Di dalam kitab Bahjatul Asror meriwayatkan bahwa Syekh Abdul Qodir suatu saat beliau terbang melayang-layang diatas ribuan manusia pada jamaah majelis pengajian yang beliau pimpin.
Beliau berkata, "Tiada terbit matahari melainkan mengucapkan salam padaku, dan menginformasikan segala kejadian atau peristiwa yang akan terjadi pada tahun itu. Pada setiap datang bulan senantiasa memberi salam padaku dan menceritakan peristiwa apapun yang akan terjadi pada bulan itu. Demikian setiap datang minggu dan hari, minggu dan hari itu memberi salam padaku dan memberitahukan masukan peristiwa yang akan terjadi pada minggu dan hari itu. Demi Dzat Kemuliaan Tuhan orang-orang yang akan mendapat kecelakaan dan kebahagiaan semuanya itu diajukan kepadaku. Pandangan mataku ada di lauhil mahfudz, dan aku tenggelam dalam lautan ilmunya Alloh dan dalam lautan musyahadah-Nya. Akulah yang menjadi hujjah Alloh bagimu. Akulah yang menjadi pengganti dan penerus Rosululloh SAW. Akulah yang menjadi pewarisnya di bumi. Manusia ada gurunya, malaikat ada gurunya, demikian pula jin ada gurunya, dan aku adalah guru semuanya".
Berkata Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul, "Manqobah itu berlaku bagi Tuan Syekh yang ada sekarang".
Manqobah Tuan Syekh tersebut mempunyai makna bahwa kedudukan beliau sudah mencapai Maqom Puncak (Haromil Qudsyiah), atau yang disebut Ma'rifatulloh. Hal itu menandakan perjalanan ruhani beliau sudah mencapai beberapa tingkatan lapisan alam, yaitu; alam mulki, alam malakut, dan alam jabarut atau alam lahut. Dimana tingkatan alam yang paling rendah ialah alam mulki atau yang disebut juga alam dunia, alam yang penuh dengan "kehinaan" tempat berdiamnya kebanyakan daripada manusia.
Pertanyaannnya adalah, "Mengapa beliau betah di alam dunia yang penuh dengan kehinaan? Bukankah lebih nikmat berdiam di alam Jabarut yang penuh dengan kemuliaan?
Bahkan dikisahkan bahwa, "Disaat Nabi Idris berkeliling di surga mendadak Nabi Idris ingin minum air sungai surga. “Bolehkah saya meminumnya? Airnya kelihatan sejuk dan segar sekali.” “Silahkan minum, inilah minuman untuk penghuni surga.” Jawab Izroill. Pelayan surga datang membawakan gelas minuman berupa piala yang terbuat dari emas dan perak. Nabi Idris pun minum air itu dengan nikmat. Dia amat bersyukur bisa menikmati air minum yang begitu segar dan luar biasa enak. Tak pernah terbayangkan olehnya ada minuman selezat itu. “Alhamdulillaah, Alhamdulillaah, Alhamdulillaah,” Nabi Idris mengucap syukur berulang-ulang. Setelah puas melihat surga, tibalah waktunya pergi bagi Nabi Idris untuk kembali ke bumi. Tapi ia tidak mau kembali ke bumi. Hatinya sudah terpikat keindahan dan kenikmatan surga Alloh. “Saya tidak mau keluar dari surga ini, saya ingin beribadah kepada Alloh sampai hari kiamat nanti,” kata Nabi Idris. “Tuan boleh tinggal di sini setelah kiamat nanti, setelah semua amal ibadah di hisab oleh Alloh, baru tuan bisa menghuni surga bersama para Nabi dan orang yang beriman lainnya,” kata Izroil. “Tapi Alloh itu Maha Pengasih, terutama kepada Nabi-Nya. Akhirnya Alloh mengkaruniakan sebuah tempat yang mulia di langit, dan Nabi Idris menjadi satu-satunya Nabi yang menghuni surga tanpa mengalami kematian.
Firman Alloh Subhanahu wa ta'ala, “Dan ceritakanlah Idris di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah orang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi, dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (QS Al-Anbiya : 85-86).
Pada saat peristiwa Isra’ Mi’raj, Nabi Muhammad SAW. bertemu dengan Nabi Idris. “Siapa orang ini? Tanya Nabi Muhammad Saw. kepada Jibril yang mendampinginya waktu itu. “Inilah Idris,” jawab Jibril. Selanjutnya Rasulullah melanjutkan perjalanan menghadap Alloh tanpa ditemani Jibril. Sesampainya di hadapan Alloh Swt. Rasululloh membaca yang artinya, “Segala penghormatan adalah milik Alloh, segala Rahmat dan kebaikan." Allah berfirman yang artinya: “Keselamatan bagimu wahai seorang nabi, Rahmat dan berkahnya." Rasul membaca lagi yang artinya, “Keselamatan semoga bagi kami dan hamba-hamba Alloh yang sholeh. Rasululloh dan umatnya menerima perintah ibadah shalat." Berfirman Alloh SWT, “Hai Muhammad Aku mengambilmu sebagai kekasih sebagaimana Aku telah mengambil Ibrahim sebagai kesayanagan dan Akupun memberi firman kepadamu seperti firman kepada Musa Akupun menjadikan umatmu sebagai umat yang terbaik yang pernah dikeluarkan pada manusia, dan Akupun menjadikan mereka sebagai umat wasath (adil dan pilihan), maka ambillah apa yang aku berikan kepadamu dan jadilah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur“. “Kembalilah kepada umatmu dan sampaikanlah kepada mereka dari Ku”.
Demikanlah kisah tersebut, dimana Nabi Muhammad Saw. rela untuk kembali ke alam dunia (mulki) untuk memberikan kabar kepada umatnya tentang kenikmatan di alam Jabarut dan memerintahkan umatnya untuk melaksanakan sholat. Sabda beliau, "Sholat itu mi'rajnya kaum mu'min". (Al Hadits). Semua itu beliau lakukan demi kecintaannya kepada umatnya. Saking cintanya beliau kepada umatnya, sampai-sampai ketika akan wafat pun beliau masih mengkhawatirkan keadaan umatnya, "Ummati, ummati...". Demikianlah beliau kembali pulang ke hadhirat Alloh Subhanahu wata'ala...
Demikian pula halnya dengan Guru Agung Tuan Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul r.a. Sebagaimana manqobah di atas, beliau adalah Guru daripada penghuni alam mulki yang dihuni oleh manusia, juga guru daripada alam malakut yang dihuni oleh malaikat dan jin, bahkan beliau telah sampai kepada alam jabarut. Mengapa beliau masih betah dan terlihat hal-ihwalnya di alam dunia? Semua itu adalah KARENA KECINTAAN BELIAU KEPADA MURID-MURIDNYA. Sebagaimana KECINTAAN ROSULULLOH KEPADA UMATNYA.
Tafaku Pecinta Kesucian Jiwa
03 Muharom 1437 H
Posting Komentar