Home » » GURUKU HAKIKAT KITABULLOH DAN SUNNAH ROSULULLOH

GURUKU HAKIKAT KITABULLOH DAN SUNNAH ROSULULLOH

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Selasa, 09 Oktober 2018 | 02.53

Bismillaahirrohmaanirrohiim,
Dalam buku yang berjudul "Tiga Delapan", saya pernah mengutip wasiat Rosullulloh Saw. yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh Ra. Rosululloh Saw. bersabda :

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
Taroktu fiikum amroini, lan tadhilluu maa tamassakum bihimaa : Kitabullohi wa Sunnata Rosuulihi
Artinya, "Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. (Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).

Namun selain dua perkara tersebut, Rosullulloh Saw. juga meninggalkan "Murid/orang yang hidup", yaitu para Sahabat beliau, yang senantiasa mengikuti bimbingan beliau dengan mengerjakan segala perintahnya, sehingga menjadi generasi atau umat (murid) beliau yang terbaik sepanjang zaman, sebagaimana beliau telah bersabda :

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
Khoirun-naasi qornii tsumma alladziina yaluunahum tsumma alladziina yaluunahum
Artinya, "Sebaik-baik manusia adalah generasiku (yaitu generasi sahabat), kemudian orang-orang yang mengiringi mereka (yaitu generasi tabi’in), kemudian orang-orang yang mengiringi mereka (yaitu generasi tabi’ut tabi’in). (Hadits mutawatir, Bukhari, no. 2652, 3651, 6429; Muslim, no. 2533; dan lainnya).

Mengapa saya mengangkat persoalan ini dalam sebuah tulisan?
Karena, sekarang ini mulai banyak muncul pemahaman-pemahaman yang hanya berpegang pada hadits yang saya sebut pertama di atas, yaitu Kitabulloh & Sunnah. Adapun yang lain (selain yang dua itu) mereka ingkari dengan mengatakan itu Bid'ah, bid'ah adalah sesat, sesat adalah di neraka. 

Nah, apa kaitannya dengan kita, khususnya ikhwan TQN Suryalaya?
Dengan tetap berpegang teguh kepada Tanbih, "Jangan Menyalahkan Ajaran Orang Lain", pembahasan ini bukan bermaksud menyalahkan ajaran mereka,  karena itu juga benar menurut ijtihad ulamanya. Akan tetapi, pembahasan ini dalam rangka untuk Mengamalkan, Mengamankan dan Melestarikan Ajaran Thoriqoh, khususnya TQN Suryalaya.

Dalam ajaran Thoriqoh, keberadaan Mursyid adalah sosok sentral yang sangat dibutuhkan bagi seorang yang sedang meniti jalan menuju Alloh (salik), baik perkataan maupun perbuatannya menjadi contoh (role model) bagi seorang salik, sebab mursyid adalah seorang pembimbing, pendidik, dan juga yang menempa para murid.

Siapa murid? 
Murid adalah orang-orang yang memiliki kesungguhan belajar dalam memahami jalan-jalan spiritual menuju Allah. Bagi seorang murid, seorang Mursyid di hadapan para salik menyerupai Rosululloh Saw. di hadapan para sahabatnya. Jika para sahabat dengan tekun dan penuh tawadhu di hadapan Rosululloh, maka para salik juga melakukan hal yang sama di hadapan mursyidnya. 

Demikian pula halnya dalam memahami Qur'an dan Hadits, para murid juga mendapatkan pemahaman melalui lisan mursyidnya, sehingga tak jarang murid banyak mengutip 'kalam' mursyid itu menjadi suatu keterangan (dalil) yang disampaikan. Nah, sikap dari murid inilah yang sering dijadikan persoalan/permasalahan oleh orang-orang yang memiliki pemahaman yang berbeda. Bahkan tidak jarang dari mereka menuduh kita pengamal Thoriqoh itu adalah Bid'ah, Khurafat, Tahayul, aliran sesat yang tidak mengikuti Rosululloh Saw., juga musyrik, tidak mentauhidkan Alloh.

Ikhwan wal akhwat,
Bagi kita ikwan TQN Suryalaya, pengersa Abah adalah role model  kita, beliau adalah mursyid, kholifah Rosululloh Saw. yang telah mendapatkan petunjuk. Beliau ibarat Rosululloh Saw. di hadapan para sahabatnya, sebagai contoh yang hidup bagi kita, beliau seorang Penerus Nabi yang hadir di tengah-tengah kita sebagai manifestasi dari ajaran Islam yang utuh. Orangnya dapat kita lihat, suaranya dapat kita dengar, kasih sayangnya dapat kita rasakan secara langsung. Dengan melihatnya kita dapat ikuti perbuatannya dengan Amaliyah. Dengan mendengar suaranya dapat kita ikuti nasehatnya dengan Ilmiah. Kita berguru kepada yang Hidup, bukan kepada kertas (buku) juga bukan kepada kaca (internet). Al Qur'an dan Hadits itu menjadi Nyata di hadapan kita. 

Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
Uushikum bit-taqwallohi was-sami'i wath-thoo'ati wain 'abdan Habsyiyyan fa innahu man ya'isy min kum ba'dii, fa sayaro ikhtilaafan katsiiron, fa 'alaikum bi sunnati wa sunnatil khulafaa-il mahdiyyiina ar-roosyidiina. Tamassakuu bihaa wa 'adh-dhuu 'alaihaa binnawaa jidzi iyyaakum wa muhdatsaatil umuri fa inna kulla muhdatsatin bi'atun kullu bi'atunn dholaalatun
Artinya, "Aku wasiatkan kepada kamu untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat (kepada penguasa kaum muslimin), walaupun (ia) seorang budak Habsyi. Karena sesungguhnya, barangsiapa hidup setelahku, ia akan melihat perselishan yang banyak. Maka wajib bagi kamu berpegang kepada sunnahku dan sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus. Peganglah, dan giggitlah dengan gigi geraham. Jauhilah semua perkara baru (dalam agama), karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat". (H.R Abu Dawud, no. 4607; Tirmidzi, 2676; ad-Darimi; Ahmad; dan lainnya dari al-‘Irbadh bin Sariyah).

Beliau lah sang Kholifatu ar-Rosyidin, jadi kholifah yang mendapat pentunjuk dan lurus itu bukan hanya sahabat yang empat; Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali saja, akan tetapi termasuk juga para Mursyid yang Kamil. Inilah makna dari [shirothol mustaqiim], sebagaimana yang dijelaskan Hadrotusyeikh Imamul Aimmah Abah Aos Ra Qs : “Setiap kali sholat, setiap kali berkirim doa’ (dengan) al-Fatihah, kita selalu bermohon agar ditunjukkan ke jalan orang yang lurus [shirothol mustaqim] dan jalan orang yang telah mendapat nikmat.. [shirotholladzina an’amta ‘alaihim]. Ketahuilah, yang dimaksud jalan yang pertama tiada lain adalah Hadrot Syeikh Mursyid dan yang kedua Talqin Dzikir (dan mengamalkannya). Sujud syukur dan bahagia kepada yang sudah mendapat petunjuk kedua jalan tersebut.” (qola: Abah Jagat).

Beliau juga adalah sebagai pewaris Nabi Saw. Sebagaimana sabda Rosululloh Saw. :

الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُاْلأَنْبِيَاءِ
Al 'Ulama-u warotsatul An biyaa-i
Artinya, “Ulama adalah pewaris para nabi". (HR. At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda radhiallahu ‘anhu).

Beliau bukanlah Nabi, tapi Wali (Auliya), sebab setelah Nabi Muhammad itu tidak ada lagi Nabi, beliau adalah Nabi yang terakhir. Sebagaimana Firman Alloh Swt.

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَٰكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Maa kaana Muhammadun abaa ahadin min-rijaalikum walaa kin-rosuulallohi wa khootaman-nabiyyiina. Wa kaana-Allohu bi kulli syai-in 'aliiman
Artinya, "Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu". (QS. Al Ahzab : 40).

Adapun Waliyulloh, akan tetap ada, dan dicetak terus sampai hari Kiamat. Mereka akan ada terus sepanjang zaman, mereka bukan Nabi tapi derajat mereka seperti Nabi. Sebagaimana diterangkan oleh Sayyidina Umar ibnu Khottob ra. : “Rosululloh Saw bersabda : “Sesungguhnya sebahagian hamba Alloh ada orang-orang yang tidak tergolong dalam golongan para nabi dan para syahid, tetapi kedua golongan ini ingin mendapatkan kedudukan seperti kedudukan mereka di sisi Allah.”

Firman Alloh dalam Qur'an :

أَلاَ إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿٦٢﴾ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
alaa inna Auliyaa-a Allohi laa khoufun 'alaihim wa laa hum yahzanuuna, alladziina aamanuu wa kaanu yattaquuna
Artinya, “Ketahuilah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran pada mereka dan tidak pula mereka bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan mereka senantiasa bertaqwa”. (QS. Yunus: 62-63).

Dalam sebuah keterangan (Hadits) Rosululloh Saw. bersabda :
علماء أمتي كأنبياء بني إسرائيل
'Ulamaa-u ummatii ka-annabiyyaa-i banii isroo-iil
Artinya, “Ulama dari umatku itu seperti ulama Bani Israil". (Al Hadits).

Siapakah Ulama yang setara dengan Nabi dari Bani Isrooil itu? Merekalah para Wali yang selalu mengingat Alloh Swt. (Dzikrulloh)  di setiap keadaan. Sebagaimana sabda Nabi Saw. :

اِنَّ اَوْلِيَائِ مِنْ عِبَادِ وَاَحِبَّائِ مِنْ خَلْقِ الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ بِذِكْرِ وأُذْكَرُ بِذِكْرِهِمْ
Inna Auliyaa-i min 'ibaadi wa ahibbaa-i min kholqi alladziina yadzkuruuna bi dzikri wa udzkaru bi dzikrihim
Artinya, "Sesungguhnya para Wali-Ku dari golongan hamba-Ku dan para Kekasih-Ku dari golongan makhluk-Ku adalah orang-orang yang diingat apabila Aku diingat. Dan Aku diingat apabila mereka diingat". (HR. at Tabrani, al Hakim dan Abu Na’im).

Ikhwan wal akhwat,
Inilah jalan (thoriq) kita. Berpegang teguhlah kepada Sunnah (ajaran) Rosululloh Saw. dan Sunnah (ajaran) para khulafaur rasyidin, para sahabat inilah solusi di saat umat menghadapi perselisihan, tidak ada jalan lain! Alhamdulillah, kita sudah mendapatkan mursyid dan telah bersama dengan beliau pengersa Abah Aos, kita belajar beragama Islam ini dengan benar, tidak hanya belajar di kertas (buku) dan kaca (internet), tapi kepada Hakikat Qur'an dan Sunnah, yaitu Kanjeng Nabi Muhammad Saw. melalui pengersa Abah Aos, Mursyid TQN Suryalaya silsilah ke-38, yang beliau juga belajar kepada gurunya pengersa Abah Anom, Abah Anom belajar ke gurunya pengersa Abah Sepuh, dan seterusnya sampai kepada Syekh Abdul Qodir dan Sayyidina Ali kw.  sampai kepada Kanjeng Muhammad Saw. Itulah silsilah dari Ilmu dan Amal kita.

Kita berguru kepada yang hidup, yang mendapat petunjuk dan lurus. Berilmu tinggi dan berakhlak mulia. Hisyam bin Amir pernah bertanya kepada Aisyah radhiyallahu 'anha tentang akhlaq Rosululloh Saw. Aisyah menjawab :

كاَنَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
Kaana khuluqul Qur'an
Artinya, “Akhlak Rasulullah adalah al-Qur’an.” (HR. Muslim).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي
wa inna, banii isroo-iila tafar-roqot 'alaa tsintaini wa sab'iina mil-latan, wa taf-tariqu ummatii 'alaa tsalaatsin wa sab'iina mil-latan, kulluhum fin-naari illaa mil-latan waahidatan, qooluu: wa man hiya yaa rosuulullohi?, qoola: maa anaa 'alaihi wa ahhaabii
Artinya, "Sesungguhnya, Bani Israil telah berpecah-belah menjadi 72 agama. Dan sesungguhnya umatku akan berpecah-belah menjadi 73 agama. Mereka semua di dalam neraka kecuali satu agama. Mereka (para sahabat) bertanya, “Siapakah mereka, wahai Rasulullah?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, Siapa saja yang mengikutiku dan sahabatku. (H.R Tirmidzi, no. 2565; al-Hakim, Ibnu Wadhdhah; dan lainnya; dari Abdullah bin ’Amr. Dihasankan oleh Syaikh Salim al Hilali di dalam Nash-hul Ummah, hlm. 24).

Alhamdulillah, kita sudah bersama dengan-Nya, tinggal mengamalkan dengan sebaik-baiknya agar kita semua diakui oleh beliau sebagai muridnya yang selalu akan bersama dengan-Nya dari Dunia hingga Akhirat, bi karomati Abah Aos al Faatihah, aamiin.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Al Fakir,
Mahmud J. Al Maghribaen
Ba'da Ashar, 09-10-2018




Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. UNTAIAN MUTIARA TQN SURYALAYA - SIRNARASA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger