Periode
perkembangan Islam, di Nusantara yang mengambil waktu abad ke-13, sering
dikacaukan sebagai periode masuknya agama Islam ke Nusantara. Masuknya terjadi
pada abad ke-7 M, perkembangannya terjadi ditandai dengan danya kekuasaan
politik yang menata masyarakat Islam. Hal ini dimulai pada abad ke-9 M,
ditandai dengan berdirinya Perlak. Kemudian sejarah menjelaskan adanya Leran
Gresik Jawa Timur di bawah pimpinan Fatimah binti Maimun Hibatullah pada bad
ke- 11 M. [1]
Dua abad sebelum didirikannya kekuasaaan Majapahit yang mengambil lokasi di
Trowulan Mojikerto Jawa Timur pada 1292 M.
Masuk
dan perkembangan Islam di Indonesia mempunyai ciri tersendiri. Tidak
sebagaimanan yang digambarkan oleh sementara penulis sejarah. Sebaliknya
dinyatakan oleh Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam, kedatangannya bukanlah bertindak sebagai
penakluk seperti halnya Spanyol di abad ke-16 M. Juga tidak menggunakan
pedang sebagai alat memaksa pemindahan agama, atau merebut kekuasaan politik
pribumi yang telah ada sebelumnya. Melainkan sebagai pedagang yang mengerahkan
segenap kemampuannya dan peradabannya untuk dibaktikan mengembangkan ajaran
Islam.[2]
Menurut istilah R.A. Kern dalam De Islam In Indonesia penyebaran Islam sebagai the penetration facifique - penetrasi secara damai.[3]
Selain sesuai dengan perkembangan Tarekat mulai mempunyai pengaruh besar di abad ke-6 dan 7 H, di Indonesia gaya perkembangan Islamnya menempuh cara yang sama. Oleh karena itu, Dr. Mukti Ali menyatakan keberhasilan pengembang Islam di Indonesia adalah melauli Tarekat dan Tasawuf. Sejak masuknya Islam bangsa Indonesia mengenal ahli fiqih (fuqoha), ahli theology (mutakallimun), namun yang sangat terkenal dalam sejarah adalah Syaikh al Thariqah :
Hamzah Fansuri,
Syamsyudin dari Pase,
Nur al Raniri, Abd al Rauf
Singkel.
Kemudian menyusul nama Syaikh Tarekat antara lain ;
Syaikh Yusuf Tajul Khalwati,
Sayikh Abdus Shamad al Palimbangi,
Sayikh Muhammad Nafis bin Idris
bin Husein al Banjari,
Pengembang Islam yang terkenal pula sebagai Wali Sanga, sangat dikenal oleh masyarakat Islam Indonesia. Bekerja secara kolektif dengan membagi wilayah dakwahnya atas tiga bagian, dengan pembagian rasionya 5;3;1.
Untuk pengembangan Islam di Indonesia Timur dari Jawa Timur dipimpin oleh lima orang Wali :
Maulana Malik Ibrahim di Gresik
Sunan Ampel atau Sunan Rahmat di
Surabaya
Sunan Giri di Gresik
Sunan Bonong atau Mahdum Ibrahim
di Tuban
Sunan Drajat di Sedayu dekat
Gresik
Untuk wilayah Indonesia Tengah pengembangannya dipimpin dari Jawa Tengah oleh tiga Wali :
Sunan Kudus di Kudus
Sunan Kalijaga atau Sunan Lepen
di Demak
Sunan Muria di Muria dekat Kudus.
Penembangan Islam di Indonesia Barat akibat Agama Islam dating dari barat maka cukup dipimpin oleh seorang Wali berkedudukan di Cirebon, Sunan Syarif Hidayatullah yang dikenal kemudian setelah wafat sebagai Sunan Gunung Jati.
Dari keterkenalan nama-nama Wali Sanga ini ditengan masyarakat Islam Indonesia, sebagai indicator bahwa penyebaran Islam di Indonesia dapat diterima oleh masyarakat Indonesia melalui Tarekat. Apalagi sikap hidup dari Syaikh Tarekat yang berpihak pada kepentingan rakyat, nama dan ajarannya sangat besar pengaruhnya dalam pembentukan pemikiran islamnya rakyat serta para penguasa eksekutif.
Posting Komentar