Latest Post
01.49
Thoriqoh sejatinya adalah Jalan Menuju Alloh SWT. Sudah cukup! Dalam tulisan ini tidak mengupas tentang apakah thoriqoh itu, serta dalil-dalilnya yang ada di Al Quran dan Hadist? Tulisan-tulisan terdahulu sudah banyak menjelaskan tentang apa itu thoriqoh. Tulisan ini hanya sekedar pendapat pribadi berdasarkan pengalaman yang penulis rasakan, yaitu perbedaan thoriqoh yang didukung dengan organisasi secara formal dan thoriqoh yang tidak didukung organisasi secara formal.
Thoriqot yang didukung dengan organisasi secara formal
Sebagaimana tujuannnya, thoriqoh adalah sarana atau wadah untuk mendekatkan diri kepada Alloh Azza Wajalla. Seiring perjalannnya, sarana atau wadah tersebut seringkali diformalkan dengan membentuk suatu Organisasi secara Formal. Tujuannya adalah untuk memudahkan dalam membina jamaahnya agar terorganisir, sehingga dengan demikian thoriqoh diharapkan dapat berkembang pesat di lingkungan masyarakat.
Salah satu contoh adalah Thoriqot Qodiriyah wa Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya dengan Yayasan Serba Bakti-nya. Awal mulanya TQN PPS ini tidaklah dinaungi oleh sebuah Organisasi secara Formal, namun atas usul dari salah satu tokoh yang juga salah satu orang dekat pengersa Abah Anom maka dibentuklah sebuah organisasi sebagai wadah dalam membina seluruh ikhwan yang semakin hari semakin meningkat jumlahnya baik di dalam negeri maupun di luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Australia, dll.
Dalam perkembangannya, ternyata organisasi tersebut memang terbukti efektif dalam membina serta memberikan pelayanan terhadap para ikhwan dan akhwat. Di setiap daerah dibentuk perwakilan-perwakilan yayasan bahkan sampai ke tingkat Kabupaten/Kota diseluruh Indonesia. Dengan wadah organisasi ini maka seluruh kegiatan di lingkungan ikhwan TQN PPS dapat terorganisir dengan baik. Yayasan Serba Bakti PPS sangat berperan dalam melakukan pembinaan sebagai wakil dari Mursyid, yaitu pengersa Abah Anom yang semakin lanjut usianya sehingga tidak memungkinkan untuk membina secara langsung seluruh murid-muridnya yang banyak tersebar di manca negara.
Akan tetapi, tanpa disadari keadaan ini secara perlahan dengan sendirinya membentuk suatu 'hirarki', dan muncullah istilah-istilah seperti; pengurus, ketua, pembina, wakil talkin, muballigh, sesepuh, dan yang paling akhir adalah ikhwan. Kenyataan ini lama-kelamaan akhirnya membentuk suatu 'kasta' atau sekat-sekat, atau hirarki yang membatasi para Murid untuk dekat kepada Guru Mursyidnya secara lahiriah. Bagi mereka yang memiliki jabatan atau kedudukan yang lebih tinggi, mereka itulah yang dianggap lebih dekat kepada Guru Mursyid, sehinga merekapun akhirnya merasa berhak untuk mendapatkan penghormatan dari para ikhwan yang ada di bawahnya. Murid yang tidak memiliki kedudukan dalam organisasi tidak berhak tampil tanpa ada izin dari pengurus yayasan. Sebagai contoh, ikhwan suatu daerah tidak boleh ikut sebagai peserta pelatihan Muballigh di pusat Suryalaya tanpa ada rekomendasi dari Pengurus Yayasan setempat, atau karena sudah terbentuk sekat-sekat, ikhwan yang tidak ditunjuk sebagai peserta tidak ada keberanian untuk mengajukan dirinya, karena merasa malu dan tidak pantas. Akibat dari situasi ini akhirnya tanpa disadari telah menimbulkan istilah 'Abah-abahan' di lingkungan ikhwan TQN PPS.
Thoriqoh yang tidak didukung organisasi secara formal
Penerus Guru Agung pengersa Abah Anom, pengersa Abah Aos, berdasarkan pengalaman terdahulu mengeluarkan kebijakan (maklumat) untuk mengoreksi keberadaan suatu organisasi dalam suatu thoriqoh, yaitu menyatakan bahwa, MTQN PPS bukan yayasan atau organisasi masyarakat (ormas) atau organisasi sosial politik (orsospol) yang berbadan hukum. MTQN PPS tidak memiliki legalitas formal. Silahkan baca : http://mahmudjonsen.blogspot.com/2013/11/deklarasi-bersama-madrosah-tqn-pps.html
Kini, seluruh ikhwan TQN PPS bebas mendekat, menyentuh, mengakui, memiliki, merasa bahagia menerima kasih sayang dari Guru Mursyid. Hilang sudah sekat-sekat itu, tidak ada lagi hirarki, tidak ada lagi perasaan tidak pantas, merasa jauh, merasa karena bukan pengurus, bukan wakil talkin, bukan muballigh, bukan sesepuh, bukan... bukan...., semuanya merasakan sama, sama-sama berhak mendapatkan perhatian dan limpahan berkah karomah Guru Mursyid.
Dan ternyata keadaan ini adalah salah satu tanda bahwa seseorang itu adalah Mursyid, sebagaimana disampaikan KH. Abdullah Munif, salah seorang Khodim Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki (Makkah), yang kini sebagai Wakil Talkin Abah Aos, "Katanya Abuya; kullun minal muriddin yakhosysyu akrobu ilaihi min ghoiri, tanda-tandanya mursyid itu, kalo masing-masing anak/murid merasa paling dekat daripada yang lain". Silahkan lihat : https://www.youtube.com/watch?v=hJcGcjyQKV4
Inilah Syaahid, saksi mata! Dari siapa? dari seorang yang berilmu, murid/khodim Sayyid Muhammad bin Alwi al Maliki (seorang wali Alloh, ulama besar di Mekkah), bukan dari saya (penulis) yang bukan siapa-siapa, tetapi dari KH. Abdullah Munif. Untuk siapa? untuk kita, kita siapa? muridnya Abah Anom yang masih belum percaya, atau muridnya Abah Aos yang masih galau, masih ragu, atau sekedar ikut-ikutan. Sekali lagi ini adalah syaahid! beliau orang baru di TQN PPS, beliau muridnya ulama besar, bukan ecek-ecek, ia mengatakan bahwa Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul al Qodiri an Naqsyabandi, q.s. adalah Mursyid al Kamil Mukammil.
Semoga ada manfaatnya...
Pecinta Kesucian Jiwa
"ZAWIYAH THORIQOH vs ORGANISASI THORIQOH"
Written By Mahmud J. Al Maghribi on Kamis, 20 November 2014 | 01.49
Al Fakir |
Thoriqot yang didukung dengan organisasi secara formal
Sebagaimana tujuannnya, thoriqoh adalah sarana atau wadah untuk mendekatkan diri kepada Alloh Azza Wajalla. Seiring perjalannnya, sarana atau wadah tersebut seringkali diformalkan dengan membentuk suatu Organisasi secara Formal. Tujuannya adalah untuk memudahkan dalam membina jamaahnya agar terorganisir, sehingga dengan demikian thoriqoh diharapkan dapat berkembang pesat di lingkungan masyarakat.
Salah satu contoh adalah Thoriqot Qodiriyah wa Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya dengan Yayasan Serba Bakti-nya. Awal mulanya TQN PPS ini tidaklah dinaungi oleh sebuah Organisasi secara Formal, namun atas usul dari salah satu tokoh yang juga salah satu orang dekat pengersa Abah Anom maka dibentuklah sebuah organisasi sebagai wadah dalam membina seluruh ikhwan yang semakin hari semakin meningkat jumlahnya baik di dalam negeri maupun di luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Australia, dll.
Dalam perkembangannya, ternyata organisasi tersebut memang terbukti efektif dalam membina serta memberikan pelayanan terhadap para ikhwan dan akhwat. Di setiap daerah dibentuk perwakilan-perwakilan yayasan bahkan sampai ke tingkat Kabupaten/Kota diseluruh Indonesia. Dengan wadah organisasi ini maka seluruh kegiatan di lingkungan ikhwan TQN PPS dapat terorganisir dengan baik. Yayasan Serba Bakti PPS sangat berperan dalam melakukan pembinaan sebagai wakil dari Mursyid, yaitu pengersa Abah Anom yang semakin lanjut usianya sehingga tidak memungkinkan untuk membina secara langsung seluruh murid-muridnya yang banyak tersebar di manca negara.
Akan tetapi, tanpa disadari keadaan ini secara perlahan dengan sendirinya membentuk suatu 'hirarki', dan muncullah istilah-istilah seperti; pengurus, ketua, pembina, wakil talkin, muballigh, sesepuh, dan yang paling akhir adalah ikhwan. Kenyataan ini lama-kelamaan akhirnya membentuk suatu 'kasta' atau sekat-sekat, atau hirarki yang membatasi para Murid untuk dekat kepada Guru Mursyidnya secara lahiriah. Bagi mereka yang memiliki jabatan atau kedudukan yang lebih tinggi, mereka itulah yang dianggap lebih dekat kepada Guru Mursyid, sehinga merekapun akhirnya merasa berhak untuk mendapatkan penghormatan dari para ikhwan yang ada di bawahnya. Murid yang tidak memiliki kedudukan dalam organisasi tidak berhak tampil tanpa ada izin dari pengurus yayasan. Sebagai contoh, ikhwan suatu daerah tidak boleh ikut sebagai peserta pelatihan Muballigh di pusat Suryalaya tanpa ada rekomendasi dari Pengurus Yayasan setempat, atau karena sudah terbentuk sekat-sekat, ikhwan yang tidak ditunjuk sebagai peserta tidak ada keberanian untuk mengajukan dirinya, karena merasa malu dan tidak pantas. Akibat dari situasi ini akhirnya tanpa disadari telah menimbulkan istilah 'Abah-abahan' di lingkungan ikhwan TQN PPS.
'Abah-abahan' inilah yang akhirnya terjebak dalam hirarki organisasi, dimana dia mengannggap TQN PPS adalah YSB PPS, yang berpendapat bahwa seorang Mursyid pasca meninggalnya Mursyid sebelumnya harus ada bukti otentik (surat) atau 'SK' sebagaimana lazimnya dalam sebuah organisasi, mereka mengatakan "Ini organisasi, TQN suryalaya beserta yayasannya, ini aturan organisasi. Kalau kamu tetap berprinsip saya mau cari mursyid lain, berarti kamu bertentangan dengan organisasi itu". Silahkan baca : http://www.suryalaya.org/ver2/manakib.html
Penerus Guru Agung pengersa Abah Anom, pengersa Abah Aos, berdasarkan pengalaman terdahulu mengeluarkan kebijakan (maklumat) untuk mengoreksi keberadaan suatu organisasi dalam suatu thoriqoh, yaitu menyatakan bahwa, MTQN PPS bukan yayasan atau organisasi masyarakat (ormas) atau organisasi sosial politik (orsospol) yang berbadan hukum. MTQN PPS tidak memiliki legalitas formal. Silahkan baca : http://mahmudjonsen.blogspot.com/2013/11/deklarasi-bersama-madrosah-tqn-pps.html
Kini, seluruh ikhwan TQN PPS bebas mendekat, menyentuh, mengakui, memiliki, merasa bahagia menerima kasih sayang dari Guru Mursyid. Hilang sudah sekat-sekat itu, tidak ada lagi hirarki, tidak ada lagi perasaan tidak pantas, merasa jauh, merasa karena bukan pengurus, bukan wakil talkin, bukan muballigh, bukan sesepuh, bukan... bukan...., semuanya merasakan sama, sama-sama berhak mendapatkan perhatian dan limpahan berkah karomah Guru Mursyid.
Dan ternyata keadaan ini adalah salah satu tanda bahwa seseorang itu adalah Mursyid, sebagaimana disampaikan KH. Abdullah Munif, salah seorang Khodim Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki (Makkah), yang kini sebagai Wakil Talkin Abah Aos, "Katanya Abuya; kullun minal muriddin yakhosysyu akrobu ilaihi min ghoiri, tanda-tandanya mursyid itu, kalo masing-masing anak/murid merasa paling dekat daripada yang lain". Silahkan lihat : https://www.youtube.com/watch?v=hJcGcjyQKV4
Inilah Syaahid, saksi mata! Dari siapa? dari seorang yang berilmu, murid/khodim Sayyid Muhammad bin Alwi al Maliki (seorang wali Alloh, ulama besar di Mekkah), bukan dari saya (penulis) yang bukan siapa-siapa, tetapi dari KH. Abdullah Munif. Untuk siapa? untuk kita, kita siapa? muridnya Abah Anom yang masih belum percaya, atau muridnya Abah Aos yang masih galau, masih ragu, atau sekedar ikut-ikutan. Sekali lagi ini adalah syaahid! beliau orang baru di TQN PPS, beliau muridnya ulama besar, bukan ecek-ecek, ia mengatakan bahwa Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul al Qodiri an Naqsyabandi, q.s. adalah Mursyid al Kamil Mukammil.
Semoga ada manfaatnya...
Pecinta Kesucian Jiwa
02.35
HIDMAT ILMIAH MANAQIB MTQN PPS PANONGAN (OKTOBER 2014)
Written By Mahmud J. Al Maghribi on Rabu, 19 November 2014 | 02.35
THORIQOH JALAN YANG LURUS
Oleh : Mahmud Jonsen
Islam adalah Ajaran dari Alloh SWT. untuk manusia, sebagaimana Firman-Nya, "Sesungguhnya Kami menurunkan Al Kitab (Al Qur an) untuk manusia dengan membawa kebenaran. Siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan sekali-kali kamu bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka". (QS. AZ Zumar : 41).
Dalam menyampaikan ajran-Nya Alloh SWT. menurunkun wahyu dalam bahasa manusia yaitu bahasa Arab, sebagaimana Firman-Nya, "Sesungguhnya Kami jadikan Al QUr'an dalam bahasa Arab supaya kamu memahaminya". (QS. Az Zhukhruf : 3).
Kemudian untuk mengajarkan ajaran-Nya Alloh SWT. mengutus seorang hamba-Nya yang terpilih, sebagaimana Firman-Nya, "Sungguh Alloh telah memberikan karunia kepada orang-orang beriman ketika Alloh mengutus diantara mereka seorang Rosul dari golongan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Alloh, membersikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al kitab dan al hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi itu), mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata". (QS. Al Imron : 164).
Setelah Rosullulloh SAW. berpulang ke Rahmatulloh, beliau meninggalkan dua perkara, yaitu Al Qur'an dan Hadist, sebagaimana Sabda beliau, "Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian, selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabulloh dan Sunnah-ku". (HR. Abu Hurairoh).
Namun selain dua perkara tersebut, Rosullulloh SAW. juga meninggalkan "Murid" yaitu para Sahabat yang senantiasa mengikuti bimbingan Rosullulloh SAW. dengan mengerjakan segala perintahnya, sebagaimana sabda beliau, "Berpegang teguhlah kalian dengan sunnah-ku dan sunnah khulafarasyidin yang mendapat petunjuk (setelahku)". (HR. Al Irbadh bin Syariah).
Firman Alloh SWT, "Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya),.....(QS. An Nisa : 59).
Berdasarkan Firman Alloh SWT. di atas, yaitu selain taat kepada Alloh, taat kepada Rosul, juga taat kepada Ulil Amri. Siapakah Ulil Amri? Berdasarkan tafsir Al Jailani, Ulil Amri adalah orang-orang yang menegakkan syiar-syiar Islam di tengah-tenganh kalian, dari kalangan pemimpin, penguasa, dan para Qodhi Mujtahid dalam pelaksanaan dan pengambilan hukum.
Salah satu murid Rosullulloh SAW. ialah Syaiyyidina "Ali bin Abu Thalib k.w. ia selain sahabat Rosul, juga seorang murid yang paling utama. Ia memohon kepada Rosululloh SAW., "Wahai Rosullulloh, tunjukilah kepadaku akan jalan yang paling dekat menuju Alloh dan yang paling utama di sisi Alloh maka Nabi SAW. menjawab, "wajiblah atas kamu mengekalkan dzikrulloh. Kemudian syaiyyidina 'Ali bertanya lagi, "Bagaimana cara berdzikir ya Rosullulloh?". Maka Rosullulloh SAW. menjawab, "Pejamkan kedua matamu, dan dengarkan ucapanku tiga kali, kemudian ucapkanlah tiga kali dan aku mendengarkannya. Lalu kemudian Nabi Muhammad SAW. mengucapkan Laa Ilaaha Illalloh. (Hadist Shahih, Kitab Jami'us Ushul Aulia).
Proses tersebut di atas adalah Talqin Dzikir, yang didapat dengan cara menanyakan dan meminta secara khusus kepada Rosullulloh SAW. Proses inilah yang dinamakan 'Jalan' (Thoriq) tujuannya adalah agar dapat dengan cepat sampai kepada Alloh SWT. Kalimat Laa Ilaaha Illalloh agar dapat berfaidah sempurna harus diambil dari hati yang taqwa dan suci dari selain Alloh, bukan hanya dipetik dan didengar dari mulut orang awam. Sabda Rosullulloh SAW., "Dan adalah dzikir itu tidak akan memberi faidah yang sempurna, kecuali dengan talkin terlebih dahulu". (Al Hadist/Kitab Jami'us Ushul Aulia, hal. 18).
Selanjutnya, jalan inilah yang diajarkan secara turun temurun yang disebut Silsilah, yang dimulai dari Alloh SWT., Syayyidina Jibril a.s., Syayyidina Muhammad SAW., kemudian Syayyidina 'Ali k.w. menalkinkan kalimat Laa Ilaaha Illalloh kepada Syayyidina Husain r.a., Syayyidina Husain r.a. kepada Syayyidina Zainal Abidin r.a. dan seterusnya, dan seterusnya... sampai kepada Syekh Abdul Qodir q.s. (silsilah ke 19), dari Syekh Abdul Qodir q.s. kepada Syekh Abdul Aziz r.a, dan seterusnya, dan seterusnya, sampailah kepada Syekh Ahmad Khotib Sambas ibnu Abdul Ghafar r.a., Syekh Tolhah Kalisapu Cirebon, Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad r.a., Syekh Ahmad Shohibulwafa' Tajul Arifin r.a., dan Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul al Qodiri an Naqsyabandi al Kamil Mukammil r.a. (silsilah ke 38), inilah yang sekarang dinamakan Thoriqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya.
Silsilah inilah di sebut Mursyid yang sanadnya sambung menyambung sampai kepada Rosullulloh SAW. terus sampai ke Hadirat Alloh SWT. Firman-Nya, "Dan bahwasanya inilah jalan-Ku yang lurus, oleh karena itu ikutilah jalan-Ku itu, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa". (QS. Al An'am : 153).
Dan juga Firman-Nya, "Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (Thoriqoh yang benar), niscaya Aku (Alloh) akan memberi minum kepada mereka air yang segar (petunjuk) thoriqoh yang menghilangkan kesesatan". (QS. Al Jin : 16).
Dan juga Firman Alloh SWT, "Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Al Imron : 31).
Ikhwan Akhwat yang berbahagia..
Dari keterang di atas, jalan yang kita tempuh untuk sampai kepada Alloh SWT. sekarang adalah Thoriqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya, yang namanya dinisbatkan kepada Syekh Abdul Qodir Jailani q.s.
Siapa Syehk Abdul Qodir al Jailani?
Beliau adalah Mujtahid yang diberi gelar Muhyiddin (menghidupkan agama), Sulthonil Auliya, Al Ghaust A'zhom, Kutubul 'Alamin. Beliau lahir di Naif Jilan Iraq, pada tanggal 1 Ramadhan 470 H / tahun 1077 M. Wafat pada tanggal 11 Rabi'ul Akhir 561 H / tahun 1166 M dalam usia 91 tahun dan dikebumikan di Iraq.
Karya-karyanya, diantaranya :
- Tafsir Al Jailani
- Al Fath Ar Robbani
- Ash Shalawat wal Aurod
- Ar Rasail
- Yawaqit at Al Hikam
- Al Ghunyah li Thoriq al Haq
- Sirr Al Asrar
- Futhuh Al Ghaib
- Asrar al Asrar
- Jala Al Khotir
- Al Amr Al Muhkam
- Ushul As Sab'
- Mukh Tashar 'Ulum ad Din
- Ushul Ad Diin
- Dll.
Demikianlah gambaran singkat tentang Tuan Syekh, nama beliau sudah sangat terkenal di seluruh dunia, terutama di Indonesia, disetiap majelis 'yasinan', dalam tawasul nama beliau selalu disebut. Maka, kalau ada orang yang berani mengatakan bahwa dalam ajaran Islam tidak dikenal Syekh Abdul Qodir Jailani q.s.? Suruhlah ia belajar Islam dulu yang benar, terutama Sejarah. Karena sesungguhnya ia (orang tersebut) masih sempit wawasannya tentang Islam.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Panongan, 19 Oktober 2014
Al Fakir
23.33
Training Da'i TQN PPS Angkatan ke 3 di Pesantren Internasional Jagat 'Arsy
Written By Mahmud J. Al Maghribi on Selasa, 18 November 2014 | 23.33
19.50
Peradaban Dunia Sudah di Pintu Australia
Written By Mahmud J. Al Maghribi on Senin, 17 November 2014 | 19.50
22.10
KH. Abdullah Munif; testimony about murshidship abah aos
Written By Mahmud J. Al Maghribi on Minggu, 16 November 2014 | 22.10
22.03
Re-pos dari : http://generasisalaf.wordpress.com/2014/11/06/syekh-sudais-menjadi-imam-di-indonesia-menjahrkan-bismillah-qunut-shubuh/
SYEKH SUDAIS MENJADI IMAM DI INDONESIA (Menjaharkan Bismillah & Qunut Shubuh)
Written By Mahmud J. Al Maghribi on Senin, 10 November 2014 | 22.03
Syekh Sudais menjadi Imam di Indonesia
Ada hal yang menarik dalam beberapa lawatan Syekh Sudais ke Indonesia. Saya yakin Syekh Sudais (Imam Masjidil Haram – Mekkah) mengerti dan paham betul, bahwa penduduk Islam di Indonesia mayoritas bermadzhab fiqh Syafi’i, karenanya dalam setiap kunjungannya seperti tahun 2000-an dan juga kali ini (30Oktober 2014) Beliau menjadi Imam di sholat-sholat yang dijahrkan suaranya, seperti Maghrib, ‘Isya & Shubuh, beliau selalu membaca surat alfatihah dengan menjahrkan (mengeraskan) membaca Alfatihah.
Lawatan pertamanya tahun 2000-an lalu Syekh Sudais mengimami sholat Maghrib di Al-Azhar, tahun ini Syekh Sudais mengimami jamaah sholat Jum’at di masjid Istiqlal – Jakarta dengan menjahrkan bismillah pada surat alfatihah, Guru kami sempat pula bercerita di tahun 2000-an beliau sholat berjamaah dan Syekh Sudais sebagai imamnya di sholat shubuh dan Syekh Sudais berqunut pula di rakaat kedua, seperti yang biasa penganut fiqh Madzhab Syafi’i lakukan.
Dan posisi tangan (bersedekap) ketika sholat di atas perut di bawah dada.
Agak berbeda dengan pandangan bid’ah (pelakunya melakukan amalan sesat dan masuk neraka) para golongan Salafy di Indonesia, yang sangat anti melakukan apa yang di lakukan Syekh Sudais ini, padahal mereka hidup di Indonesia yang mayoritas bermadzhab Syafi’i. Memang terkadang kita sependapat atau tidak sependapat dengan seseorang yang kita kagumi, akan tetapi janganlah menjadikan kita tidak saling menghormati, atau pun jika memang tak ingin menjahrkan bismillah, berqunut & isbal janganlah dengan mudahnya mencela dan menuduh bid’ah pelakunya.
Ada hal yang menarik dalam beberapa lawatan Syekh Sudais ke Indonesia. Saya yakin Syekh Sudais (Imam Masjidil Haram – Mekkah) mengerti dan paham betul, bahwa penduduk Islam di Indonesia mayoritas bermadzhab fiqh Syafi’i, karenanya dalam setiap kunjungannya seperti tahun 2000-an dan juga kali ini (30Oktober 2014) Beliau menjadi Imam di sholat-sholat yang dijahrkan suaranya, seperti Maghrib, ‘Isya & Shubuh, beliau selalu membaca surat alfatihah dengan menjahrkan (mengeraskan) membaca Alfatihah.
Lawatan pertamanya tahun 2000-an lalu Syekh Sudais mengimami sholat Maghrib di Al-Azhar, tahun ini Syekh Sudais mengimami jamaah sholat Jum’at di masjid Istiqlal – Jakarta dengan menjahrkan bismillah pada surat alfatihah, Guru kami sempat pula bercerita di tahun 2000-an beliau sholat berjamaah dan Syekh Sudais sebagai imamnya di sholat shubuh dan Syekh Sudais berqunut pula di rakaat kedua, seperti yang biasa penganut fiqh Madzhab Syafi’i lakukan.
Dan posisi tangan (bersedekap) ketika sholat di atas perut di bawah dada.
Agak berbeda dengan pandangan bid’ah (pelakunya melakukan amalan sesat dan masuk neraka) para golongan Salafy di Indonesia, yang sangat anti melakukan apa yang di lakukan Syekh Sudais ini, padahal mereka hidup di Indonesia yang mayoritas bermadzhab Syafi’i. Memang terkadang kita sependapat atau tidak sependapat dengan seseorang yang kita kagumi, akan tetapi janganlah menjadikan kita tidak saling menghormati, atau pun jika memang tak ingin menjahrkan bismillah, berqunut & isbal janganlah dengan mudahnya mencela dan menuduh bid’ah pelakunya.
Re-pos dari : http://generasisalaf.wordpress.com/2014/11/06/syekh-sudais-menjadi-imam-di-indonesia-menjahrkan-bismillah-qunut-shubuh/
01.36
Pada hari Minggu, 09 November 2014, di lingkungan kediamanku, kami membuka kembali majelis "Yasinan", setelah sekian lama vakum.
"Yasinan", adalah suatu kegiatan kerohanian dalam agama Islam yang telah membudaya di tengah-tengah masyarakat khususnya di Indonesia. Namun sebagian kecil masyarakat masih ada yang menganggap "Yasinan" ini adalah sesuatu yang baru dalam urusan agama (Bid'ah). Oleh karena itu, untuk menambah nilai ibadah dalam majelis "Yasinan" ini maka setelah pembacaan Surat Yaasiin berjamaah, al-Fakir memberikan Tausiyah (Hidmat Ilmiah).
Hidmat Ilmiah
Bismillaahirrohmaanirrohiim...
Alhamdulillaah, wasshsholaatu wassalaamu 'alaa rosuulillaah, wa'alaa aalihii washohbihii wa man waalah. Ammaa ba'du. Asyhaduan laailaaha illallaah wahdahu laasyariikalahu wa-asyhaduannaa Muhammadan 'abduhuu warosuuluhu laanabiyya ba'da. Faqoola ta'alaa, a'udzubillahi minasyaithoonirrojiim bismillaahirrohmaanirrohiim, walaqod dzaroknaa lijahannama katsiran minal jinni wal insi lahum quluubul laayafqohuuna bihaa walahum a'yunul laa yubshiruuna bihaa walum aadzaanul laa yasma'uuna bihaa. Ulaaika kal-an'am balhum adhallu. Ulaaika humul ghoofiluun. Shadaqollaahul 'azhiim.
Hadirin Bapak-bapak jamaah sekalian,
Pertama dan yang paling utama, marilah kita senantiasa bersykur kepada Allah SWT., yang telah memberikan berbagai kenikmatan kepada kita semua, sehingga dengan rahmat dan karunianya itu, kita masih diberikan kesempatan untuk hadir dalam majelis ini, yaitu majelis yasinan di lingkungan kita sekalian. Perlu diketahui bahwa dalam Islam itu ada hukum yang mengatur tentang perintah dan larangan, baik yang wajib maupun yang sunah, ialah yang dinmakan Syariat. Sedangkan Budaya adalah sesuatu kebiasaan yang terjadi dilingkungan masyarakat, contohnya yasinan sekarang ini. Budaya yasinan bukanlah syariat, sehingga ia bukanlah ibadah wajib, kalau ada yang menganggap yasinan ini adalah syariat, itulah yang keliru. Tetapi dalam majelis yasinan banyak mengandung nilai ibadah, seperti membaca al-Qur'an, silaturahmi, dan sedekah, apalagi kalau ditambah dengan majelis ilmu. Sehingga majelis yasinan adalah budaya didalam masyarakat dalam rangka mendekatkan diri kepada Alllah SWT. Karena budaya maka prinsip yang harus kita peganga adalah, "Selama budaya itu tidak ada dalil yang melarang, baik al-Qur'an maupun hadist maka budaya tersebut boleh untuk dilaksanakan".
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW., juga kepada keluarganya, sahabatnya dan umatnya yang shaleh hingga akhir zaman.
Hadirin jamaah rahimakumullaah...
Sebagai mana dalam mukadimah tadi, dimana Allah SWT., berfirman: walaqod, dan sesungguhnya, dzaroknaa, Kami jadikan (isi), lijahannama, untuk neraka jahannam, katsiiran, kebanyakan, minal jinni wal insi, dari Jin dan Manusia. Bapak-bapak yang dimulaikan Allah, sesungguhnya neraka jahannam itu benarlah adanya, dan janji Allah, bahwa isinya (bahan bakarnya) itu dari golongan Jin dan Manusia. Manusia yang bagaimana...?
Ulaaika humul ghafiluuna, mereka itulah orang-orang yang lalai. Yaitu orang yang senantiasa lupa, orang yang lupa ialah orang yang enggan untuk berdzikir.
Hadirin sidang jamaah yang berbahagia,
Maka dari itu pergunakanlah hati kita untuk senatiasa berdzikir kepada Allah, sebagaimana Firman-Nya, "Wadzkur Robbaka fii nafsika tadharruan wakhiifatan waduunal jahri..." (sebitlah nama Tuhanmu, fii nafsika-di dalam hatimu- dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan jangan mengeraskannya..). Dan pergunakanlah mata kita untuk hal-hal baik, juga pergunakanllah telinga kita untuk mendengarkan ayat-ayatNya ketika dibacakan. Manusia tidak ada yang luput dari dosa, maka perbanyaklah bertobat dengan memperbanyak memngucapkan rajanya istighfar, yaitu Laa ilaaha illallaah sebagaimana firman Allah di atas, ....wastaghfir lidzambika..... (mohon ampunlah atas dosa-dosa kalian) dengan kalimat Laa ilahaa illallaah.
Mudah-mudahan kita semua bukan tergolong hamba Allah yang menjadi isi daripada neraka Jahannam. Aamiin yaa Robbal 'alamiin.
Wabillaahi taufik wal hidayah, wassalaamu'alaikum wr. wb.
UNTAIAN MUTIARA MAJELIS "YASINAN"
"Yasinan", adalah suatu kegiatan kerohanian dalam agama Islam yang telah membudaya di tengah-tengah masyarakat khususnya di Indonesia. Namun sebagian kecil masyarakat masih ada yang menganggap "Yasinan" ini adalah sesuatu yang baru dalam urusan agama (Bid'ah). Oleh karena itu, untuk menambah nilai ibadah dalam majelis "Yasinan" ini maka setelah pembacaan Surat Yaasiin berjamaah, al-Fakir memberikan Tausiyah (Hidmat Ilmiah).
Hidmat Ilmiah
Bismillaahirrohmaanirrohiim...
Alhamdulillaah, wasshsholaatu wassalaamu 'alaa rosuulillaah, wa'alaa aalihii washohbihii wa man waalah. Ammaa ba'du. Asyhaduan laailaaha illallaah wahdahu laasyariikalahu wa-asyhaduannaa Muhammadan 'abduhuu warosuuluhu laanabiyya ba'da. Faqoola ta'alaa, a'udzubillahi minasyaithoonirrojiim bismillaahirrohmaanirrohiim, walaqod dzaroknaa lijahannama katsiran minal jinni wal insi lahum quluubul laayafqohuuna bihaa walahum a'yunul laa yubshiruuna bihaa walum aadzaanul laa yasma'uuna bihaa. Ulaaika kal-an'am balhum adhallu. Ulaaika humul ghoofiluun. Shadaqollaahul 'azhiim.
Hadirin Bapak-bapak jamaah sekalian,
Pertama dan yang paling utama, marilah kita senantiasa bersykur kepada Allah SWT., yang telah memberikan berbagai kenikmatan kepada kita semua, sehingga dengan rahmat dan karunianya itu, kita masih diberikan kesempatan untuk hadir dalam majelis ini, yaitu majelis yasinan di lingkungan kita sekalian. Perlu diketahui bahwa dalam Islam itu ada hukum yang mengatur tentang perintah dan larangan, baik yang wajib maupun yang sunah, ialah yang dinmakan Syariat. Sedangkan Budaya adalah sesuatu kebiasaan yang terjadi dilingkungan masyarakat, contohnya yasinan sekarang ini. Budaya yasinan bukanlah syariat, sehingga ia bukanlah ibadah wajib, kalau ada yang menganggap yasinan ini adalah syariat, itulah yang keliru. Tetapi dalam majelis yasinan banyak mengandung nilai ibadah, seperti membaca al-Qur'an, silaturahmi, dan sedekah, apalagi kalau ditambah dengan majelis ilmu. Sehingga majelis yasinan adalah budaya didalam masyarakat dalam rangka mendekatkan diri kepada Alllah SWT. Karena budaya maka prinsip yang harus kita peganga adalah, "Selama budaya itu tidak ada dalil yang melarang, baik al-Qur'an maupun hadist maka budaya tersebut boleh untuk dilaksanakan".
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW., juga kepada keluarganya, sahabatnya dan umatnya yang shaleh hingga akhir zaman.
Hadirin jamaah rahimakumullaah...
Sebagai mana dalam mukadimah tadi, dimana Allah SWT., berfirman: walaqod, dan sesungguhnya, dzaroknaa, Kami jadikan (isi), lijahannama, untuk neraka jahannam, katsiiran, kebanyakan, minal jinni wal insi, dari Jin dan Manusia. Bapak-bapak yang dimulaikan Allah, sesungguhnya neraka jahannam itu benarlah adanya, dan janji Allah, bahwa isinya (bahan bakarnya) itu dari golongan Jin dan Manusia. Manusia yang bagaimana...?
- Lahum quluubun, mereka mempunyai hati, laa yafqohuuna bihaa, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah). Hadirin jamaah rahiimakumullaah, maka dari itu hati kita harus senantiasa di isi dengan dzikrullaah, dzikir kepada Allah (dzikir khafi), agar hati kita tidak mengeras bagaikan batu, yang akhirnya ia sulit untuk memahami ayat-ayat Allah.
- Walahum a'yunun, dan mereka mempunyai mata, laayubshiruuna bihaa, (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah). Seperti contohnya, punya mata tetapi tidak digunakan untuk membaca al-Qur'an misalnya, malah banyak dipergunakan untuk melihat hal-hal yang dilarang oleh Allah, maka beruntunglah kita pada malam hari ini, mata ini kita pergunakan untuk membaca ayat-ayat Allah, yaitu surat Yasiin.
- Walahum aadzaanun, dan mereka mempunyai telinga, laayasma'uuna bihaa, (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka mempunyai telinga, tetapi tidak senang atau bahkan benci ketika mendengar orang membaca Laa ilaaha iillallaah, padahal kalimat itu adalah ayat al-Qur'an. Di dalam Surat Muhammad (surat ke-47), ayat 19, Allah SWT. berfirman, "Fa'lam (maka ketahuilah) annahuu (bahwa sesungguhnya) laa ilaaha illallaah (tiada Tuhan selain Allah) wastaghfir lidzambika (dan mohon ampunlah bagu dosamu) walilmu'miniina wal mu'minaat (dan bagi dosa-dosa orong mukmin laki-laki dan perempuan....."). Dan Firman Allah SWT. dalam Surat Al A'raf (surat ke-7) ayat 204, "Waidzaa quri-alquraanu, fastami'uu lahuu, (dan apabila dibacakan al-quraan, maka dengarkanlah dengan baik). wa-anshituu (dan perhatikanlah dengan tenang), la'allakum turhamuun (agar kamu mendapat rahmat)...."
Ulaaika humul ghafiluuna, mereka itulah orang-orang yang lalai. Yaitu orang yang senantiasa lupa, orang yang lupa ialah orang yang enggan untuk berdzikir.
Hadirin sidang jamaah yang berbahagia,
Maka dari itu pergunakanlah hati kita untuk senatiasa berdzikir kepada Allah, sebagaimana Firman-Nya, "Wadzkur Robbaka fii nafsika tadharruan wakhiifatan waduunal jahri..." (sebitlah nama Tuhanmu, fii nafsika-di dalam hatimu- dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan jangan mengeraskannya..). Dan pergunakanlah mata kita untuk hal-hal baik, juga pergunakanllah telinga kita untuk mendengarkan ayat-ayatNya ketika dibacakan. Manusia tidak ada yang luput dari dosa, maka perbanyaklah bertobat dengan memperbanyak memngucapkan rajanya istighfar, yaitu Laa ilaaha illallaah sebagaimana firman Allah di atas, ....wastaghfir lidzambika..... (mohon ampunlah atas dosa-dosa kalian) dengan kalimat Laa ilahaa illallaah.
Mudah-mudahan kita semua bukan tergolong hamba Allah yang menjadi isi daripada neraka Jahannam. Aamiin yaa Robbal 'alamiin.
Wabillaahi taufik wal hidayah, wassalaamu'alaikum wr. wb.