KEMULIAAN MAJELIS DZIKIR
Oleh : Mahmud Jonsen
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bismillaah, alhamdulillaah, washsholaatu wassalaamu ‘alaa rosulillaah wa ‘alaa aalihi washohbihii waman waalah.
Asyhaduan laa ilaaha illalloh wa asyhaduanna Muhammadan ‘abduhuu warosuuluhu laa nabiyya ba’da.
Faqoolallohu ta’ala fikitabihil kariim, a’udzubillaahi minasyaithonirrojiim, “Fii buyuutin adzinallohu antarfa’a wayudzkaro fiihasmuhuu yusabbihu lahuu fiihaa bil ghuduwwi wal ashooli”. Waqoolan nabiyyu SAW., “Idza marortum bi riyadhil jannati farta’u. Qola: Yaa Rosuululloh, wama riyadhul jannah? Qola: Majalisu Dzikri”.
Shodaqollohul’adziim wa shodaqo rosuuluhul habiibul kariim wa nahnu ‘ala dzaalika laminasysyahidiin was syakiriina walhamdulillaahi robbil’aalamiin.
Ikhwan Akhwat rohiimakumulloh,
Puji syukur ke hadirot Alloh SWT. yang telah memberikan berbagai kenikmatan kepada kita semua, sehingga dengan rahmat dan karunianya itu kita masih dapat mengamalkan berbagai amaliyah yang kita terima dari Guru Mursyid.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., juga kepada keluarganya, sahabatnya, para ulama dan segenap Waliyulloh, juga kepada umatnya yang sholeh hingga akhir zaman. Aamiin.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan, bahwa sesungguhnya dalam amaliyah Manaqib itu memiliki berbagai kemuliaan, dengan manaqib akan mendapatkan rahmat Alloh SWT., senantiasa diliputi ketenangan dan ketentraman, dihadiri oleh para kekasih Alloh, dikelilingi oleh para malaikat dan semua yang hadir dipuji-puji Alloh SWT. dihadapan para malaikat-Nya. Semua itu dikaruniakan Alloh SWT. dikarenakan dalam manaqib senantiasa dipenuhi dengan nuansa dzikir kepada Alloh.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh ra. Dari Nabi SAW., beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah Yang Maha Memberkahi lagi Maha Tinggi memiliki banyak malaikat yang selalu mengadakan perjalanan yang jumlahnya melebihi malaikat pencatat amal, mereka senantiasa mencari Majelis-Majelis Zikir. Apabila mereka mendapati satu Majelis Zikir, maka mereka akan ikut duduk bersama mereka dan mengelilingi dengan sayap-sayapnya hingga memenuhi jarak antara mereka dengan langit dunia. Apabila para peserta majelis telah berpencar mereka naik menuju ke langit.
Beliau melanjutkan: Lalu Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung menanyakan mereka (padahal Dia lebih mengetahui daripada mereka): Dari manakah kamu sekalian? Mereka menjawab: Kami datang dari tempat hamba-hamba-Mu di dunia yang sedang mensucikan, mengagungkan, membesarkan, memuji dan memohon kepada Engkau. Allah bertanya lagi: Apa yang mereka mohonkan kepada Aku? Para malaikat itu menjawab: Mereka memohon surga-Mu. Allah bertanya lagi: Apakah mereka sudah pernah melihat surga-Ku? Para malaikat itu menjawab: Belum wahai Tuhan kami. Allah berfirman: Apalagi jika mereka telah melihat surga-Ku? Para malaikat itu berkata lagi: Mereka juga memohon perlindungan kepada-Mu. Allah bertanya: Dari apakah mereka memohon perlindungan-Ku? Para malaikat menjawab: Dari neraka-Mu, wahai Tuhan kami. Allah bertanya: Apakah mereka sudah pernah melihat neraka-Ku? Para malaikat menjawab: Belum. Allah berfirman: Apalagi seandainya mereka pernah melihat neraka-Ku? Para malaikat itu melanjutkan: Dan mereka juga memohon ampunan dari-Mu. Beliau bersabda kemudian Allah berfirman: Aku sudah mengampuni mereka dan sudah memberikan apa yang mereka minta dan Aku juga telah memberikan perlindungan kepada mereka dari apa yang mereka takutkan.
Beliau SAW. melanjutkan lagi lalu para malaikat itu berkata: “Faya quuluuna robbi fiihim fulaanu “abdu khotoo’u innamaa marro wajalasa ma’ahum. Qola: “Faya quuluu ghofartu humul qoumu laa yasyqo bihim jaliisuhum”. Artinya: “Wahai Tuhan kami! Di antara mereka terdapat si Fulan yaitu seorang yang penuh dosa yang kebetulan lewat lalu duduk ikut berzikir bersama mereka. Beliau berkata lalu Allah menjawab: Aku juga telah mengampuninya karena mereka adalah kaum yang tidak akan sengsara orang yang ikut duduk bersama mereka.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Ikhwan dan akhwat yang berbahagia,
Mengapa orang-orang yang hadir di majelis dzikir/manaqib ialah orang-orang yang telah mendapatkan ampunan dan perlindungan dari Alloh SWT.? Itu karena mereka telah berjanji setia (Talkin) kepada Alloh melalui Kekasih-Nya (Mursyid) untuk senantiasa berdzikir kepada Aloh SWT. sebagaimana Firman-Nya: “Laqod rodhiyallohu ‘anil mu’miniina idz yubaa yiuunaka tahtasy-syajarooti fa’aliima maafii quluubihim, fa-anzalas-sakiinata ‘alaihim wa atsaa bahum fathan qoriiban”. (QS. Al Fath:18). Artinya: “Sesungguhnya Alloh telah ridho terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Alloh mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberikan balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)”. Majelis mereka adalah taman-taman surga, sehingga kepada mereka telah diberikan kenikmatan dalam berdzikir dan beribadah kepada Alloh SWT.
Rosululloh SAW. Berssabda: “Idza marortum biriyadhil jannati farta’u. Qola: “Yaa rosuululloh, wama riyadhul jannah? Qola: “Majalisu Dzikri”. (HR. Ahmad dan At Tirmidzi). Artinya: “Apabila kalian melewati taman-taman surga, singgahlah. Bertanya sahabat: “Wahai rosululloh, apakah taman-taman surga? Rosululloh SAW. Menjawab: “Majelis Dzikir”.
Bapak-bapak, Ibu-ibu yang berbahagia,
Menghadiri manaqib/majelis dzikir adalah salah satu cara untuk mendapatkan ilmu. Mencari ilmu sangatlah penting, karena akan dapat meningkatkan derajat seseorang di sisi Alloh SWT. Sebagaimana Firman Alloh SWT.: “Yaa ayyuhalladzina aamanu idza qiilalakum tafassahu fiil majaalisi fafsahuu yafsahillahu lakum, wa idza qiilan syuzuu fan syuzuu yarfa illahulladziina aamanuu minkum, walladziina uutul ‘ilma darojaati, wallohu bimaa ta’maluuna khobiiro”. (QS. Al Mujaadila:11). Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Hadist rosululloh SAW.: ”Dari Abu Dzar, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: ”Wahai Abu Dzar. Hendaklah engkau pergi, lalu engkau mempelajari satu ayat dari kitab Allah, lebih baik bagimu daripada kamu shalat 100 rakaat. Dan hendaklah engkau pergi, lalu engkau mempelajari suatu bab ilmu yang dapat diamalkan ataupun belum dapat diamalkan, adalah lebih baik daripada kamu shalat 1.000 rakaat.” (HR Ibnu Majah dengan sanad hasan).
Tentang keutamaan lainnya dari majelis ta’klim dapat pula kita fahami dari nasehat Luqmanul Hakim kepada puteranya:
”Hai anakku, ketika kamu melihat jamaah tengah berzikir (mengingat Allah atau membicarakan ilmu) maka duduklah bersama mereka. Jika engkau pandai, maka bermanfaatlah ilmumu, dan jika engkau bodoh, maka kau dapat menimba ilmu dari mereka. Sedangkan mereka mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan rahmat Allah, sehingga engkau akan memperoleh bagian pula.
Dan jika kamu melihat kelompok yang tidak berzikir, maka hati hatilah, jangan mendekati mereka. Jika engkau pandai tiada manfaat ilmu yang ada padamu, sedangkan jika engkau bodoh, maka itu akan menambah kesesatanmu. Ada kemungkinan mereka akan menerima marah Allah, sehingga engkau akan ikut tertimpa marah Nya”.
Dalam kitab Tanbihul Ghofiliin diterangkan, bahwa orang yang duduk menghadiri Majelis Dzikir/Ta’lim, sekalipun tidak dapat mengingat ilmu yang disampaikan, akan meperoleh tujuh kemuliaan:
1. Kemuliaan orang yang menuntut ilmu
2. Mengekang kelakuan dosa selama duduk dalam majelis
3. Ketika berangkat menuju majelisnya dilimpahi rahmat Allah
4. Akan ikut memperoleh rahmat yang dilimpahkan Allah kepada majelis
5. Dituliskan sebagai amal kebajikan sepanjang memperhatikan apa yang dibicarakan
6. Diliputi para malaikat dengan sayapnya
7. Setiap langkah ditulis sebagai kebaikan dan sebagai penebus dosa.
Bahkan jika ia dapat menyimak apa yang dibahas dalam majelis maka ia akan mendapatkan kemuliaan yang lebih, sebagaimana yang dikatakan oleh Umar bin Khatab ra.: ”Terkadang orang keluar rumah dengan menanggung dosa sebesar gunung Thihamah. Tetapi ketika ia mendengarkan ilmu yang dibahas di Majelis Ta’lim, dia merasa takut dan bertaubat. Maka ketika pulang dia menjadi bersih dari segala dosa. Oleh karena itu dekatilah Majelis Ta’lim, hadirlah setiap ada manaqib, karena di dalamnya ada dzikir kepada Alloh dan kajian-kajian ilmu (Majelis Ta’lim)”.
Hadanallohu waiyyakum ajmaiin, wassalaamu’alaikum waroh matullohi wabarkatuh.
Posting Komentar