Home » » GEMBIRA ATAS KELAHIRAN NABI

GEMBIRA ATAS KELAHIRAN NABI

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Jumat, 18 Desember 2015 | 04.08

Pada bulan Robi'ul Awwal (Maulud) ini, banyak kalangan umat Islam yang memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. dengan cara mengadakan acara baik Masjid-masjid maupun di rumah-rumah, mengundang banyak orang untuk bersama-sama bersilaturahmi, berdzikir, membaca Al Qur'an, membacakan cerita tentang sejarah kehidupan Nabi, bersedekah dengan membagi-bagikan makanan, semua itu dilakukan sebagai ungkapan kegembiraan rasa syukur karena telah lahir (datang) seorang Nabi yang berakhlak mulia yang patut untuk dicontoh keangungan akhlaknya.

Sebagaimana Firman Alloh Swt. di dalam Al Qur'an, kita dianjurkan untuk bergembira atas rahmat dan karunia Alloh Swt. kepada kita. Maka sepantasnyalah kitapun bergembira atas rahmat dan karunia diutusnya Nabi dan Rosul kepada kita umatnya.

Firman Alloh Swt. tentang diutus-Nya seorang Rosul sebagai karunia Alloh :

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Artinya, "Sungguh Alloh telah memberi kurnia kepada orang-orang yang beriman, ketika Alloh mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Alloh, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata". (QS. Ali Imron (3) : 164).

Salah satu contoh bahwa kedatangan Nabi/Rosul itu adalah karunia Alloh SWT :
Sebelum datang Islam, seluruh umat manusia memandang hina kaum wanita. Jangankan memuliakannya, menganggapnya sebagai manusia saja tidak.
  1. Orang-orang Yunani menganggap wanita sebagai sarana kesenangan saja.
  2. Orang-orang Romawi memberikan hak atas seorang ayah atau suami menjual anak perempuan atau istrinya.
  3. Orang Arab memberikan hak atas seorang anak untuk mewarisi istri ayahnya. Mereka tidak mendapat hak waris dan tidak berhak memiliki harta benda. Hal itu juga terjadi di Persia, Hidia dan negeri-negeri lainnya. Orang-orang Arab ketika itu pun biasa mengubur anak-anak perempuan mereka hidup-hidup tanpa dosa dan kesalahan, hanya karena ia seorang wanita! Allah berfirman tentang mereka :
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ . يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
Artinya, “Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS. An-Nahl [16]: 58).

Pasca kedatangan Nabi Muhammad SAW, kaum wanita dimuliakan dan diberikan hak yang sama dengan kaum laki-laki, sebagaimana Firman-Nya :

وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya, “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi laki-laki, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Baqarah [2]: 228).

Sehingga, tidaklah dapat dipungkiri bahwa Nabi Muhammad SAW. adalah rahmat atau anugerah Tuhan kepada manusia yang tiada taranya, sebagaimana Firman-Nya :

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ
Artinya, "Dan Kami tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam". (QS. Al-Anbiya (21) : 107).

Oleh karena itu, kita diperintahkan oleh Alloh agar bergembira (bersyukur) atas karunia dan rahmat-Nya :
قُلْ بِفَضْلِ اللّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُواْ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
Artinya, "Katakanlah! (Muhammad), dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan."  (QS.Yunus (10) : 58).

Diadakannya peringatan kelahiran Nabi ini ditujukan tidak lain adalah untuk mencontoh akhlak dan mengikuti ajarannya, sebagaimana Firman-Nya :

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورُ رَّحِيمُ
Artinya, "Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah, ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka se-sungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (QS. Ali Imran (3) : 31).

Orang-orang yang benar-benar mencintai Alloh diperintahkan untuk mengikuti seruan Rosululloh SAW. “Ikutilah aku”. Pertanyaannya, "Apakah benar kita mencintai Alloh? Sudah sejauh manakan cinta kita kepada Alloh?

Di dalam sebuah hadits Rosululloh SAW. bersabda, “Alaa matu hubbillaahi hubbu dzikrillah, wa ‘alaa matu bugh-dhillaahi bagh-dhi dzikrillaahi” Artinya, "Tanda cinta Allah adalah menyukai dzikrullah (dzikir kepada Allah). Dan tanda kebencian Allah adalah membenci dzikrullah azza wajalla." (HR. Baihaqi).

Disebutkan juga dalam suatu riwayat, bahwa Nabi Musa a.s. pernah bertanya kepada Alloh swt., "Ya Tuhanku, bagaimana cara mengetahui perbedaan antara kekasih-Mu dan kebencian- Mu?" Alloh swt. berfirman, "Hai Musa bagi kekasih-Ku ada dua tanda bukti : pertama, mudah berdzikir (mengingat dan menyebut-Ku), sehingga Aku juga dzikir kepadanya. Kedua, terpelihara dari segala yang haram dan kemarahan-Ku, sehingga ia selamat dari marah dan siksa-Ku. Demikian pula bagi kebencian-Ku ada dua tanda bukti : pertama, mudah lalai dzikir kepada-Ku. Kedua, mudah menuruti hawa nafsu sehingga terjerumus dalam kemaksiatan".

Firman Alloh SWT :
فَاذْكُرُوْنِيْ أَذْكُرْكُمْ وَ اشْكُرُوْا لِيْ وَلاَ تَكْفُرُوْن
Artinya, “Maka ingatlah kepadaKu, niscaya Aku akan ingat pula kepadamu; dan bersyukurlah!! kepadaKu dan janganlah Kamu menjadi kufur." (QS. Al Baqarah (2) : 152).
Kalau kita ingin mengikuti Rosululloh, tentu kita juga menyukai dzikrulloh, sebab Rosululloh saw. banyak berdzikir kepada Alloh, sebagaimana Firman-Nya :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasululloh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah". (QS. Al Ahzab (33) : 21).
Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari. Hadits itu menerangkan bahwa pada setiap hari senin, Abu Lahab diringankan siksanya di Neraka dibandingkan dengan hari-hari lainnya.
Dalam sebuah hadist disebutkan:

قَدْ رُؤِيَ أَبُوْ لَهَبٍ بَعْدَ مَوْتِهِ فِي النَّوْمِ فَقِيْلَ لَهُ مَا حَالُكَ ؟ فَقَالَ فِي النَّارِ إِلاَّ أَنَّهُ يُخَفَّفُ عَنِّي كُلَّ لَيْلَةِ اثْنَيْنِ وَأَمُصُّ مِنْ بَيْنِ أُصْبُعِي مَاءً بِقَدْرِ هَذَا-  وَأَشَارَ لِرَأْسِ أُصْبُعِهِ - وَأَنَّ ذَلِكَ بِإِعْتَاقِي لِثُوَيْبَةَ عِنْدَ مَا بَشَّرَتْنِي بِوِلاَدَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبِإِرْضَاعِهَا لَهُ.
Artinya, "Salah seorang keluarga (Abbas bin Abdul Mutholib r.a.) bermimpi bertemu Abu Lahab setelah kematiannya. Ada yang bertanya kepadanya: Bagaimana keadaanmu? Abu Lahab berkata: Saya di neraka. Hanya saja (siksa) diringankan bagi saya setiap hari senin dan saya meminum air dari jari saya seukuran ini (ia menunjuk ujung jarinya). Hal itu karena saya memerdekakan budak Tsuwaibah ketika dia memberi kabar gembira pada saya tentang kelahiran Nabi Muhammad, dan karena ia menyusui Nabi Muhammad SAW”. (HR. Bukhari).

Siapa Abu Lahab? Abu Lahab adalah salah satu paman Nabi, ia selalu menghalang-halangi dakwah Nabi, sehingga ia dicela dan diabadikan di dalam Al Qur’an.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم:
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.
سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ
Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar.
فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ
Yang di lehernya ada tali dari sabut.

Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, bahwa Nabi saw. pernah pergi ke tanah lapang, lalu beliau mendaki bukit seraya berseru: “Wahai sekalian kaum.” Kemudian orang-orang Quraisy berkumpul mendatangi beliau, kemudian beliau bersabda: “Bagaimana pendapat kalian jika aku memberitahu kalian bahwa musuh akan menyerang kalian di pagi atau sore hari, apakah kalian mempercayaiku?” “Ya,” jawab mereka. Beliau bersabda: “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan kepada kalian akan adzab yang sangat pedih.”
Lalu Abu Lahab berkata: “Apakah untuk ini engkau kumpulkan kami? Kebinasaanlah bagimu.” Lalu Allah menurunkan tabbat yadaa abii lahabiw watabb (binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa). Yang pertama sebagai kutukan baginya, sedangkan yang kedua sebagai pemberitahuan mengenai keadaannya.

Abu Lahab adalah salah seorang paman Rasulullah saw. yang nama aslinya adalah ‘Abdul ‘Uzza bin ‘Abdul Muththalib dan nama kun-yahnya adalah Abu ‘Utaibah. Disebut Abu Lahab karena wajahnya yang memancarkan cahaya. Dia termasuk orang yang menyakiti, membenci, mencaci, dan merendahkan Rasulullah saw. dan juga agama beliau.

Imam Ahmad meriwayatkan, Ibrahim bin Abil ‘Abbas memberitahu kami, ‘Abdurrahman bin Abiz Zinad memberitahu kami, dari ayahnya, dia berkata: “Ada seseorang yang bernama Rabi’ah bin ‘Abbad dari bani ad-Dail –yang dulunya dia seorang Jahiliyyah yang kemudian masuk Islam- memberitahuku, dimana dia berkata: ‘Aku pernah melihat Nabi saw. pada masa jahiliyah di pasar Dzul Majaz, beliau bersabda: ‘Wahai sekalian manusia, katakanlah: Laa Ilaaha Illalloh, niscaya kalian beruntung.’ Dan orang-orang pun berkumpul menemuinya sedang di belakangnya terdapat seseorang yang wajahnya bersinar terang, yang memiliki dua tanda mengatakan: ‘Sesungguhnya dia (Rasulullah) adalah seorang pemeluk Shabi’ah lagi pendusta.’ Dia mengikuti beliau kemana saja beliau pergi. Kemudian aku tanyakan mengenai dirinya, maka orang-orang menjawab: ‘Ini adalah pamannya, Abu Lahab.’ Kemudian diriwayatkan dari Syuraih dari Ibnu Abiz Zinad dari ayahnya, lalu dia menyebutkannya. Abuz Zinad berkata: “Aku katakan kepada Rabi’ah, ‘Apakah pada saat itu engkau masih kecil?’ Dia menjawab: ‘Tidak, demi Allah. Sesungguhnya pada saat itu aku sudah berakal.’” Diriwayatkan oleh Ahmad seorang diri.

Dengan demikian, firman Allah Ta’ala: tabbat yadaa abii lahabiw watabb, “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.” Yakni benar-benar merugi lagi gagal, amal perbuatan dan usahanya pun telah tersesat. ‘Watabb’ yakni binasa lagi benar-benar terbukti kerugian dan kebinasaannya.

Firman-Nya: maa aghnaa ‘an humaa luhuu wamaa kasab (tidaklah berfaedah baginya harta bendanya dan apa yang ia usahakan). Ibnu ‘Abbas dan lainnya mengatakan, wa maa kasab (dan apa yang ia usahakan) yakni anaknya. Dan hal senada juga diriwayatkan dari ‘Aisyah, Mujahid, ‘Atha’, al-Hasan, dan Ibnu Sirin. Dan disebutkan juga dari Ibnu Mas’ud bahwa ketika Rasulullah saw. mengajak kaumnya untuk beriman, Abu Lahab berkata: “Jika apa yang dikatakan oleh anak saudaraku itu benar, maka aku akan menebus diriku dari siksaan pada hari kiamat kelak dengan harta dan anakku. Maka Allah Ta’ala pun menurunkan: maa aghnaa ‘an humaa luhuu wa maa kasab (tidaklah berfaedah baginya harta bendanya dan apa yang ia usahakan).

Firman-Nya: Sayashlaa naaron dzaata lahab (kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak). Yakni api yang memiliki bunga api yang besar dan daya bakarnya sangat panas. Wamro-atuhuu hammaa latal hatab (dan begitu pula istrinya, pembawa kayu bakar). Dan istrinya termasuk kaum wanita Quraisy yang terhormat, yaitu Ummu Jamil dan namanya Arwa binti Harb bin Umayyah, yang merupakan saudara Abu Sufyan, dia menjadi pembantu setia suaminya dalam kekufuran, keingkaran dan perlawanannya. Oleh karena itu, pada hari kiamat kelak diapun akan menjadi pembantu suaminya dalam menjalani siksaan-Nya di Neraka Jahanam. Oleh karena itu Allah berfirman : Hammaalatal hathabi fii jiidihaa hamblum mim masad (“Dan begitu [pula] istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.”), yakni dia biasa membawa kayu bakar dan menyerahkannya kepada suaminya untuk menambah (berat) apa yang dia alami itu, sedang dia senantiasa siap melakukan hal tersebut.

Fii jiidihaa hablum mim masad (“Yang di lehernya ada tali dari sabut.”) Mujahid dan ‘Urwah mengatakan: “Dari sabut neraka.” Dari Mujahid, ‘Ikrimah, al-Hasan, Qatadah, ats-Tsauri, dan as-Suddi, hammaalatal hathab (“pembawa kayu bakar”) dimana istrinya ini biasa berkeliling untuk melancarkan adu domba. Dan pendapat ini pula yang menjadi pilihan Ibnu Jarir.
Al-‘Aufi meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ‘Athiyyah al-Jadali, adl-Dlahhak, dan Ibnu Zaid: “Dia biasa meletakkan duri di jalanan (yang dilalui) Rasulullah saw.” Dan yang benar adalah pendapat pertama. Wallahu a’lam. Sa’id bin al-Musayyab mengatakan: “Dia memiliki kalung yang sangat mewah. Dan dia mengatakan: ‘Aku akan dermakan kalungku ini untuk memusuhi Muhammad.’ Yakni, sehingga Allah akan menimpakan (azab) dengan meletakkan tali di lehernya yang terbuat dari sabut neraka.” Ibnu Jarir meriwayatkan dari asy-Sya’bi, dia mengatakan: “Al-Masad berarti serabut.” ‘Urwah bin az-Zubair mengatakan: “Al-Masad berarti rantai yang panjangnya 70 hasta.”
Mengenai firman-Nya: Fii jiidihaa hablum mim masad (“Yang di lehernya ada tali dari sabut.”) Mujahid mengatakan: “Yakni kalung dari besi.” Sedangkan Ibnu Abi Hatim pernah meriwayatkan dari Asma’ binti Abi Bakr, dia berkata: “Ketika turun ayat: Tabbat yadaa abii lahabiw watabb (“Binasalah kedua tangan Abu Lahab”), seorang wanita yang buta sebelah matanya, Ummu Jamil binti Harb muncul, dimana dia mempunyai lengkingan (suara) yang sangat tinggi sedang di tangannya terdapat batu. Dia mengatakan: “Mudzammaman abainaa, wadiihuhu qallainaa, wa amruhu ‘ashainaa.” (“Dia orang hina yang kami abaikan, agamanya kami remehkan, dan perintahnyapun kami durhakai.”).

Dan Rasulullah saw. duduk di sebuah masjid bersama Abu Bakr. Ketika melihatnya (istri Abu Lahab), Abu Bakr berkata: “Wahai Rasulullah, dia telah muncul sedang aku khawatir dia akan melihatmu.” Maka Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya dia tidak akan pernah melihatku.” Dan beliau membaca al-Qur’an yang berliau pegang teguh. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Ta’ala: “Wa idzaa qara’tal qur-aana ja’alnaa bainaka wa bainal ladziina laa yu’minuuna bil aakhirati hijaabam masthuuraa” (“Dan apabila kamu membacakan al-Qur’an niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup.”) (al-Isra: 45). Kemudian dia datang sehingga berhenti dekat Abu Bakr tanpa melihat Rasulullah saw. lalu dia berkata: “Wahai Abu Bakr, sesungguhnya aku beritahu bahwa sahabatmu telah mencaciku.” Abu Bakr berkata: “Tidak. Demi Rabb Pemelihara rumah ini, dia tidak mencacimu.” Kemudian dia berpaling seraya berkata: “Kaum Quraisy telah mengetahui kalau aku anak perempuan pemukanya.”

Para ulama mengatakan: “Dan di dalam surat ini terkandung mukjizat yang sangat nyata dan dalil yang sangat jelas tentang kenabian, dimana sejak firman Allah Ta’ala ini turun: “Sayashlaa naarong dzaatal lahab. Wamra atuhuu hammaalatal hathab. Fii jiidihaa hablum mim masad.” (“Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.”) (Melalui ayat ini) Allah mengabarkan bahwa keduanya akan mendapat kesengsaraan dan tidak akan beriman. Keduanya atau salah satu dari keduanya tidak akan pernah beriman, baik lahir maupun batin, secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Dan hal itu merupakan bukti yang paling kuat dan jelas yang menunjukkan kenabian.

Jika Abu Lahab (paman Nabi) saja, yang yang jelas-jelas kafir dan dicela oleh Al-Qur’an, diringankan siksanya lantaran ungkapan kegembiraan atas kelahiran Rasululloh Saw. Ketika Tsuwaibah, budak perempuan Abu Lahab menyampaikan berita gembira tentang kelahiran sang Cahaya Alam Semesta itu, Abu Lahab pun memerdekakannya sebagai tanda suka cita. Maka bagaimana dengan orang yang beragama Islam yang gembira dengan kelahiran Rasulullah Saw.? Tentu akan mendapatkan balasan yang lebih baik lagi daripada Abu Lahab.
Demikianlah penjelasan-penjelasan tentang peringatan (perayaan) kelahiran (maulid) Nabi Muhammad Saw. termasuk sesuatu yang boleh dilakukan. Apalagi perayaan maulid itu isinya adalah bacaan sholawat, sedekah dengan beraneka makanan, pengajian agama dan sebagainya, semuanya itu merupakan amalan-amalan yang memang dianjurkan oleh Syari’at Islam.

Alloh swt. berfirman :
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ
Artinya, "Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu". (QS.Hud (11) :120).
Isyarat bahwa Rosululloh Saw. memuliakan hari kelahiran, dapat diambil kiyas dari keterangan hadits tersebut di bawah ini.

عَنْ أبِي قَتَادَةَ الأنْصَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ اْلإثْنَيْنِ فَقَالَ فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ – صحيح مسلم

Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari r.a. bahwa Rasululloh Saw. pernah ditanya tentang puasa Senin. Maka beliau menjawab, “Pada hari itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku”. (HR. Muslim).

Hadanalloh waiyyakum ajma'in, wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. UNTAIAN MUTIARA TQN SURYALAYA - SIRNARASA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger