Latest Post

MANUNGGALNG MURID DAN MURSYID Status : KH. Irfan Zidny

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Jumat, 30 Oktober 2015 | 00.52

Sesaat sebelum saya berdiri memenuhi amanah khidmat ilmiyyah pada Manaqib di Masjid Biru Pondok Indah Jakarta (28-10-2015), Syaikh Mursyid Abah Aos menyodorkan secarik kertas kepada saya, tanpa kata-kata, hanya senyuman penuh kelembutan. 
Kertas itu bertuliskan : 

" Abah mah kumaha ceuk Aos. Ceuk Aos "A"? "A", Ceuk Aos "B", "B".

Tulisan diatas di garis bawahi dan diberi kata :

"38 Huruf".

Selanjutnya kata berikutnya :

"Subhanalloh..Baru hari ini Abah ngitung".
*****
Tentu saja, saat saya sudah memegang mic, hal inilah yang saya sampaikan kepada para jamaah. Mencoba sebisa mungkin untuk menerjemahkan apa yang beliau goreskan.
Dalam bahasa Indonesia, ini artinya "Abah (Abah Anom) sih bagaimana kata Aos (Abah Aos) saja. Kata Aos "A" yaa "A". Kata Aos "B" yaa "B".
Jumlah dalam sabda Abah Anom pada tahun 1983 ini ternyata terdiri dari 38 Huruf..!! Dan Abah 'baru' menghitungnya saat ini.
Adakah yang kebetulan? Kata "kebetulan" adalah kata yang mengandung ketidakpercayaan terhadap kekuasaan Alloh.
*****
Ini hanyalah satu, dari satu disiplin pengetahuan, yang meyakinkan peralihan Kemursyidan TQN PP Suryalaya dari Abah Anom kepada Abah Aos, dari Silsilah Emas (As Silsilatuz Dzahabiyyah) 37 kepada 38. Kebersatuan murid dengan Syaikh Mursyidnya. Murid yang kemudian menjadi syaikh Mursyid pelanjut sang Mursyidnya.

(Radio Dalam, 29-10-2015)


Sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1079739528712203&set=a.582823458403815.1073741825.100000284972382&type=3&theater

SEORANG MURID PASTI MENGENALI GURUNYA

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Senin, 26 Oktober 2015 | 03.50

Menjelang waktu Dhuhur, sembari menuju Masjid berpapasan dengan seorang Ihkwan, kemudian dia berkata, "Saya ingin berbincang-bincang sebenarnya. Jadi ada seorang yang "Pintar" di lingkungan saya, kepadanya akhirnya saya bertanya tentang "Abah Aos", kemudian orang pintar tersebut mengatakan kepada saya bahwa, "Beliau ini memang seorang Ulama Besar, namun belum dilantik. Ibarat kuliah, semua mata kuliah sudah lulus, namun belum diwisuda". Nah, mendengar pernyataan ini, semakin membuat saya ragu-ragu dengan kemursyidan "Abah Aos".

Kemudian secara singkat saya bertanya kepada ikhwan tersebut, "Siapa yang harusnya melantik atau wisuda? Jawabnya, "Nah itu yang saya belum tahu, nanti akan saya tanyakan kepada orang pintar tersebut”. Pembicaraan kami terputus, dan kamipun menunaikan Sholat Dhuhur berjamaah.

Selesai sholat, kami melanjutkan obrolan. Saya memulainya dengan menanyakan no pin bb, karena saya ingin berbagi jikalau ada info atau maklumat pengersa Abah Aos. Sejurus kemudian kami sudah terlibat obrolan yang serius menyangkut tentang silsilah Mursyid TQN Suryalaya ke 38.

Secara singkat saya mengatakan, bahwa yang melantik/wisuda seorang Mursyid adalah :
  1.  Dilantik oleh Guru Mursyid sebelumnya (Perintah).
  2.  Dilantik oleh Muridnya (Pengakuan).
Sekarang, kalau pengertiannya harus dilantik/wisuda oleh Guru Mursyid sebelumnya, sebagaimana pengertian saudara (secara lahiriah), maka hal tersebut tidaklah mungkin, karena guru mursyid sebelumnya itu telah meninggal dunia. Namun yang mungkin terjadi adalah secara pelantikan hakikat. Sehingga berdasarkan kenyataannya, guru Mursyid wajib di 'lantik' (diakui) oleh "Muridnya". Siapa muridnya itu? Tidak lain adalah Anda sendiri!

Selanjutnya saya menjelaskan, di dalam Kitab al Anwaarul Qudsiyyah diterangkan bahwa, "Jika seorang syeikh mursyid yang membimbing seorang murid meninggal dunia, maka ia wajib mencari penggantinya yang dapat MENERUSKAN BIMBINGANNYA  atau yang dapat MENAMBAH NILAI BIMBINGAN dari mursyid yang pertama.

Dan ada beberapa penjelasan Ulama tentang pengangkatan seorang mursyid, salah satunya menurut Syaikh Sulaiman Zuhdi, dalam kitab Majmu`atur Rosail, pengangkatan seorang mursyid dinyatakan sebagai berikut :
  1. Dengan perintah (Amar) dari Syeikh sebelumnya.
  2. Dengan Wasiat Syeikh sebelumnya.
  3. Di tunjuk oleh Mursyid untuk memimpin thoriqoh di satu daerah yang belum ada mursyidnya.
  4. Diangkat oleh para Kholifah dan murid-muridnya dengan suara bulat (apabila Mursyid sudah meninggal dunia).
Terlepas dari itu semua, sesungguhnya pelanjut dari kemursyidan itu adalah urusan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana Firman-Nya.: "Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang wali yang mursyid." (QS. Al Kahfi : 17).

Para ikhwan TQN Suryalaya menurut saya terbagi beberapa golongan dalam memahami kemursyidan setelah meninggalnya pengersa Anah Anom, yaitu sbb :
  1. Mereka yang sudah meyakini sudah ada silsilah ke 38. Mereka inilah golongan yang mendapatkan petunjuk, sebagaimana Firman Alloh swt. dalam Al Quran Surat Al Kahfi : 17.
  2. Mereka yang meyakini kemursyidan masih pada Abah Anom. Golongan ini seakan bertindak hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, mereka seolah-olah tidak memikirkan bagi umat yang akan datang kemudian, padahal mereka sangat membutuhkan seorang Mursyid. Karena ke'egoan'nya, mereka tidak sadar secara tidak langsung telah memutuskan rantai silsilah TQN Suryalaya.
  3. Mereka yang masin mencari-cari siapa mursyid pelanjut Abah Anom? Golongan ini adalah mereka yang selalu "galau", ketika ketemu 'matahari', mereka mengatakan, "Inilah mursyidku, namun ketika 'matahari' tenggelam, mereka mengatakan, "Oh ternyata bukan." Suatu ketika mereka melihat 'bulan', kembali mereka mengatakan, "Inilah mursyidku", namun ketika bulan menghilang di siang hari, mereka mengatakan, "Oh ternyata bukan." Demikianlah, mereka selalu menunggu. Saya tidak paham yang ditunggu mereka apa? Apakah pengumumun?, atau Surat Keputusan?, ataukah Instruksi?, atau apa..?
  4. Dan ada juga yang memanfaatkan kesempatan untuk "kabur", meninggalkan ajaran thoriqoh. Inilah golongan yang mengaku murid akan tetapi bukanlah murid, sepeninggal Abah Anom menjadi kesempatan bagi mereka untuk berhenti untuk mengamalkan ajaran TQN Suryalaya; berhenti berdzikir, berhenti khotaman, berhenti sholat-sholat sunnah. Dan ada juga yang berminat pindah ajaran thoriqoh; mereka lebih percaya kepada orang lain daripada internal TQN Suryalaya. Padahal Abah Sepuh telah menyatakan dalam TANBIH, "Pun kami tempat orang bertanya tentang Thoriqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah.
Fakta Kemursyidan Syaikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul ra. (Abah Aos) :
  1. Ketika pamitan kepada Abah Anom, pundak beliau ditepuk, dengan penggalan Firman Alloh Surat Al Baqarah : 247 : "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu."
  2. Beliau diperintah oleh Abah Anom : "Amalkan, Amankan, Lestarikan!"
  3. Beliau juga diperintah oleh Abah Anom : "Kembangkan Manaqiban!"
  4. Dan, masih banyak lagi isyarat-isyarat lainnya, yang tidak mungkin untuk dituliskan, karena seandainya pohonan dijadikan pena, dan lautan dijadikan tinta, niscaya tak akan sanggup untuk menuliskan ilmu-Nya Alloh Subhanahu wa Ta'ala.
Saran saya kepada siapa saja yang ingin belajar mengamalkan TQN Suryalaya, karena kita masih membutuhkan bimbingan mursyid yang masih bisa kita lihat, kita dengar, dan kita sentauh, maka, "Bukalah dada-dadamu dengan seluas-luasnya, dan biarkanlah kebenaran itu memasuki relung-relung hatimu yang terdalam."

MURID PASTI KENAL GURUNYA

"Terima kasih, semoga saya dibukakan", ucap ikhwan tersebut, dan kamipun mengakhiri obrolan.

Pecinta Kesucian Jiwa

BETAH DI ALAM DUNIA KARENA KECINTAANNYA KEPADA MURID

Written By Mahmud J. Al Maghribi on Kamis, 15 Oktober 2015 | 21.16


Di dalam kitab Bahjatul Asror meriwayatkan bahwa Syekh Abdul Qodir suatu saat beliau terbang melayang-layang diatas ribuan manusia pada jamaah majelis pengajian yang beliau pimpin. 

Beliau berkata, "Tiada terbit matahari melainkan mengucapkan salam padaku, dan menginformasikan segala kejadian atau peristiwa yang akan terjadi pada tahun itu. Pada setiap datang bulan senantiasa memberi salam padaku dan menceritakan peristiwa apapun yang akan terjadi pada bulan itu. Demikian setiap datang minggu dan hari, minggu dan hari itu memberi salam padaku dan memberitahukan masukan peristiwa yang akan terjadi pada minggu dan hari itu. Demi Dzat Kemuliaan Tuhan orang-orang yang akan mendapat kecelakaan dan kebahagiaan semuanya itu diajukan kepadaku. Pandangan mataku ada di lauhil mahfudz, dan aku tenggelam dalam lautan ilmunya Alloh dan dalam lautan musyahadah-Nya. Akulah yang menjadi hujjah Alloh bagimu. Akulah yang menjadi pengganti dan penerus Rosululloh SAW. Akulah yang menjadi pewarisnya di bumi. Manusia ada gurunya, malaikat ada gurunya, demikian pula jin ada gurunya, dan aku adalah guru semuanya".

Berkata Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul, "Manqobah itu berlaku bagi Tuan Syekh yang ada sekarang".

Manqobah Tuan Syekh tersebut mempunyai makna bahwa kedudukan beliau sudah mencapai Maqom Puncak (Haromil Qudsyiah), atau yang disebut Ma'rifatulloh. Hal itu menandakan perjalanan ruhani beliau sudah mencapai beberapa tingkatan lapisan alam, yaitu; alam mulki, alam malakut, dan alam jabarut atau alam lahut. Dimana tingkatan alam yang paling rendah ialah alam mulki atau yang disebut juga alam dunia, alam yang penuh dengan "kehinaan" tempat berdiamnya kebanyakan daripada manusia. 

Pertanyaannnya adalah, "Mengapa beliau betah di alam dunia yang penuh dengan kehinaan? Bukankah lebih nikmat berdiam di alam Jabarut yang penuh dengan kemuliaan?

Bahkan dikisahkan bahwa, "Disaat Nabi Idris berkeliling di surga mendadak Nabi Idris ingin minum air sungai surga. “Bolehkah saya meminumnya? Airnya kelihatan sejuk dan segar sekali.” “Silahkan minum, inilah minuman untuk penghuni surga.” Jawab Izroill. Pelayan surga datang membawakan gelas minuman berupa piala yang terbuat dari emas dan perak. Nabi Idris pun minum air itu dengan nikmat. Dia amat bersyukur bisa menikmati air minum yang begitu segar dan luar biasa enak. Tak pernah terbayangkan olehnya ada minuman selezat itu. “Alhamdulillaah, Alhamdulillaah, Alhamdulillaah,” Nabi Idris mengucap syukur berulang-ulang. Setelah puas melihat surga, tibalah waktunya pergi bagi Nabi Idris untuk kembali ke bumi. Tapi ia tidak mau kembali ke bumi. Hatinya sudah terpikat keindahan dan kenikmatan surga Alloh. “Saya tidak mau keluar dari surga ini, saya ingin beribadah kepada Alloh sampai hari kiamat nanti,” kata Nabi Idris. “Tuan boleh tinggal di sini setelah kiamat nanti, setelah semua amal ibadah di hisab oleh Alloh, baru tuan bisa menghuni surga bersama para Nabi dan orang yang beriman lainnya,” kata Izroil. “Tapi Alloh itu Maha Pengasih, terutama kepada Nabi-Nya. Akhirnya Alloh mengkaruniakan sebuah tempat yang mulia di langit, dan Nabi Idris menjadi satu-satunya Nabi yang menghuni surga tanpa mengalami kematian. 

Firman Alloh Subhanahu wa ta'ala, “Dan ceritakanlah Idris di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah orang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi, dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (QS Al-Anbiya : 85-86). 

Pada saat peristiwa Isra’ Mi’raj, Nabi Muhammad SAW. bertemu dengan Nabi Idris. “Siapa orang ini? Tanya Nabi Muhammad Saw. kepada Jibril yang mendampinginya waktu itu. “Inilah Idris,” jawab Jibril. Selanjutnya Rasulullah melanjutkan perjalanan menghadap Alloh tanpa ditemani Jibril. Sesampainya di hadapan Alloh Swt. Rasululloh membaca yang artinya, “Segala penghormatan adalah milik Alloh, segala Rahmat dan kebaikan." Allah berfirman yang artinya: “Keselamatan bagimu wahai seorang nabi, Rahmat dan berkahnya." Rasul membaca lagi yang artinya, “Keselamatan semoga bagi kami dan hamba-hamba Alloh yang sholeh. Rasululloh dan umatnya menerima perintah ibadah shalat." Berfirman Alloh SWT, “Hai Muhammad Aku mengambilmu sebagai kekasih sebagaimana Aku telah mengambil Ibrahim sebagai kesayanagan dan Akupun memberi firman kepadamu seperti firman kepada Musa Akupun menjadikan umatmu sebagai umat yang terbaik yang pernah dikeluarkan pada manusia, dan Akupun menjadikan mereka sebagai umat wasath (adil dan pilihan), maka ambillah apa yang aku berikan kepadamu dan jadilah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur“. “Kembalilah kepada umatmu dan sampaikanlah kepada mereka dari Ku”.

Demikanlah kisah tersebut, dimana Nabi Muhammad Saw. rela untuk kembali ke alam dunia (mulki) untuk memberikan kabar kepada umatnya tentang kenikmatan di alam Jabarut dan memerintahkan umatnya untuk melaksanakan sholat. Sabda beliau, "Sholat itu mi'rajnya kaum mu'min". (Al Hadits). Semua itu beliau lakukan demi kecintaannya kepada umatnya. Saking cintanya beliau kepada umatnya, sampai-sampai ketika akan wafat pun beliau masih mengkhawatirkan keadaan umatnya, "Ummati, ummati...". Demikianlah beliau kembali pulang ke hadhirat Alloh Subhanahu wata'ala...

Demikian pula halnya dengan Guru Agung Tuan Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul r.a. Sebagaimana manqobah di atas, beliau adalah Guru daripada penghuni alam mulki yang dihuni oleh manusia, juga guru daripada alam malakut yang dihuni oleh malaikat dan jin, bahkan beliau telah sampai kepada alam jabarut. Mengapa beliau masih betah dan terlihat hal-ihwalnya di alam dunia? Semua itu adalah KARENA KECINTAAN BELIAU KEPADA MURID-MURIDNYA. Sebagaimana KECINTAAN ROSULULLOH KEPADA UMATNYA.


Tafaku Pecinta Kesucian Jiwa
03 Muharom 1437 H
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. UNTAIAN MUTIARA TQN SURYALAYA - SIRNARASA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger