Latest Post
10.30
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bismillaah, alhamdulillaah, washsholaatu wassalaamu ‘alaa rosulillaah wa ‘alaa aalihi washohbihii waman waalah.
Asyhaduan laa ilaaha illalloh wa asyhaduanna Muhammadan ‘abduhuu warosuuluhu laa nabiyya ba’da.
Faqoolallohu ta’ala fikitabihil kariim, a’udzubillaahi minasyaithonirrojiim, “Fii buyuutin adzinallohu antarfa’a wayudzkaro fiihasmuhuu yusabbihu lahuu fiihaa bil ghuduwwi wal ashooli”. Waqoolan nabiyyu SAW., “Idza marortum bi riyadhil jannati farta’u. Qola: Yaa Rosuululloh, wama riyadhul jannah? Qola: Majalisu Dzikri”.
Shodaqollohul’adziim wa shodaqo rosuuluhul habiibul kariim wa nahnu ‘ala dzaalika laminasysyahidiin was syakiriina walhamdulillaahi robbil’aalamiin.
Ikhwan Akhwat rohiimakumulloh,
Puji syukur ke hadirot Alloh SWT. yang telah memberikan berbagai kenikmatan kepada kita semua, sehingga dengan rahmat dan karunianya itu kita masih dapat mengamalkan berbagai amaliyah yang kita terima dari Guru Mursyid.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., juga kepada keluarganya, sahabatnya, para ulama dan segenap Waliyulloh, juga kepada umatnya yang sholeh hingga akhir zaman. Aamiin.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan, bahwa sesungguhnya dalam amaliyah Manaqib itu memiliki berbagai kemuliaan, dengan manaqib akan mendapatkan rahmat Alloh SWT., senantiasa diliputi ketenangan dan ketentraman, dihadiri oleh para kekasih Alloh, dikelilingi oleh para malaikat dan semua yang hadir dipuji-puji Alloh SWT. dihadapan para malaikat-Nya. Semua itu dikaruniakan Alloh SWT. dikarenakan dalam manaqib senantiasa dipenuhi dengan nuansa dzikir kepada Alloh.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh ra. Dari Nabi SAW., beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah Yang Maha Memberkahi lagi Maha Tinggi memiliki banyak malaikat yang selalu mengadakan perjalanan yang jumlahnya melebihi malaikat pencatat amal, mereka senantiasa mencari Majelis-Majelis Zikir. Apabila mereka mendapati satu Majelis Zikir, maka mereka akan ikut duduk bersama mereka dan mengelilingi dengan sayap-sayapnya hingga memenuhi jarak antara mereka dengan langit dunia. Apabila para peserta majelis telah berpencar mereka naik menuju ke langit.
Beliau melanjutkan: Lalu Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung menanyakan mereka (padahal Dia lebih mengetahui daripada mereka): Dari manakah kamu sekalian? Mereka menjawab: Kami datang dari tempat hamba-hamba-Mu di dunia yang sedang mensucikan, mengagungkan, membesarkan, memuji dan memohon kepada Engkau. Allah bertanya lagi: Apa yang mereka mohonkan kepada Aku? Para malaikat itu menjawab: Mereka memohon surga-Mu. Allah bertanya lagi: Apakah mereka sudah pernah melihat surga-Ku? Para malaikat itu menjawab: Belum wahai Tuhan kami. Allah berfirman: Apalagi jika mereka telah melihat surga-Ku? Para malaikat itu berkata lagi: Mereka juga memohon perlindungan kepada-Mu. Allah bertanya: Dari apakah mereka memohon perlindungan-Ku? Para malaikat menjawab: Dari neraka-Mu, wahai Tuhan kami. Allah bertanya: Apakah mereka sudah pernah melihat neraka-Ku? Para malaikat menjawab: Belum. Allah berfirman: Apalagi seandainya mereka pernah melihat neraka-Ku? Para malaikat itu melanjutkan: Dan mereka juga memohon ampunan dari-Mu. Beliau bersabda kemudian Allah berfirman: Aku sudah mengampuni mereka dan sudah memberikan apa yang mereka minta dan Aku juga telah memberikan perlindungan kepada mereka dari apa yang mereka takutkan.
Beliau SAW. melanjutkan lagi lalu para malaikat itu berkata: “Faya quuluuna robbi fiihim fulaanu “abdu khotoo’u innamaa marro wajalasa ma’ahum. Qola: “Faya quuluu ghofartu humul qoumu laa yasyqo bihim jaliisuhum”. Artinya: “Wahai Tuhan kami! Di antara mereka terdapat si Fulan yaitu seorang yang penuh dosa yang kebetulan lewat lalu duduk ikut berzikir bersama mereka. Beliau berkata lalu Allah menjawab: Aku juga telah mengampuninya karena mereka adalah kaum yang tidak akan sengsara orang yang ikut duduk bersama mereka.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Ikhwan dan akhwat yang berbahagia,
Mengapa orang-orang yang hadir di majelis dzikir/manaqib ialah orang-orang yang telah mendapatkan ampunan dan perlindungan dari Alloh SWT.? Itu karena mereka telah berjanji setia (Talkin) kepada Alloh melalui Kekasih-Nya (Mursyid) untuk senantiasa berdzikir kepada Aloh SWT. sebagaimana Firman-Nya: “Laqod rodhiyallohu ‘anil mu’miniina idz yubaa yiuunaka tahtasy-syajarooti fa’aliima maafii quluubihim, fa-anzalas-sakiinata ‘alaihim wa atsaa bahum fathan qoriiban”. (QS. Al Fath:18). Artinya: “Sesungguhnya Alloh telah ridho terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Alloh mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberikan balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)”. Majelis mereka adalah taman-taman surga, sehingga kepada mereka telah diberikan kenikmatan dalam berdzikir dan beribadah kepada Alloh SWT.
Rosululloh SAW. Berssabda: “Idza marortum biriyadhil jannati farta’u. Qola: “Yaa rosuululloh, wama riyadhul jannah? Qola: “Majalisu Dzikri”. (HR. Ahmad dan At Tirmidzi). Artinya: “Apabila kalian melewati taman-taman surga, singgahlah. Bertanya sahabat: “Wahai rosululloh, apakah taman-taman surga? Rosululloh SAW. Menjawab: “Majelis Dzikir”.
Bapak-bapak, Ibu-ibu yang berbahagia,
Menghadiri manaqib/majelis dzikir adalah salah satu cara untuk mendapatkan ilmu. Mencari ilmu sangatlah penting, karena akan dapat meningkatkan derajat seseorang di sisi Alloh SWT. Sebagaimana Firman Alloh SWT.: “Yaa ayyuhalladzina aamanu idza qiilalakum tafassahu fiil majaalisi fafsahuu yafsahillahu lakum, wa idza qiilan syuzuu fan syuzuu yarfa illahulladziina aamanuu minkum, walladziina uutul ‘ilma darojaati, wallohu bimaa ta’maluuna khobiiro”. (QS. Al Mujaadila:11). Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Hadist rosululloh SAW.: ”Dari Abu Dzar, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: ”Wahai Abu Dzar. Hendaklah engkau pergi, lalu engkau mempelajari satu ayat dari kitab Allah, lebih baik bagimu daripada kamu shalat 100 rakaat. Dan hendaklah engkau pergi, lalu engkau mempelajari suatu bab ilmu yang dapat diamalkan ataupun belum dapat diamalkan, adalah lebih baik daripada kamu shalat 1.000 rakaat.” (HR Ibnu Majah dengan sanad hasan).
Tentang keutamaan lainnya dari majelis ta’klim dapat pula kita fahami dari nasehat Luqmanul Hakim kepada puteranya:
”Hai anakku, ketika kamu melihat jamaah tengah berzikir (mengingat Allah atau membicarakan ilmu) maka duduklah bersama mereka. Jika engkau pandai, maka bermanfaatlah ilmumu, dan jika engkau bodoh, maka kau dapat menimba ilmu dari mereka. Sedangkan mereka mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan rahmat Allah, sehingga engkau akan memperoleh bagian pula.
Dan jika kamu melihat kelompok yang tidak berzikir, maka hati hatilah, jangan mendekati mereka. Jika engkau pandai tiada manfaat ilmu yang ada padamu, sedangkan jika engkau bodoh, maka itu akan menambah kesesatanmu. Ada kemungkinan mereka akan menerima marah Allah, sehingga engkau akan ikut tertimpa marah Nya”.
Dalam kitab Tanbihul Ghofiliin diterangkan, bahwa orang yang duduk menghadiri Majelis Dzikir/Ta’lim, sekalipun tidak dapat mengingat ilmu yang disampaikan, akan meperoleh tujuh kemuliaan:
1. Kemuliaan orang yang menuntut ilmu
2. Mengekang kelakuan dosa selama duduk dalam majelis
3. Ketika berangkat menuju majelisnya dilimpahi rahmat Allah
4. Akan ikut memperoleh rahmat yang dilimpahkan Allah kepada majelis
5. Dituliskan sebagai amal kebajikan sepanjang memperhatikan apa yang dibicarakan
6. Diliputi para malaikat dengan sayapnya
7. Setiap langkah ditulis sebagai kebaikan dan sebagai penebus dosa.
Bahkan jika ia dapat menyimak apa yang dibahas dalam majelis maka ia akan mendapatkan kemuliaan yang lebih, sebagaimana yang dikatakan oleh Umar bin Khatab ra.: ”Terkadang orang keluar rumah dengan menanggung dosa sebesar gunung Thihamah. Tetapi ketika ia mendengarkan ilmu yang dibahas di Majelis Ta’lim, dia merasa takut dan bertaubat. Maka ketika pulang dia menjadi bersih dari segala dosa. Oleh karena itu dekatilah Majelis Ta’lim, hadirlah setiap ada manaqib, karena di dalamnya ada dzikir kepada Alloh dan kajian-kajian ilmu (Majelis Ta’lim)”.
Hadanallohu waiyyakum ajmaiin, wassalaamu’alaikum waroh matullohi wabarkatuh.
Hidmat Ilmiah Manaqib (Minggu, 28 Desember 2014)
Written By Mahmud J. Al Maghribi on Minggu, 28 Desember 2014 | 10.30
KEMULIAAN MAJELIS DZIKIR
Oleh : Mahmud Jonsen
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bismillaah, alhamdulillaah, washsholaatu wassalaamu ‘alaa rosulillaah wa ‘alaa aalihi washohbihii waman waalah.
Asyhaduan laa ilaaha illalloh wa asyhaduanna Muhammadan ‘abduhuu warosuuluhu laa nabiyya ba’da.
Faqoolallohu ta’ala fikitabihil kariim, a’udzubillaahi minasyaithonirrojiim, “Fii buyuutin adzinallohu antarfa’a wayudzkaro fiihasmuhuu yusabbihu lahuu fiihaa bil ghuduwwi wal ashooli”. Waqoolan nabiyyu SAW., “Idza marortum bi riyadhil jannati farta’u. Qola: Yaa Rosuululloh, wama riyadhul jannah? Qola: Majalisu Dzikri”.
Shodaqollohul’adziim wa shodaqo rosuuluhul habiibul kariim wa nahnu ‘ala dzaalika laminasysyahidiin was syakiriina walhamdulillaahi robbil’aalamiin.
Ikhwan Akhwat rohiimakumulloh,
Puji syukur ke hadirot Alloh SWT. yang telah memberikan berbagai kenikmatan kepada kita semua, sehingga dengan rahmat dan karunianya itu kita masih dapat mengamalkan berbagai amaliyah yang kita terima dari Guru Mursyid.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., juga kepada keluarganya, sahabatnya, para ulama dan segenap Waliyulloh, juga kepada umatnya yang sholeh hingga akhir zaman. Aamiin.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan, bahwa sesungguhnya dalam amaliyah Manaqib itu memiliki berbagai kemuliaan, dengan manaqib akan mendapatkan rahmat Alloh SWT., senantiasa diliputi ketenangan dan ketentraman, dihadiri oleh para kekasih Alloh, dikelilingi oleh para malaikat dan semua yang hadir dipuji-puji Alloh SWT. dihadapan para malaikat-Nya. Semua itu dikaruniakan Alloh SWT. dikarenakan dalam manaqib senantiasa dipenuhi dengan nuansa dzikir kepada Alloh.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh ra. Dari Nabi SAW., beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah Yang Maha Memberkahi lagi Maha Tinggi memiliki banyak malaikat yang selalu mengadakan perjalanan yang jumlahnya melebihi malaikat pencatat amal, mereka senantiasa mencari Majelis-Majelis Zikir. Apabila mereka mendapati satu Majelis Zikir, maka mereka akan ikut duduk bersama mereka dan mengelilingi dengan sayap-sayapnya hingga memenuhi jarak antara mereka dengan langit dunia. Apabila para peserta majelis telah berpencar mereka naik menuju ke langit.
Beliau melanjutkan: Lalu Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung menanyakan mereka (padahal Dia lebih mengetahui daripada mereka): Dari manakah kamu sekalian? Mereka menjawab: Kami datang dari tempat hamba-hamba-Mu di dunia yang sedang mensucikan, mengagungkan, membesarkan, memuji dan memohon kepada Engkau. Allah bertanya lagi: Apa yang mereka mohonkan kepada Aku? Para malaikat itu menjawab: Mereka memohon surga-Mu. Allah bertanya lagi: Apakah mereka sudah pernah melihat surga-Ku? Para malaikat itu menjawab: Belum wahai Tuhan kami. Allah berfirman: Apalagi jika mereka telah melihat surga-Ku? Para malaikat itu berkata lagi: Mereka juga memohon perlindungan kepada-Mu. Allah bertanya: Dari apakah mereka memohon perlindungan-Ku? Para malaikat menjawab: Dari neraka-Mu, wahai Tuhan kami. Allah bertanya: Apakah mereka sudah pernah melihat neraka-Ku? Para malaikat menjawab: Belum. Allah berfirman: Apalagi seandainya mereka pernah melihat neraka-Ku? Para malaikat itu melanjutkan: Dan mereka juga memohon ampunan dari-Mu. Beliau bersabda kemudian Allah berfirman: Aku sudah mengampuni mereka dan sudah memberikan apa yang mereka minta dan Aku juga telah memberikan perlindungan kepada mereka dari apa yang mereka takutkan.
Beliau SAW. melanjutkan lagi lalu para malaikat itu berkata: “Faya quuluuna robbi fiihim fulaanu “abdu khotoo’u innamaa marro wajalasa ma’ahum. Qola: “Faya quuluu ghofartu humul qoumu laa yasyqo bihim jaliisuhum”. Artinya: “Wahai Tuhan kami! Di antara mereka terdapat si Fulan yaitu seorang yang penuh dosa yang kebetulan lewat lalu duduk ikut berzikir bersama mereka. Beliau berkata lalu Allah menjawab: Aku juga telah mengampuninya karena mereka adalah kaum yang tidak akan sengsara orang yang ikut duduk bersama mereka.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Ikhwan dan akhwat yang berbahagia,
Mengapa orang-orang yang hadir di majelis dzikir/manaqib ialah orang-orang yang telah mendapatkan ampunan dan perlindungan dari Alloh SWT.? Itu karena mereka telah berjanji setia (Talkin) kepada Alloh melalui Kekasih-Nya (Mursyid) untuk senantiasa berdzikir kepada Aloh SWT. sebagaimana Firman-Nya: “Laqod rodhiyallohu ‘anil mu’miniina idz yubaa yiuunaka tahtasy-syajarooti fa’aliima maafii quluubihim, fa-anzalas-sakiinata ‘alaihim wa atsaa bahum fathan qoriiban”. (QS. Al Fath:18). Artinya: “Sesungguhnya Alloh telah ridho terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Alloh mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberikan balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)”. Majelis mereka adalah taman-taman surga, sehingga kepada mereka telah diberikan kenikmatan dalam berdzikir dan beribadah kepada Alloh SWT.
Rosululloh SAW. Berssabda: “Idza marortum biriyadhil jannati farta’u. Qola: “Yaa rosuululloh, wama riyadhul jannah? Qola: “Majalisu Dzikri”. (HR. Ahmad dan At Tirmidzi). Artinya: “Apabila kalian melewati taman-taman surga, singgahlah. Bertanya sahabat: “Wahai rosululloh, apakah taman-taman surga? Rosululloh SAW. Menjawab: “Majelis Dzikir”.
Bapak-bapak, Ibu-ibu yang berbahagia,
Menghadiri manaqib/majelis dzikir adalah salah satu cara untuk mendapatkan ilmu. Mencari ilmu sangatlah penting, karena akan dapat meningkatkan derajat seseorang di sisi Alloh SWT. Sebagaimana Firman Alloh SWT.: “Yaa ayyuhalladzina aamanu idza qiilalakum tafassahu fiil majaalisi fafsahuu yafsahillahu lakum, wa idza qiilan syuzuu fan syuzuu yarfa illahulladziina aamanuu minkum, walladziina uutul ‘ilma darojaati, wallohu bimaa ta’maluuna khobiiro”. (QS. Al Mujaadila:11). Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Hadist rosululloh SAW.: ”Dari Abu Dzar, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: ”Wahai Abu Dzar. Hendaklah engkau pergi, lalu engkau mempelajari satu ayat dari kitab Allah, lebih baik bagimu daripada kamu shalat 100 rakaat. Dan hendaklah engkau pergi, lalu engkau mempelajari suatu bab ilmu yang dapat diamalkan ataupun belum dapat diamalkan, adalah lebih baik daripada kamu shalat 1.000 rakaat.” (HR Ibnu Majah dengan sanad hasan).
Tentang keutamaan lainnya dari majelis ta’klim dapat pula kita fahami dari nasehat Luqmanul Hakim kepada puteranya:
”Hai anakku, ketika kamu melihat jamaah tengah berzikir (mengingat Allah atau membicarakan ilmu) maka duduklah bersama mereka. Jika engkau pandai, maka bermanfaatlah ilmumu, dan jika engkau bodoh, maka kau dapat menimba ilmu dari mereka. Sedangkan mereka mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan rahmat Allah, sehingga engkau akan memperoleh bagian pula.
Dan jika kamu melihat kelompok yang tidak berzikir, maka hati hatilah, jangan mendekati mereka. Jika engkau pandai tiada manfaat ilmu yang ada padamu, sedangkan jika engkau bodoh, maka itu akan menambah kesesatanmu. Ada kemungkinan mereka akan menerima marah Allah, sehingga engkau akan ikut tertimpa marah Nya”.
Dalam kitab Tanbihul Ghofiliin diterangkan, bahwa orang yang duduk menghadiri Majelis Dzikir/Ta’lim, sekalipun tidak dapat mengingat ilmu yang disampaikan, akan meperoleh tujuh kemuliaan:
1. Kemuliaan orang yang menuntut ilmu
2. Mengekang kelakuan dosa selama duduk dalam majelis
3. Ketika berangkat menuju majelisnya dilimpahi rahmat Allah
4. Akan ikut memperoleh rahmat yang dilimpahkan Allah kepada majelis
5. Dituliskan sebagai amal kebajikan sepanjang memperhatikan apa yang dibicarakan
6. Diliputi para malaikat dengan sayapnya
7. Setiap langkah ditulis sebagai kebaikan dan sebagai penebus dosa.
Bahkan jika ia dapat menyimak apa yang dibahas dalam majelis maka ia akan mendapatkan kemuliaan yang lebih, sebagaimana yang dikatakan oleh Umar bin Khatab ra.: ”Terkadang orang keluar rumah dengan menanggung dosa sebesar gunung Thihamah. Tetapi ketika ia mendengarkan ilmu yang dibahas di Majelis Ta’lim, dia merasa takut dan bertaubat. Maka ketika pulang dia menjadi bersih dari segala dosa. Oleh karena itu dekatilah Majelis Ta’lim, hadirlah setiap ada manaqib, karena di dalamnya ada dzikir kepada Alloh dan kajian-kajian ilmu (Majelis Ta’lim)”.
Hadanallohu waiyyakum ajmaiin, wassalaamu’alaikum waroh matullohi wabarkatuh.
03.45
MAKNA "LESTARIKAN" dan "JANGAN BERGESER SEMILIMETERPUN"
Written By Mahmud J. Al Maghribi on Selasa, 23 Desember 2014 | 03.45
Banyak Ikhwan yang tidak MEMAHAMI makna dari "AMALKAN, AMANKAN, LESTARIKAN AJARAN TQN SURYALAYA dan JAGAN BERGESER SEMILIMETERPUN".
Jauh sebelum Syekh Ahmad Shohibulwafa' Tajul Arifin qs. (Abah Anom) meninggal dunia, 05 September 2011, yaitu dalam Tabaruk Miftahussudur di Masjid Nurul Ulum Kampus IAILM Suryalaya Tahun 2010. Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul, ra. menyampaikan; "Sabda Pengersa Abah Anom kepada saya, "Amalkan, Amankan, Lestarikan". Lestarikan artinya itu nanti setelah Abah sabdanya itu, saya berdoa di Suryalaya "semoga Suryalaya tetap di Suryalaya".
PERHATIKAN! Kata-kata itu, sekali lagi, kata-kata itu SUDAH DIUCAPKAN oleh beliau sejak pengersa Abah Anom masih hidup, bukan baru sekarang. Bahasa Lestarikan itu nanti setelah Abah. Namun banyak para ikhwan yang tidak paham bahasa Lestarikan.
LESTARIKAN, itulah HIRQOH KEMURSYIDAN, kenapa? Karena itu untuk kita, MURID yang SUDAH, SEDANG dan AKAN mengamalkan TQN Pondok Pesantren Suryalaya.
Pasca meninggalnya pengersa Abah Anom, kembali ke Haribaan Alloh SWT. diberbagai kesempatan, salah satunya di Pesantren Internasional Jagat Arsy April 2013, pengersa Abah Aos bersabda, "Tidak ada yang bisa mendikte saya, kecuali Guru saya, saya tidak akan bergeser semilimeterpun dari Kloter 37".
PERHATIKAN! Makna dari tidak akan bergeser, itulah TANDA KEMURSYIDAN, mengapa? Karena yang sudah PASTI TIDAK AKAN BERGESER itulah MURID SEJATI, yang HANYA SATU, yang TUNDUK dan PATUH kepada GURUNYA.
CATAT!
Ada cerita dari seorang ikhwan, bahwa ia berimpi ditalkin oleh Abah Aos, kemudian ia menghubungi pengersa Abah Aos via telepon untuk menceritakan mimpi tersebut, Abah Aos menjawab, "Jangan Bergeser". Atas dasar itu maka ikhwan tersebut memahami pernyataan tersebut untuk tetap di Kloter 37. Padahal sebenarnya makna dari pernyataan tersebut ialah, setelah ia ditalkin maka jangan bergeser untuk ikut melestarikan TQN Pondok Pesantren Suryalaya. Perlu diketahui, seorang Mursyid TIDAK AKAN MENGAKU sebagai MURSYID.
*Tafakur Pecinta Kesucian Jiwa*
Jauh sebelum Syekh Ahmad Shohibulwafa' Tajul Arifin qs. (Abah Anom) meninggal dunia, 05 September 2011, yaitu dalam Tabaruk Miftahussudur di Masjid Nurul Ulum Kampus IAILM Suryalaya Tahun 2010. Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul, ra. menyampaikan; "Sabda Pengersa Abah Anom kepada saya, "Amalkan, Amankan, Lestarikan". Lestarikan artinya itu nanti setelah Abah sabdanya itu, saya berdoa di Suryalaya "semoga Suryalaya tetap di Suryalaya".
PERHATIKAN! Kata-kata itu, sekali lagi, kata-kata itu SUDAH DIUCAPKAN oleh beliau sejak pengersa Abah Anom masih hidup, bukan baru sekarang. Bahasa Lestarikan itu nanti setelah Abah. Namun banyak para ikhwan yang tidak paham bahasa Lestarikan.
LESTARIKAN, itulah HIRQOH KEMURSYIDAN, kenapa? Karena itu untuk kita, MURID yang SUDAH, SEDANG dan AKAN mengamalkan TQN Pondok Pesantren Suryalaya.
Pasca meninggalnya pengersa Abah Anom, kembali ke Haribaan Alloh SWT. diberbagai kesempatan, salah satunya di Pesantren Internasional Jagat Arsy April 2013, pengersa Abah Aos bersabda, "Tidak ada yang bisa mendikte saya, kecuali Guru saya, saya tidak akan bergeser semilimeterpun dari Kloter 37".
PERHATIKAN! Makna dari tidak akan bergeser, itulah TANDA KEMURSYIDAN, mengapa? Karena yang sudah PASTI TIDAK AKAN BERGESER itulah MURID SEJATI, yang HANYA SATU, yang TUNDUK dan PATUH kepada GURUNYA.
CATAT!
- Kalau yang SUDAH dan SEDANG mengamalkan TQN Pondok Pesantren Suryalaya, mungkin masih boleh mengatakan, "Kemursyidan TQN Suryalaya hingga saat ini masih ada pada Abah Anom, sampai Allah SWT. menentukan Wali/ Guru Mursyid lain di kemudian hari".Tapi kalau yang AKAN mengamalkan TQN Pondok Pesantren Suryalaya, mereka itu BUTUH MURSYID (Bukan Wakil Talkin, Muballigh, apalagi Pengurus Yayasan), akan tetapi Mursyid yang masih HIDUP, yang bisa mereka DENGAR, LIHAT , dan SENTUH untuk dicontoh AJARANNYA. itulah MAKNA LESTARIKAN. Untuk itu bagi yang mau MELESTARIKAN TQN Pondok Pesantren Suryalaya, IKUTLAH Pengersa ABAH AOS, Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul, ra. yang SUDAH DITENTUKAN oleh ALLOH SWT. selaku Mursyid TQN Pondok Pesantren Suryalaya Silsilah ke 38.
- Yang tidak akan bergeser dari PERINTAH Gurunya sudah PASTI itu MURSYID. Sedangkan yang bukan Mursyid (seperti misalnya; para wakil talkin, muballigh, sesepuh, pengurus yayasan, ikhwan), tidak ada jaminan mereka tidak akan bergeser dan akan tunduk dan patuh hanya kepada gurunya. Untuk itu bagi yang mau agar TIDAK BERGESER DARI TQN Pondok Pesantren Suryalaya, IKUTLAH pengersa ABAH AOS.
Ada cerita dari seorang ikhwan, bahwa ia berimpi ditalkin oleh Abah Aos, kemudian ia menghubungi pengersa Abah Aos via telepon untuk menceritakan mimpi tersebut, Abah Aos menjawab, "Jangan Bergeser". Atas dasar itu maka ikhwan tersebut memahami pernyataan tersebut untuk tetap di Kloter 37. Padahal sebenarnya makna dari pernyataan tersebut ialah, setelah ia ditalkin maka jangan bergeser untuk ikut melestarikan TQN Pondok Pesantren Suryalaya. Perlu diketahui, seorang Mursyid TIDAK AKAN MENGAKU sebagai MURSYID.
*Tafakur Pecinta Kesucian Jiwa*
21.17
SIAPA SAJA YANG SEHARUSNYA MELAKSANKAN THORIQOH
Written By Mahmud J. Al Maghribi on Senin, 22 Desember 2014 | 21.17
PENGERTIAN TENTANG THORIQOH DAN SIAPA SAJA YANG SEHARUSNYA MELAKSANAKAN-NYA
ان الطريقة عندهم هي الأخذ بالاحواط في سائر الاعمال ولا يأخذ بالرخص والطريقة ايضا اعتماد السالك علي حالة شاقة كرياضة اي تذليل النفس من قلة اكل وشرب ومن تباعد عن فضول المباحات
"Thoriqoh adalah melakukan / mengamalkan sesuatu dengan cara lebih berhati'' dalam mengamalkan seluruhamalan,dan tidak melakukan hal-hal yang mendapatkan kemurahan (ruhsoh/keringanan) .Thoriqoh juga berpegang teguh pada pengamalan secara istiqomah pada hal-hal yang berat seperti riyadloh,yaitu mengalahkan hawa nafsu dengan sedikit makan dan minum dan menjauhi hal-hal yang di lakukan (mubakhaat)". Dalam keterangan lain di jelaskan :
الطريقة هي العمل بالشريعة والاخذ بعزائمها والبعد عن التساهل فيما ينبغي التساهل فيه وان شئت قلت اجتناب المنهيات ظاهرا او باطنا وامتثال الامر الالهية بقدر الطاقة اوهي اجتناب المحرمات والمكروهات وفضول المباحات واداء الفرائض ومااستطاع من النوافل تحت الرعاية عارف من اهل النهاية
"Thoriqoh adalah mengamalkan syari'at islam dengan cara beersungguh'', menjauhi anggapan-anggapan ringan dari suatu yang tidak ada keringanan apapun,dan kalau kita mau mengatakan,menjauhi semua larangan, Baik secara nyata atau sembunyi (samar). melaksanakan semua perintah alloh menurut kadar kemampuannya,atau Thoriqoh adalah menjauhi semua yang di haramkan.semua larangan dan mengutamakan hal-hal yang boleh oleh syara'.melaksanakan semua perkara yang wajib,dan yang mampu dari perkara sunnah, semua di lakukan atas petunjuk dan bimbingan orang yang 'arif (ma'rifat/yang telah mengetahui hakikat keIlahiyahan yang haq serta kamil mukammil) dari orang-orang yang telah mencapai puncak pencapaian (warid)".
Thoriqoh ( Tarekat ) menurut lughot mempuyai arti jalan dan penambahan huruf Ta’ marbutoh (Ilahiyah) berfaedah menunjukkan kehususan pada tujuan ubudiyah kepada alloh.
Sedangkan makna thoriqoh menurut istilah Tashawwuf adalah Thoriqoh bisa diartikan jalan yang ditempuh seorang hamba ( al-‘abdu / al-saalik ) menuju Ridlo Alloh SWT. Ada pula yang mempersempit pengertian Thoriqoh dengan mendefinisikannya sebagai jalan menuju Ma’rifat billah.
Melihat definisi diatas, maka jelas sekali bahwa pengertian Thoriqoh sangat luas. Thoriqoh tidak hanya dengan berdzikir saja, atau dengan berbagai bentuk wiridan saja, namun bisa juga dengan berbagai bentuk ibadah yang dapat mendekatkan diri kita kepada Alloh SWT. sang pencipta alam semesta. Bisa berupa wirid, dzikir, puasa, ta’lim ( mengajar ), ta’allum ( belajar ) dan berbagai bentuk amal kebajikan lainnya ( lihat risalah al-thoriq fillah ) karya syeikh abu mudhoffar Ra.
Ada juga yang berpendapat bahwasanya : Thoriqoh menurut pandangan berbagai Ulama’ adalah jalan atau bisa disebut Madzhab mengetahui adanya jalan, perlu pula mengetahui "cara" melintasi jalan itu agar tidak kesasar/tersesat. Tujuan Thoriqoh adalah mencari kebenaran ‘indalloh swt , maka cara melintasinya jalan itu juga harus dengan cara yang benar. Untuk itu harus sudah ada persiapan batin, yakni sikap yang benar. Sikap hati yang demikian tidak akan tampil dengan sendirinya, maka perlu latihan-latihan batin tertentu dengan cara-cara yang tertentu pula.
Dan di jelaskan dalam al-qur’an :
وَأَلَّوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لأسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا
Artinya :
"Jika mereka benar-benar istiqomah - (tetap pendirian/terus-menerus diatas Thoriqoh (jalan) itu, sesungguhnya akan Kami beri minum mereka dengan air (hikmah) yang berlimpah-limpah.
(Q.S. Al-Jin : 16)
Dalam pertumbuhan thoriqoh para Ulama Thoriqoh berpendapat dari jumlah Thoriqoh yang tersebar di dunia Islam, khususnya di Indonesia, ada Thoriqoh yang Mu'tabaroh (diakui) dan ada pula Thoriqoh Ghairu Mu'tabaroh (tidak diakui keberadaannya/ keshohehannya / silsilah sanadnya).
Seseorang yang menganut/mengikuti Thoriqoh tertentu dinamai saalik (orang yang berjalan) sedang cara yang mereka tempuh menurut cara-cara tertentu dinamakan suluk. Banyak hal-hal yang hams dilakukan oleh seorang salik bila ingin sampai kepada tujuan yang dimaksud.
Thoriqoh ini merupakan salah satu amaliyah keagamaan dalam Islam yang sebenarnya sudah ada sejak jaman Nabi Muhammad SAW. Bahkan perilaku kehidupan beliau sehari-hari adalah praktek kehidupan rohani yang di jadikan rujukan utama oleh para pengamal thoriqoh dari generasi ke generasi sampai sekarang ini untuk mengkaji ahlak al-karimah dalam berubudiyah ....
Dalam menempuh jalan (thoriqoh) bertujuan untuk mengenal rahasia (sirri) dan mengerti akan haqiqat dinding (hijab) pada DIRI maka mereka mengadakan pengajian, kegiatan batin muamalah ilmu & matla’ah ilmu, riyadoh (latihan-latihan) dan mujahadah (perjuangan) keruhaniyan. Perjuangan yang demikian dinamakan suluk, dan orang yang mengerjakan dinamakan "salik".
Maka cukup jelaslah bahwa Thoriqoh itu suatu sistem atau metode awal untuk menempuh jalan yang pada akhirnya mengenal dan menemukan keyaqinan (haq-al-yaqin) tentangadanya alloh swt .
Dimana seseorang dapat melihat Alloh dengan mata hatinya (ainul bashiroh) sesuai dengan hadist sebagai berikut :
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata :
Pada suatu hari, Rasululloh saw. muncul di antara kaum muslimin.
Lalu datang seorang laki-laki dan bertanya: Wahai oasululloh, apakah Iman itu? Rosululloh saw. menjawab: Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
pertemuan dengan-Nya, rosul-rosul-Nya dan kepada hari berbangkit.
Orang itu bertanya lagi: Wahai Rosululloh, apakah Islam itu?
Rasululloh saw. menjawab:
Islam adalah engkau beribadah kepada Alloh dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, mendirikan sholat fardu, menunaikan zakat wajib dan berpuasa di bulan Romadhon.
Orang itu kembali bertanya: Wahai Rosululloh, apakah Ihsan itu???
Rosululloh saw. menjawab: Engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu. Orang itu bertanya lagi:
Wahai Rosululloh, kapankah hari kiamat itu ?
Rosululloh saw. menjawab: Orang yang ditanya mengenai masalah ini tidak lebih tahu dari orang yang bertanya. Tetapi akan aku ceritakan tanda-tandanya: Apabila budak perempuan melahirkan anak tuannya, maka itulah satu di antara tandanya.
Apabila orang yang miskin papa menjadi pemimpin manusia, maka itu tarmasuk di antara tandanya. Apabila para penggembala domba saling bermegah-megahan dengan gedung.
Itulah sebagian dari tanda-tandanya yang lima, yang hanya diketahui oleh Alloh.
Kemudian Rosululloh saw bersabda dengan firman Alloh Taala:
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sesungguhnya Alloh, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat: dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati.Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS Al-Lukman ayat 34). Kemudian orang itu berlalu, maka Rosululloh saw. bersabda: Panggillah ia kembali ... Para sahabat beranjak hendak memanggilnya, tetapi mereka tidak melihat seorang pun. Rosululloh saw. bersabda: Ia adalah Jibril, ia datang untuk mengajarkan manusia masalah agama mereka.
(HR Bukhari dan Muslim).
Hadist tersebut jelas merupakan tujuan bagi semua orang yang mengaku dan menyatakan muslim, tidak hanya sekedar iman dan islam tetapi juga dituntut untuk menjadi jati diri yang “IHSAN” dan ath-Thariqoh adalah merupakan jalan yang untuk menggapai derajat ihsan dengan baik sesuai tuntunan Alloh dan Rasul-Nya yang di ikat dengan tal-qinHal yang demikian didasarkan pertanyaan Sayidina Ali bin Abi Thalib ra kepada Rosululloh SAW. Ya Rosululloh, manakah jalan yang paling dekat untuk menuju Tuhan.
Jawab Rosululloh : Tidak ada lain, kecuali dengan dzikrulloh.
Dalam hal ini pun Alloh SWT juga menegaskan dalam Firman-Nya di dalam Al-Qur’an Kariim :
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingati Alloh-lah hati menjadi tenteram.
(QS Ar-Ra’d ayat 28)
Perlu diketahui oleh semua para pencari jalan suluk (thoriqoh), mubaya’ah (baiat) dalam arti talqin dzikir dari seorang guru mursyid kepada muridnya bukan mubaya’ah (janji setia) seperti yang dilakukan oleh Rosululloh kepada shahabat-shahabatnya.
Dalam Bai‘at ar-Ridhwan, atau baiatnya seorang rakyat kepada imam atau kepala Negara terpilih seperti baiatnya para shahabat yang mengangkat Sayyidina Abu Bakar menjadi kholifah Rosululloh. Sebab, mubaya’ah dalam thoriqot shufi adalah bentuk talqin dzikir seperti yang dilakukan Rosululloh yang mentalqin dzikir para shahabatnya.
Adapun mubaya’ah para shahabat yang baru saja disinggung di atas adalah mubaya’ah janji setia menjalankan Islam atau janji setia dan tunduk patuh kepada imam terpilih.
Sanad hadits tentang bai’at thoriqot adalah hadits riwayat dari Hasan al-Bashri yang berbai'at dzikir dari Sayyidina Ali dari Rosulalloh (dalam ilmu tasawuf disebut talqin dzikir) dan sanad hadits tentang lubsul khirqoh (berperilaku sebagai shufi yang bersimbol dengan pakaian sederhana) juga diriwayatkan dari Hasan al-Bashri dari Ali, Sanad talqin dzikir dari Hasan al-Bashri tersebut adalah talqin dzikir oleh Rosululloh kepada Sayyidina Ali secara sendirian Sedangkan sanad talqin dzikir secara bersama-sama adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad, al-Bazzar, ath-Thabaroni dan lain-lain dengan sanad hasan. Lihat Lawaqih al-Anwar al-Qudtsiyyah hlm. 11. Hadits talqin tersebut sebagaimana dikatakan syeikh asy-Sya'roni adalah diriwayatkan oleh Syaikh Yusuf al-Ajami, seorang syaikh thoriqot, dalam salah satu risalahnya yang disebutkan dengan sanad yang muttasil sampai Sayyidina Ali.
Namun, sebenarnya hadits tentang dua masalah tersebut, sebagaimana disebutkan oleh syeich Ibnu Hajar al-‘Asqolani dan muridnya, syeich as-Suyuthi adalah hadits yang shohih (muttasil) dan perawinya tsiqah-tsiqah. Artinya juga bahwa Hasan al-Bashri pernah bertemu dengan Sayyidina Ali dan itu adalah pendapat yang shohih. (Lihat hujjah-hujjah as-Suyuthi dalam membela pendapat bahwa Hasan al-Bashri pernah bertemu dengan Sayyidina Ali dalam al-Hawi lil Fatawi 2/96-98.dan Lawaqih al-Anwar al-Qudtsiyyah hal 12 dan 24.
MARI MENGAJI & MENGKAJI SELALU SEMOGA SELALU DALAM LINDUNGAN HIDAYAHNYA SELALU
Sumber : https://www.facebook.com/groups/kumpulan.khidmat.ilmiah.manaqib/1610969389131122/?comment_id=1610972509130810¬if_t=group_comment_reply