Latest Post
07.01
Sekali lagi, keyakinan bahwa pengersa abah Aos sebagai penerus pengersa abah Anom sebenarnya sudah banyak diyakini oleh para ikhwan, namun karena banyaknya birokrasi diseputar pengersa abah Anom, seperti instrumen yayasan misalnya, lembaga kepesantrenan, dll. Keberadaan birokrasi tersebut lah yang membuat keyakinan tersebut sedikit memudar mengingat betapa sulitnya menembus hirarki Pondok Pesantren Suryalaya. Keraguan-keraguan itu kemudian muncul, seperti; apakah ajengan Gaos mampu menembus hirarki pondok pesantren Suryalaya? dan apakah ajengan gaos mampu dikenal banyak kalangan seperti pengersa Abah Anom?
Namun demikian, ternyata masih ada golongan ikhwan yang ibarat, "Bak menabur garam di lautan tanpa tepi". Siapa golongan tersebut, ialah sebagaimana yang saya tulis di, “Strategi Di Atas Para Raja”.
Bahkan merupakan kebangaan saya juga kepada bapak, sehingga tentang bapak saya masukkan ke dalam blog pribadi saya, ini membuktikan bahwa saya termasuk salah seorang yang mengagumi bapak.
Tapi, ya sudahlah... saya teringat kata orang bijak, "terkadang tanpa kita sadari atas sikap kita itu dapat terlihat sesungguhnya kita berada di maqom apa?, dan ada kalanya orang itu tidak tersohor di penghuni bumi, namun ia sangat tersohor di penghuni langit, sebaliknya ada kalanya orang itu sangat tersohor di penghuni bumi, namun ia tidak tersohor di penghuni langit". Wallaahu'alam Bishshowab.
Bak Menggarami Laut di Lautan Tanpa Tepi
Written By Mahmud J. Al Maghribi on Selasa, 25 Februari 2014 | 07.01
Dahulu sewaktu
pengersa Abah Anom masih ada di dunia, banyak orang para muridnya
bertanya-tanya, "Siapakah kelak yang akan menjadi penerus beliau, jika
kelak beliau wafat?
Pada waktu itu, jauh
sebelum beliau wafat, menurut saya setidaknya ada sebelas orang wakil talqin
yang masih hidup, dari delapan puluh sembilan wakil talqin muridnya pengersa
abah Anom yang lebih menonjol dari yang lainnya, ialah :
- H. Ali bin Haji Mohammed (Wakil
Talqin) dari Singapore.
- Hj. Mohd. Zuki As Syujak bin
Syafie (Wakil Talqin) dari Malaysia.
- KH. Muhammad Abdul Gaos
Saefullah Maslul (Wakil Talqin) dari Ciamis.
- KH. Zaenal Abidin Anwar (Wakil
Talqin) dari Suryalaya.
- KH. Zainal Abidin Bazul Asyhab
(Wakil Talqin) dari Sukabumi
- Prof. Dr. Juhaya S. Praja
(Wakil Talqin) dari Bandung.
- KH. Arief Ikhwanie AS (Wakil
Talqin) dari Bandung.
- Drs. H. Wahfiudin MBA. (Wakil
Talqin) dari Jakarta.
- Prof. Dr. H. A. Tafsir, MA
(Wakil Talqin) dari Bandung
- KH. Muhammad Sholeh (Wakil
Talqin) dari Jakarta.
- KH. Moch. Ali Hanafiah (Wakil
Talqin) dari Surabaya.
Dari sebelas orang
wakil talqin tersebut yang paling menonjol kelebihannya dibanding dengan yang
lainnya, ialah Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefullah Maslul al Qodiri
an-Naqsyabandi r.a. Kelebihan-kelebihannya sbb :
- Masih hidup hingga saat ini
(syaikhul hayyi).
- Murid generasi awal, sejak
tahun 1968.
- Selalu bersama-sama Abah Anom.
- Menguasai ilmu-ilmu agama yang
luas.
- Mewarisi ilmu dan amaliah
mursyid.
- Produktif menulis kitab (buku).
- Setia, menjadikan gurunya,
satu-satunya figur sebagai panutan pada zamannya.
- Selalu berjuang untuk
mengagungkan ajaran gurunya.
- Digemari oleh murid-murid.
- Istiqomah.
Nah, dari beberapa
kelebihan-kelebihan tersebut maka tidaklah heran jika sejak pengersa abah Anom
masih hidup pun, bahwa tentang siapa yang menjadi calon penerus beliau kelak
sebenarnya sudah mulai terlihat, yakni mengarah kepada pengersa abah Aos. Hal
ini ditandai dengan banyaknya ikhwan bertanya kepada belaiu tentang siapakah
nanti yang akan menjadi penerus pengersa abah Anom? Dan terhadap pertanyaan
ini, beliau dengan tegas menjawab, bahwa "penerus pengersa abah
pasti ada, siapa? yaitu pasti muridnya.”
Sekali lagi, keyakinan bahwa pengersa abah Aos sebagai penerus pengersa abah Anom sebenarnya sudah banyak diyakini oleh para ikhwan, namun karena banyaknya birokrasi diseputar pengersa abah Anom, seperti instrumen yayasan misalnya, lembaga kepesantrenan, dll. Keberadaan birokrasi tersebut lah yang membuat keyakinan tersebut sedikit memudar mengingat betapa sulitnya menembus hirarki Pondok Pesantren Suryalaya. Keraguan-keraguan itu kemudian muncul, seperti; apakah ajengan Gaos mampu menembus hirarki pondok pesantren Suryalaya? dan apakah ajengan gaos mampu dikenal banyak kalangan seperti pengersa Abah Anom?
Pasca kepergian
pengersa abah Anom, pertanyaan serupa "Siapakah penerus Abah anom?"
semakin menjadi perbincangan hangat oleh masyarakat, terutama para ikhwan TQN
Pondok Pesantren Suryalaya. Mengapa?, sebab pengersa abah Anom tidak
meninggalkan pesan sebagai bukti otentik tentang siapa yang menjadi penerusnya
sebagai Mursyid TQN Pondok Pesantren Suryalaya yang ke 38. Pertanyaan tersebut
tidak ada yang mampu menjawabnya, kecuali pengersa Abah Aos sendiri. Akhirnya
setelah setelah beberapa bulan berjalan, akhirnya pertanyaan tersebut terjawab
sudah dengan pernyataan-pernyataan Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefullah Maslul
al Qodiri an-Naqsyabandi ra.
Berikut ini
jawaban-jawaban beliau, baik tersirat maupun tersurat, sbb:
- Sejak tahun 1957 sudah diminta
oleh pengersa Abah Anom kepada Ibunda beliau, Hj. Siti Muslihah.
- Sejak tahun 1968 sampai tahun
1973 (lima tahun) setiap hari berjalan kaki dari Panjalu ke Suryalaya
untuk berguru kepada pengersa Abah Anom.
- Selama tujuh tahun, setiap
malam duduk disamping kiri pengersa Abah Anom. Baru berhenti setelah di
ijazahkan secara simbolis berupa sebuah cicin batu akik dari Abah Anom.
- Pada tahun 1989 disaksikan
beberapa ikhwan pengersa Abah Anom penepuk pundak beliau dengan
mengucapkan penggalan ayat Al-Quran Surat Al-Baqoroh, ayat 247.
- Mendapatkan perintah dari
pengersa abah Anom, "Goreskan itu Manaqib".
- Mendapat perintah dari pengersa
abah Anom, "kembangkan manaqib, itu program abah".
- Mendapat perintah untuk
berdakwah sebagai Panglima dari pengersa Abah Anom.
- Mendapat restu dari Abah Anom,
“Abah mah kumaha ceuk Aos. Ceuk Aos “A”, A. Ceuk Aos “B”, B.
- Perintah pengersa Abah Anom,
"tuturkeun aos".
- Diharapkan oleh pengersa Abah
Anom, "aos mah kudu didie".
- Mendapat perintah dari pengersa
abah Anom, "amalkan, amankan, lestarikan TQN Pondok Pesantren
Suryalaya. Kalau bukan kita siapa lagi?"
Dengan jawaban dari beliau ini, bagi
ikhwan TQN Pondok Pesantren Suryalaya sudah sangat jelas siapa yang menjadi
penerus pengersa Abah Anom, Syekh Ahmad Shohibulwafa' Tajul Arifin r.a. sebagai
Mursyid TQN Pondok Pesantren Suryalaya yang ke 38, sebagai mana sayapun
mengakui beliau sejak 22 Agustus 2013 yang say tuangkan dalam tulisan “Cahaya
Yang Tak Pernah Padam”, pengakuan ini berdasarkan perenungan saya sebelumnya
yang saya tuangkan dalam tulisan, “Perjalanan Murid Mengenali Gurunya” dan juga
berdasarkan kesaksian saya, yang saya tulis dalam, “Kesaksianku Untuk Dia”.
Karomah pengersa abah
Aos, banyak sekali, yang menandakan kebenaran beliau, diantaranya :
- Mampu mengamalkan, mengamankan,
dan melestarikan ajaran TQN Pondok Pesantren Suryalaya sendiri, dengan
dibantu salah seorang wakil talqin pengersa abah Anom.
- Mampu membimbing dan
meningkatkan amal ibadah muridnya, baik secara kuantitas dan kualitas.
- Mampu menghadapi rintangan yang
menghambat baik yang datang dari para ikhwan, wakil talqin, dan ahlul
bait.
- Mampu melaksanakan manaqib di
masjid-masjid raya di Indonesia.
- Mampu mengadakan manaqib di
masjid-masjid jami' Internasional.
- Diterima di madrasah tuan Syekh
Abdul Qodir al Jailani q.s. di Baghdad Iraq sebagai Mursyid TQN Pondok
Pesantren Suryalaya.
- Mendapat pengakuan sebagai
murid Syekh Abdul Qodir al Jailani q.s. dari pewaris Madrasah beliau yaitu
Syaikh Hashimuddin al Jailani r.a. dan menadapat gelar Al Qodiri.
- Mendapat kunjungan kehormatan
dari cucu ke 25 tuan Syekh Abdul Qodir al Jailani q.s. yaitu Syaikh
Muhammad Fadil al Jajilani r.a. (penyusun kitab tafsir abdul qodir
jailani) dan mendapat pengakuan Mursyid Kamil Mukammil.
- Mendapat kunjungan kehormatan
dari cucu tuan Syekh Abdul Qodir al Jailani q.s. yaitu Syaikh Afeefuddin al
Jailani r.a. Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah di Malaysia, dan mendapat gelar
An-Naqsyabandi.
- Mendapatkan pengakuan dari para
tokoh di pemerintah dan kalangan profesional, diantaranya; H. Dahlan Iskan
(Menteri BUMN), yang mengatakan, "saya adalah timba yang mencari
sumur, sumur itu adalah pengersa abah Aos", Prof. DR. Nasaruddin Umar
MA (Wakil Menag/Wk. Talqin), yang mengatakan "membela abah Aos sama
dengan membela abah Anom", Prof. DR. Asep Usman Ismail (Dosen UIN
Jakarta/Wk. Talqin) yang mengatakan, "mursyid itu estafeta, abah Aos
sebagai penerus abah Anom sudah tepat", dan Dr. (HC) Ary Ginanjar
(Owner ESQ/Wk. Talqin), yang mengatakan, "saya datang kesini bukan
untuk ceramah, tetapi untuk belajar kepada pengersa Abah Aos".
Namun demikian, ternyata masih ada golongan ikhwan yang ibarat, "Bak menabur garam di lautan tanpa tepi". Siapa golongan tersebut, ialah sebagaimana yang saya tulis di, “Strategi Di Atas Para Raja”.
Masih ada saja yang
berpikiran "rasionalisme" yang menganggap "Imitasi" bahkan
menginginkan TQN Pondok Pesantren Suryalaya dibelah dua menjadi TQN Sirnarasa.
Terhadap tuduhan ini, Abah Aos menjawab,
"Dalam tanbih, jangan timbul keretakan, retak saja tidak boleh apalagi
dibelah! maka yang menginginkan TQN Pondok Pesantren Suryalaya dibelah itu,
adalah penghianat tanbih. Tidak ada TQN Sirnarasa, yang ada hanya TQN Pondok
Pesantren Suryalaya, karena di dalam tanbih, “Pun kami tempat orang bertanya
tentang thoriqoh qodiriyyah wa naqsyabandiyah pondok pesantren suryalaya."
Dikutip Februari 2014
Bahkan dengan nafsunya
ia berani mengatakan :
- "Sehingga
banyak orang terbawa tanpa sadar". à Inilah yang saya katakan "bak menggarami laut", bagaimana
mungkin saya yang menjalani koq orang lain yang merasakan?
- "Memancing
ikan di akuarium tetangga, karena sang pemilik bisa marah, lebih baik memancing di lautan
tanpa tepi". à Bagaimana mungkin dapat menghakimi para
murid pengamal TQN Pondok Pesantren Suryalaya dikatakan tetangga sebelah?
- "...
selain faktor wilayah (kewalian dari langit) juga faktor khilaafah
(kepemimpinan, organisasi, dan manajemen). Apabila kedua faktor itu
menyatu, maka tak ada lagi yang dapat merintangi". à Bagaimana mungkin meragukan kekuasaan
Alloh, apakah tidak cukup dipahami itu sudah ketentuan Alloh (dari langit)
saja?
- ".....banyak
tarekat-tarekat yang hanya dijadikan batu pijakan oleh para broker
politik...". à Bagaimana mungkin bisa berprasangka
buruk seperti demikian, bukankah pengersa Abah Anom telah mengajarkan
untuk senantiasa menjalin hubungan dengan Pemerintah termasuk juga dengan
Partai Politik?
Dikutip
Februari 2104
- "....pertanyaannya
: bagaimana jika apa yang telah diajarkan oleh gurunya terdahulu (guru
yang kamil mukammil adalah pelajaran yang sudah sempurna, masihkah
diperlukan penambahan? à Bagaimana mungkin menganggap tidak perlu lagi
menambah kualitas dan kuantitas ibadah?, Bagaimana mungkin mengganggap
bahwa pintu kewalian telah tertutup?
Dan yang sangat
membuat saya terkejut, adalah ketika saya akan melihat kembali jalinan
silaturahim di sosial media facebook, ternyata saya sudah di remove dari
pertemanan olehnya. Masya Alloh, hanya karena saya berbeda pendapat dan
menyarankan kepada beliau (yang juga sebenarnya saya kagumi) sbb :
- Berbaiksangkalah terhadap isu
politik.
- Menegaskan Kemursyidan pengersa
Abah Aos sebagai penerus abah Anom.
- Menyarankan agar membuat status
yang lebih bijak dan bersikap seperti para wakil talqin yang lainnya.
- Menyarankan agar berkarya nyata
sebagaimana pengersa Abah Aos mengadakan manaqiban di masjid Istiqlal
dengan menggandeng para tokoh nasional dan internasional.
- Saya nerpendapat bahwa, beliau
dulu tidak seaktif seperti sekarang ini.
Dikutip
Februari 2014
- "Bila
ada yang berkomentar jahat, hapus saja komentar itu. Yang bersangkutan pun
di unfriend saja, karena dia memang tidak berniat untuk menjadi friend.
Kehadirannya hanya untuk mengintip-intip (tajassus)". à Bagaimana mungkin menghakimi bahwa orang yang
berniat memberi nasihat/berbeda pendapat langsung divonis jahat dan
tajassus? Apakah tidak menyadari siapa tahu orang tersebut memang berniat
baik untuk menjalin silaturahmi walau hanya lewat facebook? Apakah tidak
menyadari kalau orang tersebut barangkali dapat memetik hikmah darinya
dengan jalinan silaturahmi di facebook?
Almukarrom al Ustadz
Wahfiudin, saya friend dengan bapak jauh sebelum saya mengakui kemursyidan Abah
Aos. Sejak dahulu saya sesungguhnya mengagumi dan membanggakan bapak, bahkan
kami di wilayah Tangerang pernah sangat bangga atas kehadiran bapak di majelis
manaqib memenuhi undangan dari yayasan, pada waktu itu bapak mengatakan,
"yang namanya manaqib tidak ada istilah diundang, tapi kewajiban untuk
menghadirinya.”
Bahkan merupakan kebangaan saya juga kepada bapak, sehingga tentang bapak saya masukkan ke dalam blog pribadi saya, ini membuktikan bahwa saya termasuk salah seorang yang mengagumi bapak.
Tapi, ya sudahlah... saya teringat kata orang bijak, "terkadang tanpa kita sadari atas sikap kita itu dapat terlihat sesungguhnya kita berada di maqom apa?, dan ada kalanya orang itu tidak tersohor di penghuni bumi, namun ia sangat tersohor di penghuni langit, sebaliknya ada kalanya orang itu sangat tersohor di penghuni bumi, namun ia tidak tersohor di penghuni langit". Wallaahu'alam Bishshowab.
Mohon maaf,
tulisan ini tidak bermaksud apa-apa, namun semata hanya karena dorongan yang kuat
yang berasal dari hati. Haadanalloh wa iyyakum ajma'in, wassalamu'alaikum wr.
wb.