaddat bin Aus meriwayatkan. Kami berada bersama Nabi. Beliau lalu bersabda : Apakah ada Ahli Kitab di antara kalian? Aku menjawab : Tidak ada. Lalu Risululloh Saw. menyuruhku menuyup pintu, dan beliau bersabda : angkat tangan kalian dan ucapkan Laa Ilaaha Illalloh.
Syaddat ini adalah anaknya Aus bin Tsabit. Keponakan dari Hasan bin Tsabit penyair yang terkenal itu. Nama lengkapnya adalah Syaddat bin Aus bin Tsabit bin Mundzair Al Khasraj Al Anshari, biasa dipanggil Abu Ya'la. Ia pernah ditugaskan Sayyidina Umar bin Khattab menjadi Gubernur wilayah Himsh (Syiria).
Setelah Usman bin Affan ra. terbunuh, ia kemudian mengasingkan diri dan memfokuskan untuk beribadah. Ia sosok sahabat yang terkenal fasih, penyabar dan bijaksana. Keistimewaannya, sejak beliau masuk Islam, dia tidak pernah berbicara di depan forum, melainkan hadirin yang mendengarnya akan terbungkam.
Ia meriwayatkan 50 hadits dari Nabi yang dikenal dengan Hadits Syaddat bin Aus.
Ia pernah merantau ke Palestina dan menetap di sana hingga wafat di Al Quds pada tahun 58 H. dalam usia 75 tahun.
Sahabat,
Ada hal menarik ketika Nabi Saw. menyampaikan khutbah pada haji wada'. Sangat jelas tergambar tingkatan Maqom dari kaum muslimin. Ada yang di maqom umum ada juga yang maqom khusus.
Maka timbul pertanyaan, apakah ada hamba Alloh yang umum dan yang khusus itu? Bukankah ajaran Islam itu sama untuk semua umat Islam? Bukankah agama Islam ini telah sempurna? Sebagaimana Firman Alloh dalam QS. Al Maaidah ayat 3 :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Al yauma akmaltu lakum diinukum, wa atmamtu 'alaikum ni'matii, wa rodhiitu lakumul islaama diinan
Artinya :
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS. Al-Maidah: 3).
Dan bukankah pada saat khutbahnya Nabi Saw. juga telah bersabda :
تَـرَكْتُ فِـيْكُمْ اَمْرَيــْنِ لَـنْ تَضِلُّـوْا مَا تَــمَسَّكْـتُمْ بِـهِمَا: كِـتَابَ اللهِ وَ سُنَّـةَ نَـبِـيِّهِ
Taroktu fiikum amroini lan tadhilluu maa tamassakum bi himaa: Kitabullohi wa sunnata nabiyyihi.
Artinya :
Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu : Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya”. [HR. Ibnu Abdil Barr].
Sahabat yang budiman,
Sebenarnya sudah sejak zaman ketika Rosululloh Saw. masih hidup, sudah ada umat Nabi yang kategori umum dan kategori yang khusus.
Mengapa demikian?
Tentu bagi kaum muslimin yang dekat, belajar Islamnya langsung kepada Nabi Saw., sedangkan bagi kaum muslimin yang jauh, tidak semuanya belajar langsung ke Nabi, tetapi melalui para sahabat r.a.
Sabda Nabi Saw, :
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ
Fa 'alaikum bi sunnati wa sunnatil khulafaair rosyidiin
Artinya :
Maka wajib bagi kamu berpegang kepada sunnahku dan sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus. (H.R Abu Dawud).
Sahabat yang dekat kediamannya pasti pernah masuk ke rumah Nabi, bahkan ada juga sahabat yang jauh datang dan masuk ke rumahnya Nabi., makanya kita sering mengirimkan Al Faatihah kepada mereka :
اِلٰى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفٰى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلٰى اٰلِهٖ وَاَصْحَابِهٖ وَاَزْوَاجِهٖ وَذُرِّيّٰتِهٖ وَاَهْلِ بَيْتِهٖ وَلِمَنْ دَخَلَ فِي بَيْتِهٖ اَجْمَعِيْنَ كُلُّ شَيْئ ٍ لِلّٰهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
Artinya :
Yaa Alloh semoga disampaikan bacaan fatihah ini kehadapan Nabi Besar Muhammad Saw. dan kepada keluarganya, sahabat, istri, anak cucu dan ahli baitnya dan bagi siapa saja yang masuk di dalam rumahnya. Segala sesuatu hanya milik Alloh, untuk mereka (kami) hadiahkan, Al-Faatihah
Nah Sahabat yang bertemu Nabi inilah yang mendapatkan bimbingan secara khusus dari Nabi Muhammad Saw. Tapi sudah tentu bagi mereka yang bersungguh-sungguh, maka kesungguhan itu akan menghantarkan mereka kepada kedudukan yang khusus pula di sisi Alloh dan Rosul-Nya.
Sebagai contoh, kedudukan Sayyidina Abu Bakar ra. Jika dibandingkan dengan sahabat lainnya :
Perhatikan, ketika Nabi menyampaikan khutbah di haji wada'. Ketika itu beliau menyampaikan Firman Alloh Swt. :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Al yauma akmaltu lakum diinukum, wa atmamtu 'alaikum ni'matii, wa rodhiitu lakumul islaama diinan
Artinya :
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS. Al-Maidah: 3).
Ketika itu para sahabat semua bergembira mendengarnya, mereka berkata, "Agama kita telah sempurna, agama kita telah sempurna". Namun tidak dengan Abu Bakar ra. setelah mendengar itu beliau langsung pulang, masuk ke kamar mengunci pintunya dan menangis sekuat-kuatnya. Beliau menangis tak henti-hentinya dari pagi hingga malam. Sehingga berita ini kemudian terdengar oleh para sahabat beliau, mereka berkumpul di depan rumah Abu Bakar. Mereka berkata, "Wahai Abu Bakar, apa gerangan yang terjadi sehingga begini keadaanmu, seharusnya kamu berbahagia karena agama kita telah sempurna".
Jawab Abu Bakar, "Wahai sahabatku, kalian tidak tahu tentang musibah yang menimpamu. Tidakkah kamu tahu apabila suatu perkara itu telah sempurna, maka akan keliahatanlah kekuarangannya. Dengan turunnya ayat tersebut, itu pertanda bahwa kita akan berpisah dengan Rosululloh Saw.".
Benar saja sekitar tiga bulan kemudian, Rosululloh Saw. terkena demam panas, semakin hari semakin tinggi demamnya, sampai-sampai beliau tidak mampu lagi bangkit dari tempat tidur beliau. Setelah mengimami sholat dhuhur, itulah terakhir kali beliau mengimami para sahabat. Selanjutnya manakala beliau mendengar suara adzannya Bilal ra. Beliau menunjuk Abu Bakar ra. untuk menjadi Imam sholat menggantikan beliau. Selang beberapa lama kemudian Nabi Saw. pun wafat.
Ketika mendengar berita bahwa Rosululloh Saw. wafat, kaum Muslimin waktu itu terpecah. Di antara mereka ada yang Murtad (kembali ke belakang), ada yang tidak percaya, termasuk sayyidina Umar bin Khattab ra., mendengar kabar Rosululloh Saw. ia gusar. Beliau berdiri dengan suara yang lantang, “Laki-laki dari kaum munafik membuat isu bahwa Rosululloh Saw. telah wafat. Rosululloh Saw. sesungguhnya masih hidup. Ia hanya pergi menemui Robb-nya sebagaimana Musa bin Imran pergi meninggalkan kaumnya selama empat puluh hari, kemudian kembali kepada mereka, dan itu setelah diisukan bahwa ia telah mati. Demi Allah, Rosululloh Saw. akan kembali dan akan memotong tangan dan kaki laki-laki yang menyebarkan isu bahwa beliau telah wafat".
Ketika Sayyidina Umar tengah berbicara di depan banyak orang tersebut, Sayyidina Abu Bakar keluar dari kediaman Rosululloh Saw. dan menyuruhnya untuk duduk. “Wahai Umar, duduklah!” ujar Abu Bakar. Namun Umar enggan menuruti suruhan itu, akan tetapi orang-orang segera meninggalkanya dan menghadapkan wajah mereka ke arah Abu Bakar Shiddiq ra.
Pada saat inilah Abu Bakar tampil untuk menasihati kaum Muslimin. Beliau bersabda : “Amma Ba’du, barangsiapa di antara kalian yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah wafat. Dan barang siapa di antara kalian yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah hidup dan takkan pernah mati."
Lalu beliau mengutip Firman Alloh Swt. :
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِينْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ ۚ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا ۗ وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ
Wa maa muhammadun illaa rosuulun qod kholat min qoblihir rusulu. Afa-iimmaata auqutilan qolabtum 'alaa a'qoobikum? Wa man yanqolib 'alaa 'aqibayhi, falayyadhurrolloha syai-an. Wa sayaj zillaahusy-syaakiriina.
Artinya :
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. Ali Imron : 144).
Ibnu Musayyab meriwayatkan bahwa Umar mengatakan, “Demi Allah, aku tidak ingat ayat itu kecuali setelah Abu Bakar membacanya. Saat itu aku tercengang sampai-sampai aku merasa kedua kakiku tidak membawaku lagi. Ketika itu aku limbung ke lantai setelah mendengar Abu Bakar membacakan ayat itu, aku baru yakin bahwa Nabi Saw. benar telah wafat”. (HR. Bukhari).
Sahabat,
Itulah keutamaan Sayyidina Abu Bakar Shiddiq ra. Ternyata ada perbedaan Maqom di antara para sahabat, sahabat yang 4 (khulafair rosyidin) saja ada perbedaan, apalagi sahabat yang 10 yang telah dijamin surga, apalagi sahabat yang 70 Ahli Shuffah, apalagi sahabat 313 syuhada perang Badar, 700 tentara perang Uhud, 3000 tentara perang Badar, apalagi 100.000 orang jamaah haji wada'?
Nah terlebih-lebih lagi kaum muslimin dan muslimat seluruh penjuru dunia saat ini? Tentu ada perbedaan tentang kadar yang diterimanya dari Nabi.
Menjelaskan keutamaan sayyidina Abu Bakar ash Siddiq ra, Nabi sendiri pernah bersabda tentang keutamaan sayyidina Abu Bakar ra. :
مَا فَضَلَكُمْ اَبُوْ بَكْرٍ بِكَثْرَةِ صَوْمٍ وَلَا صَلَاةٍ بَل بِشَيْءٍ وَقَرَفِی قَلْبِهِ
Maa fadholakum Abu Bakrin bi katsroti shoumin wa laa sholaatin, bal bi syai-in wa qoro fil qolbi
Artinya :
Kelebihan Abu Bakar atas kalian bukanlah dengan banyaknya puasa, bukan pula karena banyak sholat. Tetapi karena sesuatu yang kokoh menghunjam dalam hatinya. (Al Hadits).
Sahabat,
Sebagaimana hadits yang saya kemukakan di atas, bahwa suatu ketika, Nabi sedang bersama para sahabat, kemudian beliau bersabda :
وَاَمَّا تَلْقِيْنُهُم جَمَاعَتًا فَقَدْ رَوَی شدَّادٌ بْنِ اَوْسٍ : كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صلَ ا للَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمُ: فَقَا لَ النَّبِيُّ: هَلْ فِيْكُمْ غَرِيْبْ؟ يَعْنِي مِنْ اَهْلِ الْكِتَابَ؟ فَقُلْتُ : لَا. فَاَمَرَ بِغَلْقِ الْبَابِ وَقَالَ : اَرْفَعُوْ اَيْدِيَكُمْ، وَقُوْلُوُا لَا اِلٰهَ اِلَّا اللَّهُ
Wa ammaa talqiinuhum jamaa 'atan fa qod rowaa Syaddaadun ibni Aus: Kunnaa 'indannabiyyi sholallahu 'alaihi wa sallam. Qolannabiyyu sholallahu 'alaihi wa sallam: Hal fiikum ghoriib? (yakni min ahlil kitaab). Fa qultu : Laa. Fa amaro bi gholqil baabi, wa qoola : arfa'uu aidiikum, wa quuluu Laa ilaaha illalloh.
Artinya :
Adapun talqin Rosululloh Saw. kepada para sahabat secara berjamaah, Syadda bin Aus meriwayatkan. Kami berada bersama Nabi. Beliau lalu bersabda : Apakah ada Ahli Kitab di antara kalian? Aku menjawab : Tidak ada. Lalu Risululloh Saw. menyuruhku menuyup pintu, dan beliau bersabda : angkat tangan kalian dan ucapkan Laa Ilaaha Illalloh.
Penjelasan pangersa Abah Aos ra. Dalam hadits tersebut du sebut "Baabi" Pintu), bukan pintu-pintu". Itu artinya, pintunya itu cuma satu. Berarti ketika itu Nabi Saw. sedang berada di dalam Ka'bah bersama para sahabat. Tempatnya terbatas, tidak semua sahabat hadir ketika itu. Peristiwa itulah kemudian kita ketahui dengan Talqin Dzikir secara berjamaah. Dan inilah pintu masuk bagi sesorang yang ingin diangkat Alloh menjadi Wali Alloh (Orang yang Khusus di sisi Alloh).
Orang orang khusus memiliki hubungan yang khusus dengan Alloh Swt., bukan hanya sekedar hubungan seorang hamba dengan Sang Kholiq semata, tetapi hubungan antara hamba dengan Tuhan itu seperti hubungan Jual-Beli antara si Penjual dengan si Pembeli. Sebagaimana diterangkan oleh Alloh Swt. dalam Firman-Nya :
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ۚ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ ۚ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ ۚ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Artinya :
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At Taubah : 111).
Itulah jual beli yang mereka lakukan, yaitu mereka telah berbai'at (berjanji setia) untuk taat kepada kepada Alloh dan Rosul-Nya.
إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ ۚ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَىٰ نَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
Artinya :
Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar. (QS. Al Fath : 10).
Inilah ajaran tasawuf, Islam bukanlah hanya kumpulan hukum-hukum syariat saja. Akan tetapi puncak dari ajaran Islam itu adalah akhlaqul karimah, buah dari melaksanakan hukum-hukum syariat. Nabi bersabda :
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
Innamaa bu'itstu li utammi maa makaarimal akhlaq
Artinya :
Sungguh aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq.
Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Wa maa arsalnaaka illaa rohmatal lil'aalamiina
Artinya :
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al Anbiya : 107).
Shodaqollohul 'azhiim.
Wallohu'alam bishshowah.
Tabik,🍒
Mahmud J. Al Maghribaen
Petani Pohon Anti Gempa 108
TQN Ma'had Suryalaya
Wallohu Muwafiq Ilaa aqwaamiththooriq
Wassalamu'alaikum WrWb.
Ket.
Bersama Abah Jagat (Pemilik Angka 21), Kiyai Adnan, Prof. Komarudin Hidayat (Guru Besar Tashawwuf).
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. UNTAIAN MUTIARA TQN SURYALAYA - SIRNARASA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger