PENGERTIAN TENTANG THORIQOH DAN SIAPA SAJA YANG SEHARUSNYA MELAKSANAKAN-NYA
ان الطريقة عندهم هي الأخذ بالاحواط في سائر الاعمال ولا يأخذ بالرخص والطريقة ايضا اعتماد السالك علي حالة شاقة كرياضة اي تذليل النفس من قلة اكل وشرب ومن تباعد عن فضول المباحات
"Thoriqoh adalah melakukan / mengamalkan sesuatu dengan cara lebih berhati'' dalam mengamalkan seluruhamalan,dan tidak melakukan hal-hal yang mendapatkan kemurahan (ruhsoh/keringanan) .Thoriqoh juga berpegang teguh pada pengamalan secara istiqomah pada hal-hal yang berat seperti riyadloh,yaitu mengalahkan hawa nafsu dengan sedikit makan dan minum dan menjauhi hal-hal yang di lakukan (mubakhaat)". Dalam keterangan lain di jelaskan :
الطريقة هي العمل بالشريعة والاخذ بعزائمها والبعد عن التساهل فيما ينبغي التساهل فيه وان شئت قلت اجتناب المنهيات ظاهرا او باطنا وامتثال الامر الالهية بقدر الطاقة اوهي اجتناب المحرمات والمكروهات وفضول المباحات واداء الفرائض ومااستطاع من النوافل تحت الرعاية عارف من اهل النهاية
"Thoriqoh adalah mengamalkan syari'at islam dengan cara beersungguh'', menjauhi anggapan-anggapan ringan dari suatu yang tidak ada keringanan apapun,dan kalau kita mau mengatakan,menjauhi semua larangan, Baik secara nyata atau sembunyi (samar). melaksanakan semua perintah alloh menurut kadar kemampuannya,atau Thoriqoh adalah menjauhi semua yang di haramkan.semua larangan dan mengutamakan hal-hal yang boleh oleh syara'.melaksanakan semua perkara yang wajib,dan yang mampu dari perkara sunnah, semua di lakukan atas petunjuk dan bimbingan orang yang 'arif (ma'rifat/yang telah mengetahui hakikat keIlahiyahan yang haq serta kamil mukammil) dari orang-orang yang telah mencapai puncak pencapaian (warid)".
Thoriqoh ( Tarekat ) menurut lughot mempuyai arti jalan dan penambahan huruf Ta’ marbutoh (Ilahiyah) berfaedah menunjukkan kehususan pada tujuan ubudiyah kepada alloh.
Sedangkan makna thoriqoh menurut istilah Tashawwuf adalah Thoriqoh bisa diartikan jalan yang ditempuh seorang hamba ( al-‘abdu / al-saalik ) menuju Ridlo Alloh SWT. Ada pula yang mempersempit pengertian Thoriqoh dengan mendefinisikannya sebagai jalan menuju Ma’rifat billah.
Melihat definisi diatas, maka jelas sekali bahwa pengertian Thoriqoh sangat luas. Thoriqoh tidak hanya dengan berdzikir saja, atau dengan berbagai bentuk wiridan saja, namun bisa juga dengan berbagai bentuk ibadah yang dapat mendekatkan diri kita kepada Alloh SWT. sang pencipta alam semesta. Bisa berupa wirid, dzikir, puasa, ta’lim ( mengajar ), ta’allum ( belajar ) dan berbagai bentuk amal kebajikan lainnya ( lihat risalah al-thoriq fillah ) karya syeikh abu mudhoffar Ra.
Ada juga yang berpendapat bahwasanya : Thoriqoh menurut pandangan berbagai Ulama’ adalah jalan atau bisa disebut Madzhab mengetahui adanya jalan, perlu pula mengetahui "cara" melintasi jalan itu agar tidak kesasar/tersesat. Tujuan Thoriqoh adalah mencari kebenaran ‘indalloh swt , maka cara melintasinya jalan itu juga harus dengan cara yang benar. Untuk itu harus sudah ada persiapan batin, yakni sikap yang benar. Sikap hati yang demikian tidak akan tampil dengan sendirinya, maka perlu latihan-latihan batin tertentu dengan cara-cara yang tertentu pula.
Dan di jelaskan dalam al-qur’an :
وَأَلَّوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لأسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا
Artinya :
"Jika mereka benar-benar istiqomah - (tetap pendirian/terus-menerus diatas Thoriqoh (jalan) itu, sesungguhnya akan Kami beri minum mereka dengan air (hikmah) yang berlimpah-limpah.
(Q.S. Al-Jin : 16)
Dalam pertumbuhan thoriqoh para Ulama Thoriqoh berpendapat dari jumlah Thoriqoh yang tersebar di dunia Islam, khususnya di Indonesia, ada Thoriqoh yang Mu'tabaroh (diakui) dan ada pula Thoriqoh Ghairu Mu'tabaroh (tidak diakui keberadaannya/ keshohehannya / silsilah sanadnya).
Seseorang yang menganut/mengikuti Thoriqoh tertentu dinamai saalik (orang yang berjalan) sedang cara yang mereka tempuh menurut cara-cara tertentu dinamakan suluk. Banyak hal-hal yang hams dilakukan oleh seorang salik bila ingin sampai kepada tujuan yang dimaksud.
Thoriqoh ini merupakan salah satu amaliyah keagamaan dalam Islam yang sebenarnya sudah ada sejak jaman Nabi Muhammad SAW. Bahkan perilaku kehidupan beliau sehari-hari adalah praktek kehidupan rohani yang di jadikan rujukan utama oleh para pengamal thoriqoh dari generasi ke generasi sampai sekarang ini untuk mengkaji ahlak al-karimah dalam berubudiyah ....
Dalam menempuh jalan (thoriqoh) bertujuan untuk mengenal rahasia (sirri) dan mengerti akan haqiqat dinding (hijab) pada DIRI maka mereka mengadakan pengajian, kegiatan batin muamalah ilmu & matla’ah ilmu, riyadoh (latihan-latihan) dan mujahadah (perjuangan) keruhaniyan. Perjuangan yang demikian dinamakan suluk, dan orang yang mengerjakan dinamakan "salik".
Maka cukup jelaslah bahwa Thoriqoh itu suatu sistem atau metode awal untuk menempuh jalan yang pada akhirnya mengenal dan menemukan keyaqinan (haq-al-yaqin) tentangadanya alloh swt .
Dimana seseorang dapat melihat Alloh dengan mata hatinya (ainul bashiroh) sesuai dengan hadist sebagai berikut :
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata :
Pada suatu hari, Rasululloh saw. muncul di antara kaum muslimin.
Lalu datang seorang laki-laki dan bertanya: Wahai oasululloh, apakah Iman itu? Rosululloh saw. menjawab: Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
pertemuan dengan-Nya, rosul-rosul-Nya dan kepada hari berbangkit.
Orang itu bertanya lagi: Wahai Rosululloh, apakah Islam itu?
Rasululloh saw. menjawab:
Islam adalah engkau beribadah kepada Alloh dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, mendirikan sholat fardu, menunaikan zakat wajib dan berpuasa di bulan Romadhon.
Orang itu kembali bertanya: Wahai Rosululloh, apakah Ihsan itu???
Rosululloh saw. menjawab: Engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu. Orang itu bertanya lagi:
Wahai Rosululloh, kapankah hari kiamat itu ?
Rosululloh saw. menjawab: Orang yang ditanya mengenai masalah ini tidak lebih tahu dari orang yang bertanya. Tetapi akan aku ceritakan tanda-tandanya: Apabila budak perempuan melahirkan anak tuannya, maka itulah satu di antara tandanya.
Apabila orang yang miskin papa menjadi pemimpin manusia, maka itu tarmasuk di antara tandanya. Apabila para penggembala domba saling bermegah-megahan dengan gedung.
Itulah sebagian dari tanda-tandanya yang lima, yang hanya diketahui oleh Alloh.
Kemudian Rosululloh saw bersabda dengan firman Alloh Taala:
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sesungguhnya Alloh, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat: dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati.Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS Al-Lukman ayat 34). Kemudian orang itu berlalu, maka Rosululloh saw. bersabda: Panggillah ia kembali ... Para sahabat beranjak hendak memanggilnya, tetapi mereka tidak melihat seorang pun. Rosululloh saw. bersabda: Ia adalah Jibril, ia datang untuk mengajarkan manusia masalah agama mereka.
(HR Bukhari dan Muslim).
Hadist tersebut jelas merupakan tujuan bagi semua orang yang mengaku dan menyatakan muslim, tidak hanya sekedar iman dan islam tetapi juga dituntut untuk menjadi jati diri yang “IHSAN” dan ath-Thariqoh adalah merupakan jalan yang untuk menggapai derajat ihsan dengan baik sesuai tuntunan Alloh dan Rasul-Nya yang di ikat dengan tal-qinHal yang demikian didasarkan pertanyaan Sayidina Ali bin Abi Thalib ra kepada Rosululloh SAW. Ya Rosululloh, manakah jalan yang paling dekat untuk menuju Tuhan.
Jawab Rosululloh : Tidak ada lain, kecuali dengan dzikrulloh.
Dalam hal ini pun Alloh SWT juga menegaskan dalam Firman-Nya di dalam Al-Qur’an Kariim :
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingati Alloh-lah hati menjadi tenteram.
(QS Ar-Ra’d ayat 28)
Perlu diketahui oleh semua para pencari jalan suluk (thoriqoh), mubaya’ah (baiat) dalam arti talqin dzikir dari seorang guru mursyid kepada muridnya bukan mubaya’ah (janji setia) seperti yang dilakukan oleh Rosululloh kepada shahabat-shahabatnya.
Dalam Bai‘at ar-Ridhwan, atau baiatnya seorang rakyat kepada imam atau kepala Negara terpilih seperti baiatnya para shahabat yang mengangkat Sayyidina Abu Bakar menjadi kholifah Rosululloh. Sebab, mubaya’ah dalam thoriqot shufi adalah bentuk talqin dzikir seperti yang dilakukan Rosululloh yang mentalqin dzikir para shahabatnya.
Adapun mubaya’ah para shahabat yang baru saja disinggung di atas adalah mubaya’ah janji setia menjalankan Islam atau janji setia dan tunduk patuh kepada imam terpilih.
Sanad hadits tentang bai’at thoriqot adalah hadits riwayat dari Hasan al-Bashri yang berbai'at dzikir dari Sayyidina Ali dari Rosulalloh (dalam ilmu tasawuf disebut talqin dzikir) dan sanad hadits tentang lubsul khirqoh (berperilaku sebagai shufi yang bersimbol dengan pakaian sederhana) juga diriwayatkan dari Hasan al-Bashri dari Ali, Sanad talqin dzikir dari Hasan al-Bashri tersebut adalah talqin dzikir oleh Rosululloh kepada Sayyidina Ali secara sendirian Sedangkan sanad talqin dzikir secara bersama-sama adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad, al-Bazzar, ath-Thabaroni dan lain-lain dengan sanad hasan. Lihat Lawaqih al-Anwar al-Qudtsiyyah hlm. 11. Hadits talqin tersebut sebagaimana dikatakan syeikh asy-Sya'roni adalah diriwayatkan oleh Syaikh Yusuf al-Ajami, seorang syaikh thoriqot, dalam salah satu risalahnya yang disebutkan dengan sanad yang muttasil sampai Sayyidina Ali.
Namun, sebenarnya hadits tentang dua masalah tersebut, sebagaimana disebutkan oleh syeich Ibnu Hajar al-‘Asqolani dan muridnya, syeich as-Suyuthi adalah hadits yang shohih (muttasil) dan perawinya tsiqah-tsiqah. Artinya juga bahwa Hasan al-Bashri pernah bertemu dengan Sayyidina Ali dan itu adalah pendapat yang shohih. (Lihat hujjah-hujjah as-Suyuthi dalam membela pendapat bahwa Hasan al-Bashri pernah bertemu dengan Sayyidina Ali dalam al-Hawi lil Fatawi 2/96-98.dan Lawaqih al-Anwar al-Qudtsiyyah hal 12 dan 24.
MARI MENGAJI & MENGKAJI SELALU SEMOGA SELALU DALAM LINDUNGAN HIDAYAHNYA SELALU
Sumber : https://www.facebook.com/groups/kumpulan.khidmat.ilmiah.manaqib/1610969389131122/?comment_id=1610972509130810¬if_t=group_comment_reply
Posting Komentar