Home » » TENTANG TALQIN MASAL TQN SURYALAYA

TENTANG TALQIN MASAL TQN SURYALAYA

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Jumat, 21 Desember 2018 | 05.23

Dulu pada tahun 1974 pengersa Abah Anom berkata kepada Abah Aos: "Masih banyak Kiyai yang belum tahu tentang Thoriqoh, yang seharusnya mereka yang lebih dahulu berthoriqoh, tapi malah menjadi penghalang umat untuk berthoriqoh". Lebih jauh beliau mengatakan: "Jika ada orang datang minta ditalqin dzikir, talqinkan segera jangan ditunda, karena mereka minta haknya, siapa tahu malah duluan dia jadi walinya. Kalau diberikan hanya kepada yang memenuhi syarat saja, berapa banyak umat sekarang yang memenuhi syarat, maka dari itu kasian mereka".

Itulah dasar dari kebijakan memudahkan umat untuk belajar thoriqoh di TQN Pondok Pesantren Suryalaya, yang oleh sebagian ahli thoriqoh dianggap bahwa TQN PPS itu terlalu mudah dalam memberikan ilmu thoriqoh kepada orang yang masih awam dalam agama.

Sebagian Ulama Ahli Thoriqoh memandang bahwa amalan thoriqoh adalah amalan orang khusus, amalan para wali, bukan amalan orang yang umum, oleh karena itu tidak semua orang bisa masuk thoriqoh, melainkan hanya orang-orang yang sudah memenuhi syarat saja yang boleh mengamalkan ajaran thoriqoh, sehingga tak jarang ada orang yang datang kepada mursyid untuk minta ditalqin dzikir tapi ditolak- ditunda- oleh mursyidnya dikarenakan ia belum memenuhi syarat untuk menerima ilmu thoriqoh.

Pendapat para ulama ahli thoriqoh tersebut di antaranya berdasarkan keterangan : "Assyari'atu aqwali, wathoriqotu af'ali, wal hakikatu ahwali, wal ma'rifatu ro'sul maali". Yang artinya, "Syari'at itu perkataanku, thoriqoh itu perbuatanku, hakikat itu keadaanku, dan ma'rifat itulah modal yang utama". Berdasarkan keterangan tersebut maka orang yang seharusnya berthoriqoh itu ialah orang yang sudah memahami ilmu-ilmu dalam syariat (ilmu fiqh), sehingga bagi yang belum memadai dalam ilmu syariat maka ia dipandang belum layak untuk mendapatkan ilmu dalam thoriqoh, melainkania ia harus belajar dulu ilmu-ilmu tentang syariat Islam. Dari pemahaman inilah maka sebagian Ulama Ahli Thoriqoh berijtihad, bagi calon murid agar diajarkan terlebih dahulu ilmu secara berjenjang, seperti belajar ilmu tauhid dulu, baru belajar fiqh, kemudian baru yang bersangkutan diajarkan ilmu dalam thoriqoh. Itulah di antara pandangan sebagian ulama ahli thoriqoh (mursyid). Tidak apa-apa, boleh-boleh saja, itu adalah ijtihad ulamanya. Pengersa Abah Sepuh telah mewasiatkan dalam Tanbih : "Jangan menyalahkan pengajaran orang lain"

Namun dalam pandangan pengersa Abah Anom, justru sebaliknya, tanpa melihat latar belakangnya, kalau ada orang yang ingin belajar thoriqoh, langsung diajarkan ilmu thoriqoh kepadanya. Sebagaimana yang beliau sampaikan kepada pengersa Abah Aos, beliau bersabda: "Kalau ada yang datang minta ditalqin dzikir, langsung diberikan, jangan sampai ditunda. Mereka datang itu untuk meminta haknya yang ada pada kita, maka langsung diberikan, siapa tahu duluan dia yang jadi Wali daripada kita". Begitulah pandangan Abah Anom, masih kata beliau: "Kalau untuk mengamalkan ajaran thoriqoh harus seseorang harus dipersyaratkan, maka hanya ada beberapa dari umat ini yang memenuhi syarat, kasian bagi mereka yang tidak memenuhi syarat itu, mereka tidak memiliki kesempatan untuk menjadi orang yang benar dalam thoriqoh".

Kalau dulu, pada masa pengersa Abah Anom, pengersa Abah Aos sering mengatakan: "Kalau tidak diminta tidak dikasih", nah sekarang setelah pengersa Abah Anom tidak ada, Abah Aos mengatakan, "Tidak minta pun dikasih". Kata pengersa Abah Aos, "Dahulu Kanjeng Nabi Muhammad Saw. pertama kali mentalqin itu di dalam Ka'bah, dan bukan atas dasar permintaan. Kalau mereka datang kepada kita berarti ada mau, mau apa? Mau yang sudah menjadi bagiannya, yang disimpan pada kita "wa aatuu haqqohuu yauma hashoodihi" (Dan berikanlah haknya pada hari mengetamnya)- QS. Al An'am : 141- Jangan menunggu diminta. Muballigh TQN Suryalaya- Wakil Talqin- diundang untuk ngaji di hadapan bukan ikhwan TQN, mereka ngundang berarti mereka perlu, kenapa mereka perlu ngundang kita? Karena mereka minta yang ada pada kita, maka kita wajib menyampaikannya, Talqin Masal. Karena mereka tidak akan tahu kalau kita tidak kasih tahu. Itu adalah hak mereka dari Alloh yang dititipkan kepada kita. Berbeda dengan ilmu syariat atau ilmu lahir, yaitu ilmu yang digambarkan oleh Nabi seperti air hujan yang wajib bertanya kalau tidak tahu, maka ilmu batin tidak akan bisa dipelajari- secara teori- tapi harus dirasakan terlebih dahulu, maka untuk itu ilmu itu harus diberikan untuk diamalkan. Kalau sudah diberikan, kemudian diamalkan atau tidak, itu adalah haknya, demikian kata Abah Anom.

Dahulu di zaman Abah Anom, kata pengersa Abah Aos, ada wakil talqin yang mengatakan terkait dengan talqin masal, "Itu kita harus tanggung jawab kalau tidak diamalkan". Pernyataannya tersebut adalah pendapatnya sendiri, sebab ia tidak mendengar apa kata Abah Anom. Kata Abah Anom, "Kita ini hanyalah ketitipan milik mereka, yang ditalqinkan bukan miliki kita tapi milik mereka, yang ada pada diri kita, kalau mereka datang tidak kita berikan, maka kita berdosa, tapi setelah kita berikan milik mereka, kemudian mau diamalkan atau tidak itu urusan mereka". Semoga kita bisa mengamalkan dan istiqomah, makanya kita diwajibkan berdoa  untuk istiqomah, paling tidak 17 kali dalam sehari semalam, yaitu, Ihdinash-shiroothol mustaqiim. Mereka juga dituntut agar supaya istiqomah, dan mereka tidak akan bisa istiqomah kalau tidak ketemu dengan al Mustaqiim (orang yang telah istiqomah), sebab orang kotor tidak akan mampu untuk membersihkan orang lain, "allaa taziru waazirotun wizro ukhroo" (bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain)- QS. An Najm : 38-  Yaitu Ahlinya, tidak akan mampu meyakinkan orang lain kalau dirinya sendiri ragu-ragu, makanya pentingnya "jalisu ahla yaqin (duduk bersama Ahlinya).

Demikianlah, keterangan singkat tentang dalil Talqin Masal di TQN Suryalaya ini, yang oleh sebagian orang dianggap terlalu mudah memasukkan orang ke dalam thoriqoh dengan memberikan talqin dzikir kepada seseorang tanpa mempertimbangkan tingkat kemampuannya dalam ilmu agama. 

Adapun Talqin Masal ini pernah diceritakan oleh Syaddad bin 'Aus r.a.: Pada suatu ketika kami berada dekat Nabi SAW. Nabi Saw. bersabda: "Apakah ada diantaramu orang asing? maka jawab saya, tidak ada". Lalu Rosulullah Saw. menyuruh menutup pintu dan berkata: "Angkat tanganmu dan ucapkanlah Laa Ilaaha Illallaah", seterusnya beliau berkata: "Segala puji bagi Allah wahai Tuhanku, Engkau telah mengutus aku dengan kalimat ini dan Engkau menjadikan dengan ucapannya kurnia syurga kepadaku dan bahwa Engkau tidak sekali-kali menyalahi janji". Kemudian beliau berkata pula: "Belumkah aku memberi kabar gembira kepadamu bahwa Allah telah mengampuni bagimu semua?". Maka Rosululloh Saw, bersabda: "Tidaklah ada segolongan manusiapun yang berkumpul dan melakukan dzikir dengan tidak ada niat lain melainkan untuk Tuhan semata, kecuali akan datang suara dari langit. Bangkitlah kamu semua, kamu sudah diampuni segala dosamu dan sudah ditukar kejahatannya yang lampau dengan kebajikan".

Mereka sesungguhnya berhak atas kalimat taqwa ini, sebagaimana telah difirmankan oleh Alloh Swt dalam Al Qur'an Surat Al Fath : 26 :

إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَىٰ وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا ۚ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
 
Artinya, "Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu".

Dan mereka datang ke Mursyid itu untuk meminta apa yang sudah menjadi haknya, yaitu amalnya, yang sudah ditetapkan oleh Alloh sejak masih di alam Ruh. Sebagaimana Firman Alloh Swt. dalam Al Qur'an Surat Al A'raff ayat 172 :

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
Wa idz akhadza rabbuka min banii aadama min zhuhuurihim dzurriyatahum wa asyhadahum 'alaa anfusihim Alastu birabbikum, qaaluu balaa syahidnaa. Anta quuluu yaumal qiyamaati innaa kunnaa 'an haadzaa ghaafiliina.

Artinya, "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
 
Pada saat Ruh itu ditiupkan, kemudian ditetapkan empat perkara baginya, yaitu Rizqinya, Ajalnya, Amalnya, Kecelakaan dan Kebahagiaannya. Sebagaimana Sabda Rasululloh Saw. :

عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ الله ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ حَدَّثَنَا رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ: إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةًمِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْسَعِيْدٌ .
'An abii abdirrahmani, Abdillah ibni Mas'ud ra. Qaala haddatsanaa Rasulullah Saw. ashshaadiqul mashduuq: Inna ahadakum yujma'u khalquhuu fii bathni ummihi arba'iina yauman nuthfatan, tsumma yakuunu 'alaqatan mitsla dzalika, tsumma yakuunu mudhghatan mitsla dzalika, tsumma yursalu ilaihil malaku fayanfukhu fiihir ruuha wayukmaruu bi arba'i kalimaati: bi katbi rizqihi wa ajalihi wa amalihi wa syaqiyyun au sa'iidun.

Artinya, "Diriwayatkan dari bapak Abdir Rahman, yaitu Abdullah bin Mas’ud ra. Katanya: Telah menceriterakan kepada kami Rasululloh Saw. (orang yang selalu benar dan dibenarkan) : ”Sesungguhnya salah seorang dari kamu sekalian dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya selama empat pulah hari berupa air mani. Kemudian menjadi segumpal darah dalam waktu empat puluh hari. Kemudian menjadi segumpal daging dalam waktu empat puluh hari. Lalu diutus seorang malaikat kepada janin tersebut dan ditiupkan ruh kepadanya dan malaikat tersebut diperintahkan untuk menuliskan empat perkara, yaitu: menulis rizkinya, batas umur-nya, pekerjaannya dan kecelakaan atau kebahagiaan hidupnya”. (HR. Bukhari).
 
Setelah mereka diberikan haknya, itu adalah miliknya, kemudian terserah kepadanya apakah mau diamalkan atau tidak, itu adalah menjadi tanggung jawab dirinya sendiri. Sebagaimana Firman Alloh Swt. dalam Qur'an Surat Al Fath ayat 10 :

إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ ۚ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَىٰ نَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
Atinya, "Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar".

Alhamdulillah bagi kita yang sudah bertemu dengan Ahlinya (Mursyid) dan mendapatkan apa yang menjadi hak kita melalui Kejembaran Rahmaniyah Pengersa Abah Sepuh, Abah Anom dan Abah Aos Qoddashollohu sirrohum,  semoga kita menjadi Pengamal, Pengaman, dan Pelestari ajaran TQN Pondok Pesantren Suryalaya.

فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Artinya, "Maka bergembiralah kamu dengan bai'atmu, yang telah kamu lakukan, itu adalah kejayaan yang agung". (QS. At Taubah : 111).

Alhamdulillaah, semoga diakui sebagai murid oleh :
Sang Lautan Tanpa Tepi (Abah Sepuh, Abah Anom, Abah Aos).
Tangerang, 21-Desember 2018 / 07 Rabi'ul Akhir 1440 H
Al Faqir,

Mahmud J. Al Maghribaen, S.H., M.Si
Petani Pohon Anti Gempa 108
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. UNTAIAN MUTIARA TQN SURYALAYA - SIRNARASA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger